"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Kamis, 18 April 2013

Fakta-fakta Tentang Senjata Nuklir Korea Utara


 Dari temuan-temuan dinas intelijen militer Amerika Serikat menunjukkan Korea Utara memiliki kemampuan meluncurkan peluru kendali berhulu ledak nuklir.

 Namun Pentagon dan Kementerian Pertahanan Korea Selatan malah meragukannya karena kekaburan yang menyelimuti program nuklir rahasia Pyongyang.

 

 Seberapa banyak kita tahu program nuklir Korea Utara?

 Tak begitu banyak.

 Korea Utara telah melakukan tiga kali uji coba senjata nuklir pada 2006, 2009 dan 2013.

 Uji coba bawah tanah pada 2013 sejauh ini adalah yang paling dahsyat. Namun kontaminasi radioaktifnya sangat terkendali sehingga para pengawas AS, Korea Selatan dan Jepang frustrasi dalam mengetahui lebih jauh mengenai bentuk detonasinya.


 Sejumlah pakar meyakini itu mungkin bom uranium, bukan bom plutonium yang diledakkan dalam dua uji coba sebelumnya.

 Korea Utara hanya sukses mengujicobakan satu peluru kendali jarak menengah, Rodong-1, yang berjangkauan 1.300 km.

 Pada 1998 Korea Utara meluncurkan Taepodong-1 (berjangkauan 2.500 km) di atas Jepang, namun uji coba yang ketiga meledak. Taepodong-2 (6.700 km) diujicoba pada 2006 namun meledak setelah 40 detik.

 Desember tahun lalu, Korea Utara sukses menempatkan sebuah satelit ke orbitnya dengan meluncurkan roket jarak jauh Unha-3.


 Apa yang diklaim Korea Utara?

 Banyak sekali.

 Militer Korea Utara mengaku sudah memiliki kapasitas meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) dan bisa dengan akurat meluncurkan rudal berhulu ledak nuklir ke target-target tertentu sampai daratan Amerika Serikat.

 Pyongyang mengatakan uji coba Februari 2013 adalah wahana miniatur dan mengaku kini telah menganekaragamkan kemampuan persenjataannya baik dengan bom uranium maupun plutonium.


 Apa pandangan umum para pakar?

 Campur aduk.

 Hampir semua pakar setuju bahwa kendati sukses meluncurkan Unha-3, Korea Utara masih perlu bertahun-tahun lagi untuk bisa disebut memiliki kemampuan meluncurkan ICBM.

 Isu miniaturisasi semakin diperdebatkan. Sejumlah pakar meyakini Pyongyang memang jago dalam teknik ini, namun mayoritas pakar yakin kemampuan itu masih membutuhkan satu atau mungkin lebih dari dua kali uji coba senjata nuklir lagi sebelum bisa menempatkan kepala nuklir yang pas dengan peluru kendali.

 Kemampuan Utara dalam sistem pengiriman sangat spekulatif. Bahkan pada peluru kendali jarak menengah, rekam jejak missil balistik Korea Utara penuh tanda tanya.

 Peluncuran Unha-3 menunjukkan kemampuan negeri itu dalam meluncurkan peluru kendali, namun ada keraguan besar mengenai akurasi dan keandalannya, demikian AFP.
 (antaranews.com)


 Korea Utara dan Sejarah Konfrontasi Masa Lalu


 Korea Utara memiliki sejarah panjang konfrontasi dengan dunia luar terkait program nuklir negara itu.
 Pada masa lalu, Pyongyang mencatat kemenangan diplomatik dari Amerika Serikat dan negara lain.
 Sejak tahun 1990-an, Korea Utara mencoba beberapa strategi termasuk menggunakan ancaman dan aksi militer terbatas untuk memecah negara tetangga dan musuh serta mendapat konsesi dari mereka.
 Bahkan sebagian pejabat Amerika Serikat mengakui bahwa Kim Jong-il memiliki keterampilan tersendiri.
 Namun kekhawatiran sejumlah kalangan adalah putranya, Kim Jong-un, tidak memiliki pendekatan serupa atau strategi jitu sehingga dapat memicu konflik yang tidak diinginkan.

 Tujuan strategis Pyongyang adalah senjata nuklir yang mereka anggap dapat menjamin kelangsungan rezim.
 Pyongyang ingin memaksa Amerika Serikat mengakui bahwa Korea Utara adalah mitra kekuatan nuklir.
 Sanksi yang diterapkan Washington -terutama dengan sasaran keuangan rezim dan militer Korea Utara- tampaknya seperti menyengat King Jong-un dan penasehatnya.

 Konfrontasi yang dipicu oleh program nuklir Korea Utara pecah dua dekade lalu.


 Kelangsungan rezim

 Kim Jong-il mengklaim bisa mengalahkan pemerintah Amerika.

 Pada 1994 konfrontasi ini nyaris menyebabkan perang di Semenanjung Korea.
 Pada musim semi 1994 ini pemerintah AS di bawah Presiden Bill Clinton bahkan condong untuk menyerang fasilitas nuklir Korea Utara yang tak begitu besar di Yongbyon.
 Krisis berlangsung selama beberapa bulan dan Washington akhirnya bersedia berunding langsung dengan Pyongyang, yang memang menjadi keinginan Korea Utara.
 Kesepakatan dicapai dan Korea Utara bersedia membekukan program nuklir ini dengan imbalan bantuan ekonomi dan diplomatik.

 Waktu berlalu dan ternyata persediaan senjata nuklir bertambah.
 Dalam situasi seperti ini, AS jelas tak bisa lagi merencanakan serangan untuk memaksa Korea Utara sama-sama sekali menghapus program nuklir mereka.
 Keberhasilan ini membuat Kim Jong-il dianggap sebagai pemimpin jenius yang berhasil mengalahkan negara adidaya.
 Ia juga mengklaim menang dalam konfrontasi dengan AS pada 2002.

 Presiden AS ketika itu, George W Bush menuduh Pyonyang curang karena masih saja menjalankan program nuklir.
 Pyongyang, yang disebut sebagai poros jahat oleh Washington, menyatakan tak lagi terikat dengan kesepakatan terdahulu dan mengancam melancarkan perang.
 Tapi, lagi-lagi krisis ini berakhir di meja perundingan. Kali ini Korea Selatan, Rusia, dan Cina ikut berunding.


 Belum jelas

 Tidak ada hasil nyata dari perundingan ini sementara di sisi lain teknologi rudal dan senjata nuklir Korea Utara makin maju.
Ada satu pelajaran yang sepertinya dipegang erat-erat oleh rezim di Pyongyang, bahwa ancaman perang selalu membuat lawan mundur dan bahkan memberi mereka konsesi.
 Mereka tahu agar ancaman ini kredibel Korea Utara harus mengesankan bahwa kalau sampai perang pecah, dampaknya akan luar biasa.
 Salah satu masalah yang mengemuka saat ini adalah tak banyak yang tahu soal pemimpin Korea Utara sekarang ini, Kim Jong-un.
Bahkan di dalam negeri sendiri namanya tak begitu dikenal sampai kemudian ia diangkat menjadi pemimpin dua tahun silam.
 Ia mengesankan seperti jenderal hebat, tampil di garis depan dan mengeluarkan ancaman-ancaman spesifik, sesuatu yang berbeda dengan sang ayah.
Agar ancamannya diperhitungkan, lawan-lawannya harus yakin bahwa ancaman yang ia keluarkan bukan sekedar bualan.

Di sisi lain banyak kalangan berpendapat Korea Selatan, AS, dan Cina tak akan tinggal diam bila Korea Utara mengobarkan perang.

 Kim Jong-un dan para penesehatnya sangat tergantung dengan pendekatan lama. Cuma, kali ini belum jelas apakah mereka kembali berhasil atau tidak.
 (bbc.co.uk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar