Tanggal 29 April
ditetapkan sebagai Hari Nasional Teluk Persia. Sepanjang sejarah, perairan
di kawasan Timur Tengah itu dikenal dengan sebutan Teluk Persia atau Laut Persia. Penamaannya sebagai hari
nasional disebabkan urgensi Teluk Persia
bagi Iran,
dan kedudukannya sebagai perairan paling penting di kawasan dan dunia.
Teluk Persia
membentang dari Iran
hingga Arab Saudi. Seluruh pantai utara Teluk Persia
berada dalam kekuasaan Iran,
sedangkan di wilayah Barat dikuasai Kuwait. Adapun di wilayah selatan
dimiliki sejumlah negara Arab seperti Arab Saudi, Qatar,
Bahrain, Uni Emirat Arab dan
Oman.
Lautan ini menghubungkan Teluk Oman
di timur dengan Selat Hormuz. Di bagian Barat ditandai oleh delta sungai utama
Arvand Rood yang membawa air dari Karun, Eufrat dan Tigris.
Teluk penting itu memiliki luas wilayah 241.000 km² dengan panjang mencapai 989
kilometer.
Dalam beberapa tahun terakhir sejumlah negara Arab
yang terpengaruh provokasi Iranphobia yang dilancarkan Barat, melakukan berbagai
propaganda politik dan media untuk mengubah nama Teluk Persia menjadi
Teluk Arab. Mereka berupaya mengganti nama Teluk Persia menjadi Teluk Arab di
berbagai lembaga internasional, bahkan di forum-forum akademis seperti
universitas. Namun penentangan keras rakyat dan pemerintah Republik Islam Iran di tingkat
politik dan media berhasil menghalau tujuan tersebut.
Sejak dahulu kala, Teluk Persia merupakan salah satu
perairan dunia yang paling penting. Di masa lalu, Teluk Persia dikenal
sebagai jalur utama perdagangan dunia dan jalur sutra laut. Penemuan cadangan
minyak yang begitu besar di negara-negara sekitar Teluk Persia dan Laut Oman kian menambah nilai penting
dan strategis kawasan tersebut. Bahkan pada tahun 1904 Halford Mackinder, pakar
geografi terkemuka Inggris menyebut Teluk Persia sebagai heartland atau
jantung dunia. Penamaan itu membuktikan urgensi posisi Teluk Persia sebagai
urat nadi perdagangan dunia, dan jalur strategis untuk mencapai salah satu
kawasan terpenting dunia yaitu Timur Tengah.
Kini, kita akan menelisik otentisitas Teluk Persia dengan meninjau sumber-sumber sejarah dan
geografis Yunani, Iran, Islam, dan Barat, serta
dokumen-dokumen hukum. Berbagai dokumen geografis tua Yunani menyebut nama
Teluk Persia dengan nama
"Laut Persia".
Para pemikir dan filsof dari Yunani hingga ilmuwan
Islam menyebut nama Teluk Persia
dalam karya-karya besarnya. Hecataeus, salah seorang sarjana Yunani kuno yang
dikenal sebagai bapak geografi, mengunakan nama Laut Pars pada tahun 475 SM.
Peta kuno yang ditulis oleh Herodotus dan Xenophon juga menyebut Laut Pars.
Ptolemeus, ahli geografi terkenal, kartografer, dan ahli matematika dari abad
ke-2, menyebut Teluk Persia sebagai Sinus Persicus dalam "Geografi
Dunia" yang ditulis dengan bahasa Latin.
Berdasarkan sejarawan Yunani dan ahli geografi yang
hidup sebelum kelahiran Yesus Kristus, seperti Herodotus, Ketzias, Xenophon,
dan Straben, orang Yunani adalah bangsa pertama yang menyebut Teluk Persia
dengan nama Laut Pars dan menyebut Iran dengan nama Parseh, Persia,atau
Persepolis, yaitu tanah Persia.
Nesarkhous, komandan militer Macedonia, juga
turut mempopulerkan penyebutan nama Laut Pars. Ia menyeberangi Sungai Sind pada
tahun 326 SM, dan berlayar di Teluk Persia.
Menurut dokumen Iran
kuno, nama Teluk Persia
telah digunakan dalam perdagangan dan urusan militer oleh negara-negara kuno di
dunia. Dalam sebuah prasasti batu Achaemenid pada tahun 518-505 SM disebutkan
istilah Laut Persia.
Prasasti itu dikaitkan dengan raja Achaemenid, Darius Agung. Teluk Persia disebut
"Parsa Daraya" atau "Pars Laut" di bawah pemerintahan
Akhemenid. Penyebutan nama Teluk Persia terdapat dalam buku
"Batas Dunia" yang menjadi buku geografi tertua yang disusun sekitar
1.000 tahun lalu.
Setelah Arab menaklukkan Iran
pada abad ke-7 M, mereka tidak berusaha untuk mengubah nama Laut Persia.
Orang-orang Arab Muslim menyebutnya dengan nama Laut Persia. Pemikir Muslim seperti
Estakhri, Massoudi, Biruni, Ibnu Hawqal, Moqaddasi, Mustofi, Nasser Khosrow,
al-Taherain Mutahhar al-Muqaddasi (Bashari), Abulqasem bin Muhammad bin Huqal
dan sebagainya yang mempelajari laut Persia sampai abad ke-15 ,menyebut
perairan Persia dengan sebutan Laut Pars, dan Teluk Persia. Beberapa dari
mereka bahkan membuat peta yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Teluk Persia.
Ahli geografi Arab dan Islam mengadopsi penyebutan
dua nama dari dua peradaban kuno, dan menggunakannya secara bersamaan. Dengan
cara ini, mereka menggunakan nama Iran
"Parsa Daraya" sebagai "Laut Pars", dan menggunakan nama
Yunani "Sinus Persicus" sebagai "Teluk Persia".
Abu Ali Ahmad bin Umar, yang dijuluki ibn Rasteh
dalam bukunya, "Al-A'laq al-Nafsiya" menyebutkan bahwa Samudera India menghubungkan ke perairan Pars yang
dikenal dengan nama Teluk Persia.
Georgi Zeidan, sejarawan Arab, mencatat bahwa Laut
Pars merupakan perairan yang mengelilingi dunia Arab. Muhammad Subhi Abdulkarim
menampilkan peta berbahasa Arab dalam bukunya, "Al-Ilm Khara'et" yang
menunjukkan perairan bagian selatan Iran
yang disebut Teluk Persia.
Label baru ahistoris "Teluk Arab" untuk
pertama kalinya disematkan oleh seorang diplomat Inggris untuk menggantikan
nama Teluk Persia.
Charles Belgrave yang menjadi wakil politik kerajaan Inggris untuk kawasan
Teluk Persia, setelah
kembali ke London menulis buku mengenai Teluk Persia selatan
yang terbit pada tahun 1966. Ketika itu untuk pertama kalinya nama Teluk Arab
dipopulerkan. Belgrave mengklaim bahwa negara-negara Arab cenderung untuk
mengganti nama Teluk Persia
menjadi Teluk Arab.
Seiring
kemenangan Revolusi Islam di Iran, negara-negara Arab semakin gencar
meningkatkan provokasinya mengganti nama Teluk Persia dengan Teluk Arab. Pada saat
yang sama negara-negara Barat dalam berbagai media massanya menggunakan nama
Teluk Arab maupun Teluk untuk menggantikan nama Teluk Persia. Namun
upaya mereka kembali kandas.
Pada dekade 1990-an, PBB mempertimbangkan protes
berulangkali yang dikemukakan wakil Iran
mengenai penggantian nama Teluk Persia
oleh sejumlah negara, dan menegaskan untuk memperhatikan tuntutan Tehran.
Sejatinya, Teluk Persia merupakan nama kuno yang
sejak dahulu kala telah dikenal hingga kini. Berbagai upaya sejumlah kalangan
untuk mengubah nama Teluk Persia
hanya memicu friksi di antara negara-negara kawasan.
(Indonesian.irib.ir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar