"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Senin, 22 April 2013

Fatwa Rahbar Bukti Nuklir Iran Damai

Pada tanggal 22 Februari, Ayatollah Khamenei mengeluarkan fatwa bahwa mengejar dan memiliki senjata nuklir adalah dosa besar dilihat dari sudut pandang apapun, secara logis, religius dan teoritis.



Seorang analis mengatakan fatwa Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei terkait senjata nuklir seharusnya merupakan tonggak politik yang mengakhiri tuduhan Barat terhadap Iran.


Fatwa Pemimpin Revolusi Islam Iran juga berfungsi sebagai cahaya mercusuar bagi Washington untuk menemukan jalan keluar dari kegelapan dan kebodohannya," kata penulis dan analis Timur Tengah, Salami Ismail dalam sebuah artikel yang dimuat di website Press TV, Kamis 19/04/12.

Pada tanggal 22 Februari, Ayatollah Khamenei mengeluarkan fatwa bahwa mengejar dan memiliki senjata nuklir adalah dosa besar dilihat dari sudut pandang apapun, secara logis, religius dan teoritis.

Ayatullah Sayyed Ali Khamenei juga menggambarkan proliferasi senjata nuklir adalah tindakan "tidak masuk akal, merusak dan berbahaya,". Ayatullah juga memberikan jaminan bahwa bangsa Iran tidak pernah dan tidak akan pernah berusaha mencari bom atom.

Ayatullah Khamenei mengatakan, bangsa Iran tak pernah dan tak akan pernah berpikir membuat senjata nuklir. Bangsa ini akan membuktikan kepada dunia bahwa senjata nuklir tidak mendatangkan kekuatan. Tapi bangsa yang mengandalkan bakat dan potensi insani dan alamnya bisa meruntuhkan kekuatan yang memiliki senjata nuklir.

Para Ahli Iran juga menantang tuduhan Barat yang mengatakan Iran mengalihkan program nuklirnya untuk tujuan senjata Nuklir. Dan hingga saat ini Barat tidak pernah menemukan bukti konkrit dan valid yang menguatkan tuduhannya bohong tersebut. Pada saat yang sama sejarah juga membuktikan bahwa Iran tidak pernah menjadi agresor, bahkan Iran menjadi korban agresi.

Mengutip keterlibatan AS dan negara Barat lainnya dalam mempersenjatai rezim Baath, diktator Irak Saddam Hussein dengan senjata kimia yang digunakan dalam perang Iraq-Iran selama delapan tahun (1980-1988), Salami mengatakan Republik Islam Iran tidak pernah membungkukkan badan dan tidak akan melakukan tindakan kejam dan tidak manusiawi seperti dilakukan oleh Saddam. Iran juga tidak akan pernah melakukan hal yang sama untuk melakukan balas dendam.

Dengan dukungan dan arahan pemerintah AS, berapa banyak bom telah di jatuhkan di kota-kota Iran ketika warga sipil sedang tidur? Berapa banyak pemuda kehilangan nyawa dalam perang yang berlangsung selama delapan tahun? Berapa banyak perempuan menjadi janda? Berapa banyak anak-anak yatim? Apakah ada pengampunan atas kegilaan politik ini?

Analis Iran tersebut juga menegaskan, pemerintah AS, secara moral dan finansial, berhutang budi kepada Iran. Tindakan tepat yang harus diambil oleh pemerintah AS adalah, Washington harus menunjukkan niat baik pada Iran sebagai kompensasi atas penderitaan dan malapetaka yang telah menimpa rakyat Iran. Dengan kata lain, Washington harus mengambil langkah pertama untuk menghilangkan nuansa ambiguitasnya.

"Dan nampaknya, hanya sedikit harapan dalam perundingan mendatang [di Baghdad pada 23 Mei]. Kecuali jika AS mengendurkan sikap keras kepala dan mengakhiri permusuhan mereka dengan Republik Islam Iran, meninggalkan sinisme mengerikan dan mengakui bahwa bagsa Iran tidak pernah mengejar senjata pemusnah massal, "kata Salami.

(islamtimes.org)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar