"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Jumat, 08 Maret 2013

Chavez dan IMF


Mengapa negara-negara berkembang membiarkan perekonomiannya dipegang oleh segelintir pemodal asing yang sewaktu-waktu bisa menarik modalnya dan meninggalkan jutaan pengangguran dan kemiskinan? 


Jawabannya adalah karena tekanan dari IMF, Bank Dunia, dan WTO. Joseph Stiglitz menyebutkan bahwa cita-cita ideal globalisasi umumnya diterima oleh masyarakat dunia, namun ketika kini dunia menyaksikan bahwa ‘janji’ globalisasi tak tercapai, maka yang perlu diteliti adalah ketiga institusi yang mengatur globalisasi: IMF, World Bank, dan WTO.



IMF semula didirikan untuk menjamin stabilitas ekonomi global dan menyediakan dana pinjaman untuk negara-negara yang mengalami penurunan ekonomi supaya negara-negara tersebut bisa memulihkan kembali perekonomiannya. Sementara itu, Bank Dunia diniatkan untuk membantu negara-negara dalam membangun infrastruktur seperti jalan, bendungan, dll. Diharapkan, bila berbagai sarana publik telah dibangun, kemiskinan bisa tereliminasi. Namun, sejak tahun 1980-an, IMF dan WB berubah secara drastis menjadi institusi yang memimpin proses liberalisasi ekonomi di dunia. IMF baru mengucurkan dana pinjaman bila suatu negara telah melaksanakan syarat-syarat yang ditetapkan IMF: mencabut subsidi, meningkatkan pajak, liberalisasi pasar, dan meningkatkan suku bunga. Sementara itu, WB baru mau mengucurkan pinjaman bila sudah mendapatkan persetujuan IMF. Dengan kata lain, IMF dan WB mengulurkan bantuan kepada negara-negara yang sedang terpuruk ekonominya, misalnya Indonesia, tapi mengajukan sejumlah syarat dan syarat itu ujung-ujungnya hanya menguntungkan negara-negara pemegang saham terbesar di IMF dan WB (yaitu negara-negara industri maju). [sumber: Stiglitz, Joseph E. 2002. Globalization and Its Discontents, pemaparan lebih lanjut tentang topik ini bisa baca dihttp://dinasulaeman.wordpress.com/2010/05/10/kejamnya-liberalisme-ekonomi/]

Dan, sayangnya hanya segelintir pemimpin yang berani mengatakan tidak pada IMF, di antaranya Chavez. Venezuela melunasi utangnya ke IMF tak lama setelah Chavez menjadi presiden. Pada 30 april 2007, Venezuela keluar dari keanggotaan IMF. [sumber: Kompas, Kamis 7/3/2013, dikutip oleh Fuad Thahir].

Pemimpin seperti inilah, yang berani melawan kekuatan-kekuatan raksasa yang ingin memiskinkan rakyatknya, yang dicintai dengan tulus oleh rakyatnya. Di foto ini terlihat betapa banyak massa yang mengantar jenazah Chavez. [sumber foto: dari page Team Palestine]


Penulis : Dina Y. Sulaeman, alumnus Magister Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, research associate of Global Future Institute

Tidak ada komentar:

Posting Komentar