Dina Y. Sulaeman*
Presiden SBY baru saja membuat sebuah pernyataan yang kontroversial. Seperti diberitakan Republika (7/1), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyarankan agar Presiden Suriah Bashar al-Assad mengundurkan diri dari jabatannya. Permintaan SBY ini disampaikan dalam pertemuan dengan ahli tafsir asal Suriah, Syekh Muhammad Ali Ash-Shobuni, di Istana PresidenBogor .
Presiden SBY baru saja membuat sebuah pernyataan yang kontroversial. Seperti diberitakan Republika (7/1), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyarankan agar Presiden Suriah Bashar al-Assad mengundurkan diri dari jabatannya. Permintaan SBY ini disampaikan dalam pertemuan dengan ahli tafsir asal Suriah, Syekh Muhammad Ali Ash-Shobuni, di Istana Presiden
Dari sisi etika diplomasi, pernyataan seperti ini keluar dari mulut seorang presiden, sungguh sebuah pernyataan yang sangat serius. Buat negara-negara Barat, yang sangat terbiasa mengabaikan etika diplomasi, hal ini memang biasa. Tapi, buat SBY yang selama ini selalu ‘hati-hati’ dalam memberikan pernyataan, ini jelas luar biasa. Bahkan terhadap
Sebelumnya Menlu Marty Natalegawa, yang pastinya lebih paham diplomasi, sudah mengeluarkan pernyataan standar diplomatik, “Terkait dengan perlu tidaknya Assad mundur,
Entah apa yang dibisikkan oleh para penasehat luar negeri SBY sehingga presiden
Mengapa pencitraan? Karena publik
“Pernyataan Menlu Marty bisa menjadikan dirinya Soekarno kecil (little Soekarno) di mana Soekarno secara konsisten memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsa-bangsa yang terjajah meski harus berhadapan dengan negara-negara besar,” ujar Guru Besar Hukum Internasional FHUI, Hikmahanto, sebagaimana dikutip Detikcom (29/9/2012).
Namun, Hikmahanto mengingatkan agar ada tindak lanjut nyata dari pernyataan tersebut, yaitu upaya mengidentifikasi produk-produk
“Keseriusan dari berbagai instansi pemerintah Indonesia, seperti Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian, atas pernyataan Menlu Marty dibutuhkan agar pernyataan tersebut bisa kongkrit dan tidak sekedar manis dibibir belaka,” demikian ujar Hikmahanto.
Apakah usulan Hikmahanto ini sudah dilakukan? Tidak ada kabarnya sampai sekarang. Tengok saja di pasaran, merk-merk yang seharusnya masuk daftar boikot masih dijual leluasa, tanpa ada peringatan atau tambahan label apapun.
Belum lagi kalau kita baca otobiografi Marsekal Muda (purnawirawan) Djoko Poerwoko, berjudul Fit Via Vi. Sebagaimana dikutip wartanews.com, mantan Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional ini menguraikan secara rinci bagaimana putra-putri Indonesia berhasil membawa pulang 32 pesawat A-4 Skyhawk dari Israel. Operasi pengadaan itu merupakan operasi clandestein terbesar yang pernah dilakukan TNI-AU, karena dilakukan dengan cara yang sangat rumit dan melibatkan Singapura dan AS. Pilot-pilot AU itu dilatih dulu oleh AU-Israel untuk mengemudikan A-4 Skyhawk, yang rencananya akan dibeli pemerintah
Media Umat (18/10/2012) merilis artikel yang memuat data dari Kementerian Perdagangan yang mencatat bahwa neraca perdagangan Indonesia-Israel menunjukkan nilai positif. Pada 2007, total perdagangan Indonesia-Israel masih sekitar 124.100 dolar AS. Setahun kemudian meningkat menjadi 116,4 juta dolar AS. Tahun 2009, total perdagangan dua negara mencapai 91.613 juta dolar AS dan kembali meningkat pada 2010 menjadi 117,5 juta dolar AS. Pada 2011 total perdagangan Indonesia-Israel mengalami penurunan, namun tahun 2012 diperkirakan meningkat cukup besar.
Fakta lainnya adalah catatan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan ada sembilan jenis buah impor yang berasal dari
Media Umat mengungkapkan bahwa pada tahun 2006, Ketua KADIN saat itu Mohammad Hidayat telah meneken perjanjian perdagangan Indonesia-Israel. Perusahaan yang peran sebagai agen bisnis perusahaan Indonesia di Israel adalah Indolink yang berkantor di
Jadi, apa ada realisasi seruan boikot dari Marty? Tidak ada. Jadi, lagi-lagi, terpaksa disimpulkan bahwa seruan ini lebih ke pencitraan. Publik
Kini, publik tengah mendukung para ‘mujahidin’ di
Lalu, kita bangsa
*Magister Hubungan Internasional, research associate of Global Future Institute
(http://dinasulaeman.wordpress.com/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar