Sebuah pesawat
komersial buatan Rusia menabrak tebing di kawasan Gunung Salak Bogor pada Rabu
9 Mei. Peristiwa ini memunculkan banyak teka-teki yang belum terjawab hingga
kini.
"Bagi Rusia, Sukhoi merupakan kebanggaan nasional. Kita pun juga harus demikian, Dirgantara
Selengkapnya simak wawancara spesial Purkon Hidayat dari IRIB Bahasa Indonesia dengan Hendrajit, Direktur Global Future Institute mengenai "Perang Global di balik Kecelakaan Sukhoi" di Gunung Salak, Bogor. Bagaimana pandangan Anda, apakah kecelakaan ini disebabkan masalah teknis atau human error ?
Terlalu awal kalau mau dikatakan demikian. Persoalannya, saat ini berkembang beberapa spekulasi kemungkinan mengenai masalah ini. Pertama, mungkin itu murni kecelakaan seperti pesawat-pesawat lain. Atau ada kesalahan teknis maupun kesalahan pilot juga bisa. Tapi juga yang mulai mempertanyakan kemungkinan adanya indikasi semacam pembajakan dalam kejadian kecelakaan Sukhoi.
Ini memang yang harus diselidiki. Yang menjadi kunci saat ini mengenai tim investigasi
Kalau Pak Hendrajit sendiri melihat masalah seperti apa?
Kalau kita melihat manuver Cina dan Rusia di kawasan Asia Tenggara bisa dibilang sudah bersenyawa sekarang. Ini yang gagal dibaca oleh Samuel Huntington dari AS ketika dia tidak memperhitungkan kesepakatan strategis Cina-Rusia pada tahun 2001 melalui Shanghai Cooperation Organisation. Jadi ini yang menjadi kecurigaan banyak kalangan di
Dari dalam, masalah Sukhoi bukan dalam konteks angkutan komersial, tapi pada alat-alat militer yang mulai dipertimbangkan juga oleh pihak depertemen pertahanan. Jangankan Rusia, Cina pun malah bergerak lebih jauh lagi dilihat dari kerjasama dua kementerian mengenai alih teknologi industri pertahanan. Ini yang harus dilihat gambaran besarnya.
Dari kejadian kemarin, begitu banyak keganjilan-keganjilan yang terjadi serta misteri-misteri yang perlu diungkap mengenai perang global.
Belakangan hubungan
Dalam intelejen ada istilah yang disebut dengan "Aksi destabilisasi", jika dalam kasus Sukhoi ini mengarah pada pembuktian terhadap keganjilan-keganjilan. Termasuk yang saya amati sendiri memang mengarah pada indikasi-indikasi adanya sabotase. Tapi yang harus dilihat adalah kita tidak boleh terperangkap pada foto kecil dari kejadian ini.
Sejatinya, kejadian besarnya bukan sekedar Sukhoi, Airbus, atau Boeing, karena inti dari aksi ini kalau saya lihat dalam konteks skema perang global adalah kekhawatiran bahwa Sukhoi bisa menjadi alternatif alat utama peralatan militer atau Alutsista yang memang dipertimbangkan. Sebetulnya kalau dilihat, itu
Sejumlah kalangan, melihat fenomena ini menjadi momentum naiknya kembali industri dirgantara nasional yang pernah melejit di era Habibie. Kini sudah waktunya dinaikan lagi dengan dorongan kebijakan pemerintah. Bagaimana Anda menyorotinya ?
Sebetulnya bagi
Jadi dalam hal ini, kasus Sukhoi dan lainnya harus dilihat sebagai aksi destabilisasi, entah dari sumber mana. Itu soal penyelidikan lebih jauh. Tapi dengan melihat gejalanya ini memang diharapkan akan ada setback. Tapi apakah memang harapan itu kedepannya terjadi. Gejalanya sekarang malah kontraproduktif. Sekarang sudah muncul, misalnya seperti yang dilakukan salah satu stasion TV, malah jadi kayak iklan gratis, "Jangan beli di luar Airbus dan Boeing" dengan menunggangi kasus kecelakaan Sukhoi. Justru menurut saya jadi kontraproduktif.
Kembali menengok perusahaan Dirgantara
Problem penerbangan kita ini kelihatannya ada persoalan. Menurut saya terjadi masalah di sektor hulu.
Ini mau tidak mau harus disinkronkan, apalagi dengan pelajaran-pelajaran kejadian kemarin ini yang menunjukkan bahwa Dephan pun dalam mencoba mempriotitaskan penyediaan peralatan militernya bukan dengan dasar melihat dulu apa pola ancaman dan trend global, dan baru kemudian membikin prioritas peralatan apa yang dibutuhkan.
Saya lihat juga di industri-industri lain demikian, termasuk di PT Drigantara
Jadi, masalahnya adalah kebijakan di sektor hulu ya ?
Kebijakan harus lebih strategis. Jadi industri itu mau diapain sebagai kekuatan strategis pemberdayaan nasional. Yang menarik adalah statemen otoritas Rusia sendiri sebagaimana ditulis oleh salah satu staf Global Future Institute sendiri bahwa ini bukan sekedar tahu tapi sudah menjadi sebuah priority project bahwa Sukhoi ini menjadi kebanggaan nasional, dan kitapun juga harus demikian dengan Dirgantara
(indonesian.irib.ir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar