"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Sabtu, 30 Maret 2013

Kemampuan Iran dan Sanksi Barat


Permusuhan Barat dengan Republik Islam Iran telah dimulai sejak 33 tahun lalu. Aksi itu digulirkan ketika rezim despotik Iran – boneka utama Amerika Serikat di kawasan – digulingkan oleh Revolusi Islam pimpinan Imam Khomeini. Dalam Revolusi Islam 1979, bangsa Iran memperoleh independensinya, namun AS kehilangan sekutunya, minyak, kekayaan dan yang paling penting, kontrol.


Sejak saat itu, AS dan mitra-mitranya berupaya maksimal untuk memperoleh kembali apa yang telah hilang, tapi sayangnya mereka belum berhasil.
Delapan tahun perang Iran-Irak, pembunuhan yang tak terhitung jumlahnya terhadap para pemimpin, akademisi, ilmuwan dan warga sipil Iran, perang media, serangan cyber, operasi rahasia dan dukungan politik dan militer terhadap kelompok anti-Iran, serta putaran terbaru sanksi, merupakan contoh kebencian Barat dan sikap putus asa mereka terhadap Republik Islam.

Pekan lalu, Presiden Barack Obama menandatangani sebuah perintah eksekutif memperketat sanksi terhadap Iran. Ini adalah instrumen terbaru, di mana Washington berusaha untuk mengendalikan TehranPara pengamat berpendapat bahwa kebijakan itu berupaya untuk merusak sektor energi dan finansial Republik Islam.

AS dan Uni Eropa selalu menyatakan bahwa target sanksi adalah pemerintah saat ini di Tehran. Namun, fakta menunjukkan bahwa target sebenarnya dari sanksi-sanksi Barat adalah warga sipil Iran.

Sektor pertanian dan kesehatan merupakan wilayah penting yang sangat terpengaruh oleh sanksi, banyak perusahaan asing tidak bisa lagi memasok obat-obatan dan bahan pangan ke Iran sehingga mengakibatkan tidak tersedianya barang dan meroketnya harga. Korban terbesar dari sanksi tersebut adalah para pasien dan masyarakat sipil secara keseluruhan.

Ironisnya, para pelopor kampanye yang tidak manusiawi ini terhadap Iran, Barack Obama dan Uni Eropa justru menerima Hadiah Nobel Perdamaian masing-masing pada tahun 2009 dan 2012. Menurut Komite Nobel Norwegia, Obama dianugerahi Nobel ‘atas upaya luar biasa untuk memperkuat diplomasi internasional dan kerjasama antar-individu'.

Di pihak lain, Barat menjustifikasi kebijakan-kebijakan arogannya itu dengan mengatakan bahwa target sanksi adalah program energi nuklir Iran. Barat dan Israel menuduh Iran diam-diam mengembangkan senjata nuklir. Sedangkan Republik Islam menolak tuduhan tak berdasar itu, dengan alasan bahwa sebagai penandatangan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan anggota Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Tehran berhak memanfaatkan teknologi nuklir untuk tujuan damai.

Selain itu, IAEA telah melakukan inspeksi ke berbagai fasilitas nuklir Iran, tapi tidak pernah menemukan bukti yang menunjukkan bahwa program nuklir sipil negara itu telah dialihkan ke produksi senjata nuklir. Semua kegiatan di situs nuklir Iran bahkan berada di bawah kamera pengintai IAEA selama 24 jam, dan para inspektur badan dunia itu juga secara teratur mengunjungi situs-situs tersebut serta mengukur dan memberikan segel untuk kontainer uranium yang diperkaya.

Ini adalah realita bahwa Tehran tidak sedang mengembangkan senjata nuklir, banyak media internasional dan lembaga intelijen dunia juga mengakui fakta ini.

SebaliknyaAS diyakini sebagai negara yang memiliki jumlah maksimal hulu ledak nuklir di dunia. Washington diyakini memiliki sekitar 5.000 hulu ledak nuklir, negara-negara Uni Eropa masing-masing menyimpan beberapa ribu hulu ledak nuklir, sementara Israel diyakini memiliki hingga 400 hulu ledak nuklir. Sebelumnya, Barat menuding Irak memiliki senjata pemusnah massal dan menjarah kekayaan bangsa itu.

Bangsa Iran telah berani berdiri melawan hegemoni dan akan terus melakukannya. Meskipun sanksi memberi pengaruh pada perekonomian Iran, tapi pada saat yang sama, telah meningkatkan semangat dan rasa percaya diri. 
(irib.ir)



Pemimpin Revolusi: "Dengan Sanksi, Bangsa Iran Justru Bangkit"


Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah Sayid Ali Khamenei, dalam pidato peringatan Nouruz, Tahun Baru Kalender Islam 1392 di kompleks makam Imam Ali Al-Ridho as di kota Mashhad mengatakan, perekonomian Iran masalah karena ketergantungan dengan minyak.

Pidato Tahun Baru 1392 HS (dimulai tanggal 21 Maret 2013) Pemimpin Revolusi Islam pada Kamis, 21/03/13 itu ditayangkan secara langsung oleh stasiun televisi dan radio Iran.

"Perekonomian kami menghadapi masalah karena ketergantungan terhadap minyak. 17 atau 18 tahun lalu saya telah menyatakan kepada pemerintah waktu itu agar mengambil langkah strategis sehingga kita dapat menutup keran-keran sumur minyak kapan pun kita menginginkannya. 

"Mereka [para pejabat saat itu] yang mengklaim diri sebagai teknokrat hanya tersenyum dan berpendapat apakah mungkin?.

"Selain adanya pengaruh dari dampak negatif sanksi-sanksi Barat, namun kekuatan internal bangsa Iran justru terbangkitkan. Bangsa Iran telah membuktikan tidak hidup di bawah bayang-bayang Amerika Serikat bukan berarti keterbelakangan," tegas Rahbar.

"Dalam masalah regional, musuh mengakui bahwa tidak ada masalah yang dapat terselesaikan tanpa partisipasi Iran."

Ayatullah Khamenei menandaskan, "Kita harus selalu bergerak di depan musuh."

Sebelum ini, Sayyid Ali Khemeni menamakan tahun baru ini sebagai Tahun Epik Ekonomi dan Politik. 

"Dengan perspektif ini, kita menamakan tahun 1392 HS dengan nama Tahun Epik Politik dan Ekonomi." Tegas Pemimpin Revolusi Islam itu pada rabu, 20/03/13. 


Sanksi Barat Gagal Cegah Kemajuan Ilmu Pengetahuan Iran

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan, sanksi Barat terhadap Iran telah gagal untuk menghambat kemajuan Republik Islam dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Pernyataan itu diutarakan oleh Ramin Mehmanparast pada Kamis, 28/03/13, saat mengadakan kunjungan ke Belarus, bahwa negaranya berada di peringkat baik di bidang nanoteknologi meskipun mendapat sanksi dari Barat.

Pejabat Iran itu membuat pernyataan dalam pertemuan dengan para pejabat dan para mahasiswa di Universitas Ekonomi Belarus di Minsk, Belarus. 

Menurutnya, negara-negara merdeka seperti Iran dan Belarus dapat membuat kemajuan di berbagai bidang dengan meningkatkan kerja sama ekonomi dan politik, meski mendapat tekanan politik dari Barat.

Juru bicara itu juga bertemu dengan kepala delegasi media dan mengatakan, dunia saat ini dihadapkan dengan situasi kritis.

Amerika Serikat berusaha memberlakukan berbagai sanksi terhadap Iran dengan dalih isu-isu seperti demokrasi, hak asasi manusia, dan energi nuklir, kata Mehmanparast.

Dia juga menyatakan, sanksi Barat yang dikenakan pada Iran didasarkan pada klaim tak berdasar bahwa Tehran membangun senjata nuklir dalam program energi nuklirnya.

Kegiatan energi nuklir Iran berada di bawah pengawasan Badan Energi Atom Intternasional (IAEA) dan tidak ada bukti penyimpangan yang ditemukan dari program tersebut, tambah Mehmanparast. 

(islamtimes.org)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar