"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Sabtu, 21 Juli 2012

Demokrasi Indonesia Menjadi Contoh Negara-Negara Muslim


Duta Besar Iran untuk Indonesia Mahmoud Farazandeh menyerukan seluruh umat Muslim yang ada di dunia untuk bersatu melawan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perpecahan yang terjadi.


"Sekarang bukan lagi waktunya lagi mengatakan kami mengikuti mazhab Ja`fari ataupun Syafi`i. Kami harus sadar bahwa kita mempunyai kesamaan yakni menjadi target kepentingan bagi pihak lain," ujar Mahmoud Farazandeh di Jakarta.
Farazandeh mengingatkan bahwa umat Muslim harus sadar bahwa negara-negara Barat menggunakan banyaknya mazhab yang ada untuk membuat perpecahan di antara umat Muslim itu sendiri.

"Negara-negara yang mayoritas berpenduduk Muslim hendaknya mencontoh Indonesia yang menerapkan demokrasi tanpa melupakan nilai-nilai Ketuhanan," tambah dia.

Indonesia, lanjut dia, merupakan nilai dengan populasi Muslim terbesar di dunia dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa namun mampu menjadi negara demokrasi ketiga terbesar di dunia.

"Demokrasi di Indonesia berbeda dengan demokrasi di belahan dunia lain karena tidak melupakan Tuhan," ujarnya.

Menurut dia, demokrasi seperti itulah yang diperlukan negara-negara lainnya. Bukan demokrasi liberal yang tidak menempatkan nilai-nilai kemanusian.

Farazandeh mengaku miris dengan kondisi yang terjadi di wilayah Timur Tengah saat ini. Dimana adanya campur tangan pihak asing yang memaksakan demokrasi yang belum tentu sesuai, ditambah lagi sebagian negara Arab memilih berbasis militer.

"AS berhasil menjual senjata hingga 200 miliar dolar AS ke sejumlah negara Arab pada tahun lalu," ujarnya.

Dia mengatakan tidak mudah menjual senjata dengan nilai begitu besar, apalagi negara-negara tersebut masih tergolong miskin.Tentunya, kata dia, mereka menjual dengan menggunakan dalih-dalih yang belum tentu benar.

"Saat ini yang lebih terpenting adalah bersatu melawan hegemoni Barat," tegas dia.

(indonesianvoices.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar