Perjalanan perundingan nuklir Iran dengan Barat dalam beberapa tahun terakhir
ini mengalami pasang surat .
Di tengah berbagai keberhasilan Iran
di bidang nuklir sipilnya, Barat tetap sulit menerima realitas itu dan berupaya
mengucilkan Tehran
di arena internasional demi memonopoli teknologi tinggi itu.
Pada 23 Februari lalu, Iran berhasil memasang
180 mesin sentrifugal generasi kedua di fasilitas nuklir Natanz, dan secara
gradual 180 mesin sentrifugal IR2M juga akan dipasang. Sebelumnya, Pembangkit
listrik tenaga nuklir berkekuatan 1000 megawatt beroperasi di bawah pengawasan
penuh IAEA, dan mencapai daya kapasitas maksimum untuk pertama kalinya pada
tanggal 30 Agustus 2012. Tidak hanya itu, Organisasi Energi Atom Republik Islam
Iran (AEOI) menyatakan bahwa Tehran
akan membangun 16 pembangkit listrik tenaga nuklir baru.
Di tengah berbagai kemajuan tersebut, Barat
terus-menerus menjegal program nuklir sipil Iran yang mereka klaim mengarah
pada kepentingan militer. Pada Maret 2012, Dewan Gubernur IAEA menggelar sidang
periodik di kota Wina yang membahas laporan
Dirjen IAEA, Yukiya Amano mengenai program nuklir Iran . Amano dalam laporannya
mengungkapkan bahwa program nuklir Iran yang diinvestigasi IAEA
bertujuan damai, namun pada saat yang sama mengemukakan kekhawatirannya tentang
sejumlah persoalan yang masih mengganjal. Amano mengklaim memiliki informasi
bahwa aktivitas nuklir Iran
memasuki tahap produksi bahan peledak nuklir.Tapi ironisnya kekhawatiran
tersebut tidak dibarengi bukti yang memadai.
Sebelumnya, pada November 2011, IAEA
mengeluarkan laporan ambigu mengenai program nuklir sipil Iran . IAEA
menyebutkan kemungkinan adanya sejumlah aktivitas nuklir Iran yang
mengarah pada tujuan militer. Dengan alasan tersebut, AS dan Uni Eropa
meningkatkan sanksi terhadap Iran .
Padahal sepanjang tahun 2012, pejabat tinggi IAEA yang dipimpin Wakil Direktur
Jenderal dan Kepala Departemen Perlindungan IAEA, Herman Nackaerts, sudah tiga
kali mengunjungi Tehran untuk membahas program
nuklir sipil Iran .
Namun tampaknya, IAEA yang berada dalam bayang-bayang sejumlah negara tertentu
lebih memilih keluar dari kerangka perundingan dengan menggulirkan tuntutan
baru meninjau situs militer Parchin.
IAEA mendesak Iran untuk menandatangani
kesepakatan yang mengijinkan para inspektur badan internasional yang diklaim
Barat sebagai situs pengembangan senjata nuklir.
Padahal sebelumnya, investigator IAEA pernah
mengunjungi situs Parchin pada tahun 2005 dan 2006. Seluruh tudingan Barat
terkait instalasi militer ini tidak terbukti. Namun, pada tahun 2011, Barat
kembali mengulang tudingannya dan mendesak penyelidikan terhadap situs Parchin.
Perundingan antara Republik Islam Iran dan Kelompok 5+1 digelar kembali di Almaty , Kazakhstan
setelah delapan bulan terhenti pasca perundingan di Moskow, ibukota Rusia pada
bulan Juni 2012. Selama delapan bulan tersebut, Amerika Serikat dan Barat
meningkatkan tekanan politik dan ekonomi terhadap Iran dengan dalih program nuklir
yang mereka klaim bertujuan militer namun tidak pernah terbukti di lapangan.
Salah satu capaian penting perundingan Almaty
adalah kedua belah pihak sepakat mengenai tempat dan waktu negosiasi berikutnya.
Kesepakatan seperti ini tidak tercapai dalam perundingan sebelumnya. Perunding
senior dan Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran (SNSC) Saeed Jalili
menilai perundingan dua hari di Almaty sebagai langkah positif yang dapat
melengkapi pendekatan konstruktif dan langkah-langkah timbal balik.
Di sisi lain, Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni
Eropa Catherine Ashton juga menilai perundingan Almaty positif. Kini bersamaan
dengan digelarnya perundingan tingkat ahli di Istanbul ,
Turki, sarana bagi penyelenggaraan perundingan mendatang antara Iran dan
kelompok 5+1 pada April mendatang semakin kondusif. Dalam pertemuan sebelumnya,
prakarsa Iran
disambut oleh kelompok 5+1, dan sejumlah point yang disampaikan Republik Islam
sejalan dengan mereka.
Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran
menilai sikap Barat dalam perundingan Almaty lebih realistis dan lebih dekat
dengan prakarsa Tehran
dibandingkan sebelumnya. Meski demikian, menurut Jalili, masih terdapat jarak
yang sangat jauh dengan tujuan ideal. Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional
Iran mengusulkan kepada enam kekuatan dunia untuk mengambil langkah yang lebih
konkrit dalam menciptakan kepercayaan dua arah. Tapi usulan itu tidak boleh
mengesampingkan kepentingan nasional Iran .
Pengayaan uranium dan produksi bahan bakar
yang dibutuhkan reaktor nuklir dalam batas yang diizinkan merupakan hak legal Iran
sebagaimana telah diatur dalam ketentuan traktat non-proliferasi nuklir. Iran melanjutkan pengayaan uranium yang
dibutuhkan dari lima
persen hingga 20 persen, dan situs Fordo merupakan instalasi nuklir legal yang
diawasi penuh aktivitasnya oleh IAEA.
Sejatinya Iran tidak akan pernah bertekuk
lutut terhadap berbagai tekanan dan sanksi yang dilancarkan Barat untuk
menjegal kemajuan nuklir negara itu. Tekad baja rakyat dan pemerintah Iran itu telah
membuahkan hasilnya. Dan kini publik dunia, bahkan Barat sendiri, mau tidak mau
harus mengakui bahwa Iran
adalah negara yang menguasai teknologi nuklir yang dipergunakan untuk
kepentingan damai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar