Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John
Kerry, meminta dunia menghargai upaya nonproliferasi atau perlucutan senjata
nuklir. Upaya tersebut, dikatakan Kerry, Rabu (13/2), ditunjukkan dengan sikap
tegas masyarakat internasional atas pengembangan nuklir Korea Utara (Korut) dan
Iran .
Sedang Dewan Keamanan (DK) PBB yang telah
mengeluarkan tiga resolusi terpisah atas nuklir uji coba misil dan nuklir Korut
sejak 2006, kemungkinan akan mengeluarkan resolusi baru. Resolusi yang terakhir
dikeluarkan pada Januari lalu.
Spekulasi berkembang menyatakan Korut dan Iran bekerja
sama dalam pengembangan misil dan nuklir. Kendati tak menyebut kedua negara
saling terkait, Kerry mengatakan sikap masyarakat dunia tak hanya ditujukan
bagi Korut, tapi juga Iran .
“Sangat penting bagi dunia untuk memiliki
kredibilitas dengan menghargai upaya nonproliferasi kami. Sama seperti sikap
yang tidak mengizinkan Korut mengejar upaya sembrono seperti ini, maka artinya
kita juga tidak menghargai aksi yang tidak diizinkan seperti itu,” katanya,
setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Yordania Nasser Judeh, di kantornya,
Rabu.
Dunia, menurut Kerry, harus satu suara untuk
mengambil respons cepat, jelas, kuat, dan kredibel dalam menanggapi uji coba
nuklir ketiga Korut.
Presiden AS Barack Obama pada kesempatan
berbeda, menyerukan kepada semua pejabat pertahanannya untuk memperkuat sistem
pertahanan misil untuk menghadapi ancaman Korea Utara. Dalam pidato
kenegaraannya, Presiden Obama berjanji mengambil tindakan tegas dalam
menanggapi pembangkangan Korea Utara tersebut.
Selasa pekan ini, Korut kembali mengguncang
dunia dengan nekat melanggar resolusi sanksi baru PBB bulan lalu. Sebuah
perangkat kecil nuklir diledakkan di suatu lokasi bawah tanah terpencil. Dunia
memandang hal ini sebagai sebuah langkah menuju tujuan utama mereka, membuat
bom kecil di dalam misil untuk menyerang AS.
Perlawanan Iran
DK PBB telah mengeluarkan tiga resolusi
terpisah atas nuklir uji coba misil dan nuklir Korut sejak 2006. Resolusi yang
terakhir dikeluarkan pada Januari lalu, setelah Korut berhasil meluncurkan
satelitnya. Tak hanya Korut ,
Iran juga
berada di bawah sanksi kaku, dan proses negosiasi dengan Barat atas program
pengayaan uraniumnya.
Senada dengan Kerry, Kepala Kebijakan Luar
Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, yang berbicara di hadapan anggotan DK PBB,
menyebut uji coba nuklir Korut sebagai “tantangan terang-terangan lebih lanjut
untuk upaya nonproliferasi global.” Dikatakannya, penting bagi masyarakat
internasional untuk bersatu dan menunjukkan “bahwa ada konsekuensi dari pelanggaran
terus menerus.”
Dalam sidang darurat, Selasa, anggota DK
dengan suara bulat mengatakan uji coba nuklir Korut menimbulkan ancaman yang
jelas bagi perdamaian dan keamanan internasional. Langkah baru lainnya
menyikapi Korut, akan ditinjau kembali.
Di Washington, Rabu, Menteri Pertahanan AS
Leon Panetta mengatakan, tindakan Korea Utara merupakan ancaman bagi AS dan
merongrong keamanan regional. Dia berjanji, AS akan mengambil langkah apa pun
yang diperlukan untuk memenuhi komitmennya kepada Korea Selatan, termasuk
penyelenggaraan latihan militer lanjutan dan peningkatan pertahanan misil di
wilayah tersebut.
Panetta mengatakan, sejumlah pakar AS sedang
mempelajari data yang tersedia tentang ledakan bawah tanah Korut dua hari lalu.
Kesulitan masih dirasakan untuk dapat menentukan apakah perangkat tersebut
terbuat dari plutonium, karena Korut hanya memiliki persediaan terbatas, atau
uranium, yang dapat diperkaya untuk senjata.
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Luar
Negeri AS Victoria Nuland, menyatakan aksi Korut sebagai “aksi provokatif
retoris”, namun pada kenyataannya aksi Korut tak sepenuhnya retoris, malah
dikatakan harus mendapat tanggapan yang cepat dan serius.
(indonesiamedia.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar