Pemilu presiden Iran yang akan digelar pada 14 Juni selain memiliki urgensitas khusus bagi masyarakat Iran, juga mendapat sorotan luas di tingkat regional Timur Tengah dan dunia internasional.
Timur Tengah selalu mengguncang dunia dengan peristiwa-peristiwa penting yang
terjadi di wilayah ini. Gelombang Kebangkitan Islam dan perubahan besar-besaran
yang dimulai dua setengah tahun lalu, semakin menempatkan wilayah ini sebagai
poros perhatian masyarakat dunia.
Di tengah bergulirnya transformasi cepat di Timur
Tengah, sorotan mata dunia kini semakin tajam untuk menanti lahirnya presiden
baru Republik Islam. Tak bisa dipungkiri bahwa Iran
adalah salah satu pemain kunci dalam perimbangan regional, peristiwa-peristiwa
yang terjadi di dalam negeri Iran
seperti pelaksanaan pemilu presiden tentu saja akan berpengaruh pada tingkat
regional.
Berita dan perkembangan mengenai pemilu presiden Iran mendapat
ulasan luas dari berbagai media dan pakar Timur Tengah dan Barat dalam beberapa
hari terakhir. Mereka mulai menganalisa tentang dampak-dampak potensial pemilu
presiden terhadap kebijakan luar negeri Republik Islam Iran.
Dua isu utama yaitu program nuklir damai Iran dan perundingan dengan Barat serta
kebijakan Tehran
terkait perkembangan di kawasan, terutama konflik Suriah, telah menjadi fokus
utama para pakar dan pengamat politik dunia. Mereka semua mengulas tentang
apakah Tehran
akan mengubah kebijakannya seiring hadirnya presiden baru atau akan tetap
mempertahankan pendekatan-pendekatan lama.
Kebanyakan analis dan pengamat memperkirakan bahwa
kebijakan umum luar negeri Republik Islam di semua bidang tidak akan mengalami
perubahan esensial dan fundamental. Namun, pemimpin Iran akan melakukan perubahan
terbatas di bidang hubungan luar negeri Republik Islam.
Negara-negara Timur Tengah sendiri memandang pemilu
presiden Iran sebagai proses
untuk memperkuat masyarakat religius di Iran,
di mana tunasnya telah ditanam pasca kemenangan Revolusi Islam dan terbentuknya
pemerintahan Islam Iran.
Kemenangan Revolusi Islam mendorong masyarakat di
negara-negara Muslim untuk menghidupkan pemerintahan demokratis sekaligus
Islami. Semangat itu tampak jelas dalam gerakan Kebangkitan Islam di dunia Arab
yang menumbangkan rezim-rezim diktator dan anti-demokrasi.
Kehidupan politik di sistem Republik Islam Iran sepanjang
32 tahun lalu senantiasa berhubungan dengan masalah pemilu. Rakyat Iran memainkan
peran kunci dalam menentukan pemimpin mereka dan arah kebijakan negara.
Presiden, anggota parlemen, Dewan Kota/Desa, dan juga anggota Dewan Ahli
Kepemimpinan Iran,
semuanya dipilih langsung oleh rakyat.
Oleh karena itu, masyarakat Timur Tengah yang masih
terjebak dalam sistem monarki antusias mengikuti proses demokrasi religius di Iran. Gelombang
kebangkitan di kawasan menunjukkan bahwa bangsa-bangsa di Timur Tengah ingin
menumbangkan sistem kerajaan dan membangun sebuah sistem baru berdasarkan
nilai-nilai demokrasi.
(irib.ir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar