Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah menyelesaikan pembuatan satelit Lapan A2. Rencananya satelit ini akan diluncurkan ke orbit tahun depan, dengan menggunakan roket India dari Sriharikota.
Satelit ini merupakan pelanjut kesuksesan satelit LAPAN sebelumnya, Satelit A1 Tubsat. Setelah mengorbit, Lapan A2 akan digunakan untuk menjalankan misi pengamatan bumi, pemantauan kapal, dan komunikasi radio amatir.
Selain memiliki kemampuan
memantau permukaan bumi melaluivideo survailence seperti
dalam Satelit A1 Tubsat, dalam versi A2 ini ditambahkan sensor yang lebih,
canggih yaitu receiverAutomatic
Identification System (AIS),
muatan radio amatir melalui Automatic Posisition Reporting
System (APRS) dan
kamera video analog dan digital yang lebih baik.
Sensor Automatic Identification System (AIS) berfungsi untuk mendeteksi kapal laut yang melewati perairanIndonesia .
Teknologi ini bahkan juga mampu mendeteksi potensi pencurian ikan di perairan Indonesia .
"Setiap kapal legal dilengkapi dengan transmiter, jadi terlacak
posisinya," ujar Robertus Heru Triharjanto, Kepala Bidang Teknologi Bus
Satelit, di Pusat Satelit LAPAN, Rancabungur, Bogor , kemarin.
Sementara sensor Automatic Posisition Reporting System (APRS) berfungsi menyediakan fasilitas komunikasi untuk bantuan mitigasi bencana melalui komunikasi teks dan suara via radio amatir. "Misalnya terjadi bencana, dan komunikasi mati, data dari satelit ini memberikan bantuan komunikasi alternatif melalui radio amatir," tambahnya.
Satelit senilai Rp 35 miliar ini akan mengorbit pada ketinggian 650 Km dengan pola equatorial yang menyusuri wilayah RI sebanyak 14 kali, lebih sering jika orbit satelit polarial. "Jadi ini akan lebih optimal memantau wilayah perairan RI, kita juga lakukan optimalisasi kendali satelit agar lebih presisi," ucap Kepala Pusat Satelit LAPAN, Suhermanto, di kesempatan sama.
Perintis Mandiri
Satelit Lapan A2 merupakan satelit yang keseluruhan rancang dan operasinya dilakukan di dalam negeri. "Dari pengujian, perancangan, operasi, semua dilakukan di dalam negeri," ucap Suhermanto.
Kemampuan ini didapatkan LAPAN saat mengembangkan Satelit A1-Tubsat, yang dilakukan diBerlin ,
Jerman, pada 2007 silam. Sejak pengembangan A1-Tubsat, LAPAN memang tampak
serius dalam melakukan pengembangan satelit.
Pengembangan pun kemudian dilakukan di Pusat Teknologi Satelit LAPAN, Rancabungur,Bogor ,
Jawa Barat. Tak mudah untuk mencapai tempat ini, sebab harus menyusuri jalanan
sempit untuk menuju tempat ini. Tapi dari lokasi yang berada di pelosok inilah
LAPAN mempersiapkan satelit yang akan diluncurkan.
Sejak melewati pintu gerbang, keseriusan LAPAN dalam membangun satelit sudah terlihat. Sejumlah gedung terlihat dilengkapi dengan piringan (dish) besar seperti parabola. Ini merupakan salah satu fasilitas di stasiun bumi atau ground center. LAPAN sendiri memilikilima
stasiun, yaitu di Bogor , Serpong, Biak,
Kotatabang, dan Pontianak .
Menurut Suhermanto, untuk mendukung ketahanan dalam negeri, pembangunan satelit merupakan hal yang serius. Karena itu LAPAN tak berhenti di pembuatan Lapan A2, tapi juga sudah ancang-ancang untuk meluncurkan dua satelit lain, yaitu A3 dan A4.
Saat ini, Lapan A2 masih menggunakan komponen dari luar negeri. Tapi untuk A3 yang ditargetkan meluncur pada 2014, LAPAN menargetkan akan menggunakan perangkat pendukung yang dikembangan di dalam negeri. "Setelah transfer teknologi, sistem yang ada di dalam satelit harus kita kuasai," ujarnya.
Sistem tesebut di antaranya adalah reaction wheel, star sensor (sebuah navigasi sikap satelit yang dapat menggerakkan kamera), kamera, PCDH (Payload Control Data Handling),transmitter, coding dan encoding dalam pengiriman data.
Kepala Bidang Teknologi Bus Satelit, Robertus Haru Triharjanto, mengatakan satelit A3 akan hadir dengan muatan kamera observasi bumi dengan kamera 4 band multispectral scanning. Satelit ini berfungsi untuk memetakan klasifikasi tutupan lahan dan pemantauan lingkungan.
Kamera itu beresolusi 18 m dengan cakupan 120 km dan kamera resolusi 6 m dengan cakupan 12 km x 12 km. Satelit ini juga akan mengorbit 650 km. "Jadi, bisa mengenali jenis dan umur tanaman yang disensor," ujarnya
Jika sukses meluncurkan Satelit A3, LAPAN akan segera melanjutkan pembangunan satelit khusus untuk operasional pada 2017 dengan menghadirkan Satelit A4.
Satelit ini disebut akan diaplikasikan khusus untuk kehutanan dan perikanan. Khusus untuk pengembangan satelit operasional, LAPAN memberikan sinyal akan menggandeng pihak luar negeri. "Kami sedang jajaki kerja sama denganHokkaido University , Jepang," kata
Suhermanto.
Sensor Automatic Identification System (AIS) berfungsi untuk mendeteksi kapal laut yang melewati perairan
Sementara sensor Automatic Posisition Reporting System (APRS) berfungsi menyediakan fasilitas komunikasi untuk bantuan mitigasi bencana melalui komunikasi teks dan suara via radio amatir. "Misalnya terjadi bencana, dan komunikasi mati, data dari satelit ini memberikan bantuan komunikasi alternatif melalui radio amatir," tambahnya.
Satelit senilai Rp 35 miliar ini akan mengorbit pada ketinggian 650 Km dengan pola equatorial yang menyusuri wilayah RI sebanyak 14 kali, lebih sering jika orbit satelit polarial. "Jadi ini akan lebih optimal memantau wilayah perairan RI, kita juga lakukan optimalisasi kendali satelit agar lebih presisi," ucap Kepala Pusat Satelit LAPAN, Suhermanto, di kesempatan sama.
Perintis Mandiri
Satelit Lapan A2 merupakan satelit yang keseluruhan rancang dan operasinya dilakukan di dalam negeri. "Dari pengujian, perancangan, operasi, semua dilakukan di dalam negeri," ucap Suhermanto.
Kemampuan ini didapatkan LAPAN saat mengembangkan Satelit A1-Tubsat, yang dilakukan di
Pengembangan pun kemudian dilakukan di Pusat Teknologi Satelit LAPAN, Rancabungur,
Sejak melewati pintu gerbang, keseriusan LAPAN dalam membangun satelit sudah terlihat. Sejumlah gedung terlihat dilengkapi dengan piringan (dish) besar seperti parabola. Ini merupakan salah satu fasilitas di stasiun bumi atau ground center. LAPAN sendiri memiliki
Menurut Suhermanto, untuk mendukung ketahanan dalam negeri, pembangunan satelit merupakan hal yang serius. Karena itu LAPAN tak berhenti di pembuatan Lapan A2, tapi juga sudah ancang-ancang untuk meluncurkan dua satelit lain, yaitu A3 dan A4.
Saat ini, Lapan A2 masih menggunakan komponen dari luar negeri. Tapi untuk A3 yang ditargetkan meluncur pada 2014, LAPAN menargetkan akan menggunakan perangkat pendukung yang dikembangan di dalam negeri. "Setelah transfer teknologi, sistem yang ada di dalam satelit harus kita kuasai," ujarnya.
Sistem tesebut di antaranya adalah reaction wheel, star sensor (sebuah navigasi sikap satelit yang dapat menggerakkan kamera), kamera, PCDH (Payload Control Data Handling),transmitter, coding dan encoding dalam pengiriman data.
Kepala Bidang Teknologi Bus Satelit, Robertus Haru Triharjanto, mengatakan satelit A3 akan hadir dengan muatan kamera observasi bumi dengan kamera 4 band multispectral scanning. Satelit ini berfungsi untuk memetakan klasifikasi tutupan lahan dan pemantauan lingkungan.
Kamera itu beresolusi 18 m dengan cakupan 120 km dan kamera resolusi 6 m dengan cakupan 12 km x 12 km. Satelit ini juga akan mengorbit 650 km. "Jadi, bisa mengenali jenis dan umur tanaman yang disensor," ujarnya
Jika sukses meluncurkan Satelit A3, LAPAN akan segera melanjutkan pembangunan satelit khusus untuk operasional pada 2017 dengan menghadirkan Satelit A4.
Satelit ini disebut akan diaplikasikan khusus untuk kehutanan dan perikanan. Khusus untuk pengembangan satelit operasional, LAPAN memberikan sinyal akan menggandeng pihak luar negeri. "Kami sedang jajaki kerja sama dengan
(viva.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar