Ahmad al-Mudallal, anggota senior Jihad Islam
dalam wawancaranya dengan televisi al-Alam menandaskan, "Serangan cyber
merupakan reaksi atas kejahatan rezim Zionis dan pada dasarnya aksi ini reaksi
bangsa Palestina terhadap rezim penjajah. Kondisi internet dan dunia maya saat
ini berbeda dengan masa lalu. Dewasa ini bangsa Palestina dengan mudah dapat
menghadapi Israel
dan salah satu medannya adalah dunia cyber."
Ruang maya atau Cyber Space adalah istilah
yang pertama kalinya dicetuskan oleh William Gibson dalam novel fantasi
ilmiahnya Neuromancer yang terbit pada tahun 1984 dan berakar dari kata latin
Kubernan yang artinya menguasai atau menjangkau.
Dewasa ini cyber space
diartikan sebagai berikut, "Kumpulan dari interaksi internal manusia
melalui komputer dan alat-alat telekomunikasi tanpa terbatas oleh tempat dan
geografi."
Ruang maya sejatinya adalah sebuah lingkungan
di mana komunikasi dan interaksi berlangsung. Meski interaksi ini tidak
dilakukan melalui Line On, namun komunikasi tersebut tetap secara langsung.
Ruang maya terbesar di mana jutaan pengguna saling berhubungan adalah dunia
maya internet. Namun demikian dunia maya ini juga memiliki kesulitan,
pergesekan dan perang.
Perang cyber merupakan salah satu bentuk
perang di mana kedua pihak yang terlibat melalui komputer dan jaringan internet
mengarahkan peperangan mereka. Serangan di perang cyber memiliki banyak ragam
dan medan yang
luas, mulai dari canda yang biasa hingga pengiriman virus atau worm yang merusak.
Bahkan perang cyber dapat membahayakan sebuah negara. Di antara serangan cyber
terbesar dalam beberapa tahun terakhir adalah seragan virus stuxnet, operasi Aurora , serangan cyber ke situs departemen pertahanan AS
(Pentagon) serta serangan cyber ke infrastruktur Estonia .
Baru-baru ini Rezim Zionis Israel mendapat serangan cyber
besar-besaran. Reporter kanal 2 televisi rezim Zionis mengatakan, pusat kontrol
komputer dan informasi internet di cabang jaringan komunikasi komputer yang
bermarkas di bawah gedung departemen pertahanan Israel terus memantau
serangan-serangan cyber. Demikian televisi Alalam melaporkan, Rabu (10/4).
Menurut reporter televisi Zionis itu, para
hacker berusaha merusak berbagai sistem komputer yang berhubungan dengan
militer Israel .
Ia menandaskan, segala bentuk gangguan dalam sistem-sistem itu akan merusak
berbagai sistem komputer di wilayah-wilayah perbatasan Palestina pendudukan (Israel ).
"Hingga kini 83 program komputer telah rusak akibat serangan hacker,"
ujarnya.
Reporter kanal 2 televisi Zionis mengklaim
bahwa Iran dan Cina adalah pelaku utama di balik serangan cyber ke berbagai
sistem kemputer Israel, sebab kedua negara itu selalu berusaha mengumpulkan
informasi komputer Israel. Menurutnya, mayoritas kelompok yang mengancam akan
melakukan serangan cyber terhadap Israel adalah para pemuda yang
berasal dari negara-negara Arab dan Islam.
Adapun misi yang dijalankan oleh OpIsrael ini
adalah serangkaian serangan cyber yang disebut DDoS (Distributed Denial of
Service), dengan menggunakan jaringan komputer yang sangat besar untuk bekerja
sama mendorong traffic ke server hosting dari situs yang menjadi target yakni Israel .
Rencananya, kata "Israel
" akan dihapuskan oleh kelompok OpIsrael sehubungan dengan peringatan
Holocaust di bulan April.
OpIsrael mengancam akan melakukan serangan
cyber pada jaringan internet pemerintah, bank, lembaga akademik, keamanan dan
situs bisnis di Israel yang berupa database yang masih berlaku maupun yang
sudah expired (yang sudah dihapus). Sebagai catatan, serangan seperti ini
pernah menimpa database pemerintahan Israel pada November 2012.
Pihak Israel ternyata tidak kalah sigap
menyiapkan serangan cyber seperti ini. November 2012 , Yuval Steinitz (Menteri
Luar Negeri Israel ) mengakui
bahwa Israel
telah menghadapi 44 juta serangan cyber sejak awal operasi militernya di Gaza.
OpIsrael ternyata tidak gentar dengan pernyataan Yuval, karena ternyata para
hacker ini menyiapkan strategi lain selain DDoS. Operasi serangan dengan nama
OpIsrael itu terakhir dikabarkan berhasil membajak 19 ribu akun Facebook milik
warga Israel,menjebol pertahanan cyber dari Mossad, dan mencuri data dari 30
ribu agen rahasianya.
Sementara itu, Koran Haaretz menulis, situs
perdana menteri, bursa Tel Aviv dan departemen peperangan menjadi target
serangan cyber dan para hacker. Berbagai sumber lain menyebutkan serangan cyber
ini sangat besar dan ratusan situs Israel rusak atau dihack oleh para
hacker serta ribuan email rahasia dibobol. Situs televisi al-Manar melaporkan
bahwa hacker Palestina dan Yordania menghack 40 ribu halaman situs milik Israel
di Facebook. Disebutkan pula bahwa serangan hacker ini sebagai protes atas
kebijakan arogan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Tak hanya itu, para
hacker juga mengancam akan menghapus rezim ilegal Israel dari internet dan dunia
maya.
Koordinator serangan cyber ke Israel menandaskan, "Kalian (Israel )
tidak berhenti melakukan pelanggaran HAM, juga tidak menghentikan pembangunan
distrik Zionis serta tidak patuh terhadap perjanjian gencatan senjata. Kalian
sama sekali tidak menghormati konvensi internasional." Para
hacker juga menayangkan foto para tahanan Palestina di halaman situs yang
mereka hack. Tak hanya itu, sekitar 1500 nama dan email agen Mossad dicantumkan
di situs Google Doc. Sejumlah laporan bahkan menyebutkan serangan cyber ini
sangat besar sehingga Israel
terpaksa meminta bantuan Amerika dan Perancis. Kerugian dari serangan cyber ini
ditaksir sekitar tiga miliar dolar.
Sementara itu, para analis mengatakan serangan
cyber ini menjadi opsi lain bagi perlawanan bangsa Palestina anti Israel
dan bentuk baru dari muqawama. Serangan cyber ini telah memicu kemarahan para
petinggi Rezim Zionis Israel .
Matan Vilnai, wakil menteri peperangan Israel
mengakui sejak Israel
memulai model perang baru yakni cyber war, keamanan rezim ini menjadi sangat
rentan dan aksi spionase terhadap sistem dan data base Israel pun
semakin besar.
Namun Ahmad al-Mudallal, anggota senior Jihad
Islam Palestina menandaskan, serangan cyber ini hanya sebagai reaksi dari
kebijakan arogan Israel .
Kepada al-Alam ia mengatakan, "Melemahkan Israel dan meningkatkan kemampuan
militer Palestina untuk mempertahankan diri dan munculnya intifada ketiga
bangsa Palestina kian hari semakin kuat." Ia menambahkan, sejumlah dalih
lain yang mendorong serangan cyber ini adalah kebijakan judaisasi di Baitul
Maqdis, perampasan tanah rakyat Palestina dan pembangunan distrik Zionis baru
di Tepi Barat.
Al-Mudallal menambahkan, "Alat-alat kuno
yang digunakan bangsa Palestina untuk melawan Israel seperti batu kian hari
mengalami banyak perubahan kemudian disusul dengan aksi gugur syahid. Dan kini
bangsa Palestina memiliki senjata canggih termasuk roket Fajr dan M-75. Realita
menunjukkan bahwa dewasa ini bangsa Palestina dengan mudah dapat menyerang Israel dan salah satu medan yang penting adalah dunia maya."
Meski kerusakan dan kerugian dari serangan
cyber ke Israel
belum dapat diprediksikan secara pasti, namun metode ini kini menjadi
alternatif untuk memberi peringatan kepada rezim penjajah Palestina ini. Hasan
Abdu, seorang pengamat Palestina mengatakan, "Sampai saat ini kerugian
dari serangan cyber kepada Israel
belum pasti, namun serangan cyber merupakan metode paling efektif untuk
menyerang rezim Zionis dan menghadapi kejahatan Tel Aviv."
(irib.ir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar