Konferensi yang saya ikuti selama 2 hari berlangsung di Tehran membawa kesan tersendiri karena di acara ini saya mendapat kesempatan langka bertemu dengan dua pemimpin besar Iran yaitu Presiden Ahmadinejad dan Imam Khamanei.
Banyak pesan dari mereka
yang positif yang dapat dijadikan inspirasi antara lain agar para wanita
bangkit berjuang melalui keluarga, mandiri dan kuat. Hal ini tentu terinspirasi
dari besarnya peran wanita dalam menambah semangat dan ikut berpartisipasi ketika
revolusi terjadi.
Bermula dari sms pendek yang ditujukan Ketua PB HMI kepadaku “Tlg emailnya
dicek ttg pengumuman ke
Iran”,
maka rencana perjalanan ke
Iran
pun menjadi kenyataan. Untuk turut menjadi peserta konferensi Islamic awakening
movement di
Iran
beberapa hari sebelumnya saya telah mengirim berkas yang diminta panitia.
Begitu lihat email yang ternyata sudah ada beberapa hari yang lalu, menyatakan
aku diterima, alhasil waktu sudah sangat mepet dengan jadwal konferensi
sehingga persiapan untuk pergi harus dilakukan secara kilat.
Ketika mengurus persiapan untuk ke
Iran, banyak hal yang terpikir
mengenai sebuah negara yang dikenal sebagai tempat yang ketat mengenai aturan
beragama, khususnya pakaian, jadi ada kekhawatiran tersendiri jika disana
sampai ada masalah (walau saya mengenakan hijab). Selain itu
Iran juga
dikenal sebagai negara yang dikenakan embargo oleh Amerika selama
bertahun-tahun, jadi yang terbayang adalah negara yang agak mundur
perekonomiannnya, teknologi, kemajuan negara, hingga masyarakatnya. Itu baru
kekhawatiran dari saya, sedangkan dari keluarga yang dikhawatirkan adalah
masalah keamanan karena info dari banyak media,
Iran memiliki kelompok ekstrimis
yang mungkin saja dapat membahayakan keselamatan saya disana. Keraguan yang
muncul untungnya dapat di redam karena rasa penasaran yang besar dan semangat
saya yang untuk mengenal budaya lain, apalagi di perjalanan kali ini saya
memiliki 2 teman seperjalanan. Namun, karena ada sedikit masalah teknis
akhirnya saya harus berangkat duluan sendiri ke negara yang bagi saya asing
tanpa kenal siapapun.
Setelah melewati kehebohan dan kegugupan selama perjalanan, akhirnya saya
sampai di
Iran
dini hari. Seperti yang dijanjikan, saya disambut oleh panitia yang secara
sigap langsung membantu urus visa on arrival di imigrasi dan langsung mengantar
ke hotel. Alhamdulillah, prosesnya cukup lancar karena secara fisik perjalanan
pesawat membuat saya agak lelah dan yang pasti saya belum dapat beradaptasi
dengan perbedaan waktu. Yang menarik adalah, karena saya datang sendiri jadinya
saya disatukan kamarnya dengan peserta dari
Thailand jadi misi untuk kenal
dengan orang dari negara lain beserta budayanya pun terpenuhi.
Konferensi yang saya ikuti selama 2 hari berlangsung di
Tehran
membawa kesan tersendiri karena di acara ini saya mendapat kesempatan langka
bertemu dengan dua pemimpin besar
Iran yaitu Presiden Ahmadinejad dan
Imam Khamanei. Banyak pesan dari mereka yang positif yang dapat dijadikan
inspirasi antara lain agar para wanita bangkit berjuang melalui keluarga,
mandiri dan kuat. Hal ini tentu terinspirasi dari besarnya peran wanita dalam
menambah semangat dan ikut berpartisipasi ketika revolusi terjadi.
Pengalaman menarik juga banyak didapat dari konferensi, dimana pesertanya
hingga 1200 orang dari 80 negara, berarti saya dapat mendengar dan mengenal
orang-orang dari berbagai latar belakang dan budaya. Mendengar cerita mereka
mengenai negara mereka dan masalah yang dihadapi negara mereka terasa lebih
baik dibandingkan mendapatkan infonya melalui media, diskusi dapat terjadi
dimana saja di meja makan, di lift, di perjalanan dari obrolan yang berat
hingga yang ringan. Sisi positifnya tentu saja banyak, antara lain selain
meluruskan apa yang sebenarnya terjadi di negara mereka, juga dapat menjadi
ajang promosi wisata negara masing-masing karena tentunya masing-masing peserta
merasa negaranya indah untuk dikunjungi. Sisi positif lain terlihatnya
optimisme dalam diri tiap peserta walau negaranya sedang terjadi konflik, dan
kepercayaan diri tiap wanita yang menjadi peserta sangat dapat menjadi
inspirasi bagi saya paling tidak.
Yang dapat dipelajari dari penyelenggaraan konferensi ini adalah keseriusan
panitia dalam menjalankan acara serta dalam peran masing-masing. Hal ini dapat
terlihat selama konferensi acara berlangsung hampir selalu tepat waktu, panitia
yang ada juga sigap dalam membantu peserta, logistik yang tidak kurang, dan
fasilitas yang disediakan sangat memuaskan peserta. Jika salah satu tujuan dari
acara ini adalah untuk menunjukkan bahwa
Iran negara yang sejahtera, aman,
ramah, dan tidak terpengaruh sama sekali dengan embargo yang terjadi, maka
tujuannya cukup berhasil. Sudah tentu efek dari hal-hal positif yang saya alami
adalah semua kekhawatiran saya maupun keluarga sirna semua karena penerimaan terhadap
orang asing yang baik dan ketika saya datang tidak terjadi gangguan keamanan
seperti yang dipikirkan sebelumnya.
Sudah pergi jauh ke
Iran
tentu sayang jika tidak mengambil kesempatan untuk berjalan-jalan mengenal
negara ini lebih jauh, beruntung karena ikut konferensi, saya mendapat
kesempatan untuk melakukan perjalanan ke
Isfahan
yang letaknya agak jauh dari ibukota. Pergi dari subuh hingga tengah malam,
dengan perjalanan yang cukup mewah bagi saya karena kami memakai pesawat pulang
pergi, tersedia bus yang menghantar, serta petugas keamanan yang dapat menjamin
keselamatan kami sepanjang perjalanan. Selama perjalanan di
Isfahan, saya merasa seperti terseret ke abad
lalu karena masih banyak bangunan bersejarah yang masih berdiri kokoh dan
terawat. Saya melihat bagaimana bentuk masjid, taman, hingga hotel pada zaman
dahulu yang masih dapat terbayangkan sibuknya manusia pada saat itu berlalu
lalang, datang dan pergi karena kondisinya yang masih terjaga baik bangunan
maupun lingkungannya.
Selepas dari acara konferensi saya memiliki keberuntungan dengan mendapatkan
kesempatan untuk menginap di rumah kawan-kawan dari
Indonesia
di daerah
Qom, yang saya dengar merupakan
kota yang terkenal karena
banyak ulama berasal dari daerah ini. Karena adanya kesempatan ini, maka saya
dapat lebih mengenal masyarakat dan budaya
iran secara langsung. Di tempat ini
saya terpesona selain karena daerahnya yang dikelilingi oleh gurun dan cuaca
yang sungguh berbeda dengan di negara saya, juga karena budaya mereka yang
tetap dipegang sampai sekarang. Salah satu hal menarik yang saya alami adalah
ketika sedang berjalan-jalan di pusat
kota Qom, saya kerap ditegur
oleh wanita disana karena tidak mengenakan chadur sedangkan saya merasa sebagai
orang asing tidak wajib untuk mengenakannya. Namun pada akhirnya saya juga
memakainya karena ketika akan mengambil foto untuk perpanjang visa, pemilik
studio foto tidak bersedia memotret jika saya tidak menggunakan chadur.
Tempat-tempat menarik juga banyak tersedia di
Qom, namun sayang tidak semua saya kunjungi.
Sungguh sayang rasanya ketika waktu untuk pulang tiba, semoga nanti saya
diberikan berkah untuk melakukan perjalanan ke negeri
Iran lagi dan
mendapatkan pengalaman yang berbeda dan menarik. Amin.
Hannisa Rahmaniar Hasnin, alumni Pasca Sarjana FISIP UI delegasi PB HMI-MPO
pada Konferensi Perempuan dan Kebangkitan Islam 10-11 Juli 2012 di Teheran
Republik Islam Iran.
(abna.ir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar