Seorang analis mengatakan
fatwa Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei terkait senjata
nuklir seharusnya merupakan tonggak politik yang mengakhiri tuduhan Barat
terhadap Iran .
Fatwa Pemimpin Revolusi
Islam Iran juga berfungsi
sebagai cahaya mercusuar bagi Washington
untuk menemukan jalan keluar dari kegelapan dan kebodohannya," kata
penulis dan analis Timur Tengah, Salami Ismail dalam sebuah artikel yang dimuat
di website Press TV, Kamis 19/04/12.
Pada tanggal 22 Februari,
Ayatollah Khamenei mengeluarkan fatwa bahwa mengejar dan memiliki senjata
nuklir adalah dosa besar dilihat dari sudut pandang apapun, secara logis,
religius dan teoritis.
Ayatullah Sayyed Ali
Khamenei juga menggambarkan proliferasi senjata nuklir adalah tindakan
"tidak masuk akal, merusak dan berbahaya,". Ayatullah juga memberikan
jaminan bahwa bangsa Iran
tidak pernah dan tidak akan pernah berusaha mencari bom atom.
Ayatullah Khamenei
mengatakan, bangsa Iran
tak pernah dan tak akan pernah berpikir membuat senjata nuklir. Bangsa ini akan
membuktikan kepada dunia bahwa senjata nuklir tidak mendatangkan kekuatan. Tapi
bangsa yang mengandalkan bakat dan potensi insani dan alamnya bisa meruntuhkan
kekuatan yang memiliki senjata nuklir.
Para Ahli Iran juga menantang tuduhan Barat yang
mengatakan Iran
mengalihkan program nuklirnya untuk tujuan senjata Nuklir. Dan hingga saat ini
Barat tidak pernah menemukan bukti konkrit dan valid yang menguatkan tuduhannya
bohong tersebut. Pada saat yang sama sejarah juga membuktikan bahwa Iran tidak pernah menjadi agresor, bahkan Iran menjadi
korban agresi.
Mengutip keterlibatan AS
dan negara Barat lainnya dalam mempersenjatai rezim Baath, diktator Irak Saddam
Hussein dengan senjata kimia yang digunakan dalam perang Iraq-Iran selama delapan
tahun (1980-1988), Salami mengatakan Republik Islam Iran tidak pernah
membungkukkan badan dan tidak akan melakukan tindakan kejam dan tidak manusiawi
seperti dilakukan oleh Saddam. Iran
juga tidak akan pernah melakukan hal yang sama untuk melakukan balas dendam.
Dengan dukungan dan arahan
pemerintah AS, berapa banyak bom telah di jatuhkan di kota-kota Iran
ketika warga sipil sedang tidur? Berapa banyak pemuda kehilangan nyawa dalam
perang yang berlangsung selama delapan tahun? Berapa banyak perempuan menjadi
janda? Berapa banyak anak-anak yatim? Apakah ada pengampunan atas kegilaan
politik ini?
Analis Iran tersebut juga menegaskan, pemerintah AS,
secara moral dan finansial, berhutang budi kepada Iran . Tindakan tepat yang harus
diambil oleh pemerintah AS adalah, Washington
harus menunjukkan niat baik pada Iran
sebagai kompensasi atas penderitaan dan malapetaka yang telah menimpa rakyat Iran . Dengan
kata lain, Washington
harus mengambil langkah pertama untuk menghilangkan nuansa ambiguitasnya.
"Dan nampaknya, hanya
sedikit harapan dalam perundingan mendatang [di Baghdad pada 23 Mei]. Kecuali
jika AS mengendurkan sikap keras kepala dan mengakhiri permusuhan mereka dengan
Republik Islam Iran ,
meninggalkan sinisme mengerikan dan mengakui bahwa bagsa Iran tidak
pernah mengejar senjata pemusnah massal, "kata Salami.
(islamtimes.org)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar