"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Rabu, 22 Agustus 2012

Serba Serbi Lebaran


Lebaran di Indonesia memiliki tradisi tersendiri dan identik dengan mudik serta berlibur bersama keluarga. Berdesak-desakan serta berebut kendaraan saat mudik merupakan pemandangan umum. Bahkan di saat mudik ini tak jarang warga harus rela melepas nyawa karena menjadi korban kecelakaan atau yang lain. Terlepas dari semua itu, lebaran hari raya Idul Fitri memiliki makna tersendiri. 
Setelah berpuasa selama satu bulan penuh, kita diberi hadiah sebuah hari raya untuk merayakan kemenangan kita. Bagi mereka yang jauh dari keluarga tentunya ingin merayakan kebahagiaan ini di tengah-tengah keluarganya. Maka mudik, merupakan suatu keharusan bagi mereka.

Pemandangan saat mudik lebaran memang lain dari yang lain. Jalan macet dan arus lalu lintas yang padat menjadi pemandangan yang biasa.
Bahkan terkadang banyak penumpang yang terlantar lantaran tidak mendapat kendaraan untuk pulang. Suasana lebaran juga menjadi kesempatan untuk meraih rejeki lebih. Pemasukan di saat-saat seperti ini terkadang malah hampir sama dengan pendapatan satu tahun kerja.

Sementara itu, ada harapan lain bagi pemerintah untuk memperhatikan secara serius budaya tahunan ini, khususnya dengan memperbaiki serta menyediakan infrastruktur yang baik. Masa mudik Lebaran seharusnya menjadi momentum bagi pemerintah untuk membenahi infrastruktur transportasi di negeri ini. Namun lagi-lagi pemerintah mempertontonkan ketidaksiapannya mengelola lonjakan jumlah pemudik. Walau ada perbaikan di sana-sini, masih banyak ruas jalan yang bertahun-tahun dibiarkan rusak. Akibatnya, bukan cuma lalu lintas yang terganggu. Angka kecelakaan selama masa mudik dari tahun ke tahun juga terus meningkat.

Kepolisian Daerah Metro Jaya menaksir jumlah pemudik dari Ibu Kota tahun ini meningkat 15 persen dibanding tahun lalu. Ini berarti 8,34 juta orang akan keluar dari Jakarta pada masa Lebaran ini. Yang mengkhawatirkan, jumlah pengguna mobil pribadi dan sepeda motor naik, sementara pengguna angkutan umum, seperti bus, justru turun 9,27 persen. Besarnya jumlah pemudik berkendaraan pribadi itulah yang membuat manajemen mudik tidak gampang.

Tak salah jika pemudik menggunakan kendaraan pribadi. Namun pemerintah sebenarnya bisa mengurangi kebiasaan ini andai bisa menyediakan layanan transportasi yang aman dan murah. Untuk mengurangi pemudik bersepeda motor, misalnya, pemerintah seharusnya menggalakkan program mudik bareng. Program seperti ini sudah banyak dilakukan beberapa perusahaan swasta, seperti perusahaan jamu, bank, atau asuransi. Mereka menyediakan bus-bus gratis. Adapun sepeda motor pemudik diangkut dengan truk.

Pemerintah bisa meniru program ini dengan menyediakan lebih banyak bus atau gerbong kereta api untuk mengangkut pemudik dan motornya. Program itu bisa menekan angka kecelakaan selama mudik, dari H-7 sampai H+2 Lebaran. Tahun lalu 70 persen kecelakaan di jalur mudik dialami pemudik bersepeda motor. Motor memang tidak didesain untuk perjalanan jauh, sehingga risikonya besar. Para pemudik memilih bersepeda motor karena biayanya lebih murah. Lagi pula, jika menggunakan angkutan umum, belum tentu mereka mendapat kenyamanan lebih baik. Persoalan inilah yang harus dijawab pemerintah.

Langkah pemerintah meningkatkan kenyamanan mudik dengan memperbaiki jalan utama, mengerahkan polisi, dan memperbanyak kereta patut diapresiasi. Namun upaya itu belum cukup memadai karena masih banyak jalan yang dibiarkan rusak dan bergelombang. Jalur alternatif Sadang-Cijelag, Kabupaten Subang, adalah contohnya. Meski jalur ini selalu menjadi tumpuan mudik saat jalur utama di Pantai Utara Jawa padat, pemerintah seolah tutup mata akan kerusakan di jalan itu. Di jalur itu rambu-rambu dan lampu penerangan sangat minim sehingga amat rawan untuk perjalanan malam.

Kementerian Perhubungan berdalih rambu dan penerangan jalan bukanlah urusan pemerintah pusat, melainkan pemerintah daerah. Sedangkan pemerintah tak mau tahu urusan jalur mudik. Kenyataan itu sangat berbeda dengan pernyataan Menteri Perhubungan E.E. Mangindaan yang mengklaim bahwa pemerintah telah mengantisipasi mudik kali ini dengan baik. Saling lempar tanggung jawab ini harus diakhiri.

Konvoi jutaan orang ini sudah menjadi ritual rutin tahunan. Jadi, pemerintah seharusnya bisa menyiapkan pembenahan infrastruktur transportasi mudik jauh hari. Toh, perbaikan itu tak hanya berguna saat mudik, tapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah.

Mudik dan Penurunan Berat Badan
Di sisi lain, mudik ternyata memiliki aspek lain yang tak kalah pentingnya bagi tubuh. Selain menyenangkan, tradisi mudik ternyata bisa menjadi kegiatan yang bisa menurunkan berat badan Anda. Kerepotan saat mempersiapkan hari keberangkatan mudik nyatanya membuat sebagian besar pemudik mengeluhkan capek.

Persiapan seperti pemesanan tiket hingga mengepak barang-barang yang akan dibawa nyatanya bisa membakar kalori secara alami. Ya, kegiatan mengemas beberapa barang ke dalam koper atau ransel akan menguras jumlah kalori yang terbakar sama banyak jika Anda sedang berolah raga. Sederhananya, jika kalori terbakar, maka berat badan pun akan turun.

Bukan tanpa alasan, berdasarkan survey yang dilakukan oleh Hotels.com, pada saat berlibur, seseorang akan kehilangan 500 kalori hingga tiba di tempat tujuan. Jumlah kalori yang terbakar tersebut sama dengan latihan kardio di tempat kebugaran selama satu jam. Hal ini memang mengejutkan, karena Anda pasti tidak sadar telah membakar sekian banyak kalori pada saat mengepak barang-barang.

Selain itu, mudik akan menambahkan deret angka turunnya berat badan Anda. Selain mengepak barang, Anda juga harus berganti beberapa angkutan umum, atau hanya sekedar berdiri mengantri tiket.

Kecelakaan Saat Mudik Lebaran
Jumlah kecelakaan yang terjadi selama periode mudik di Jawa Barat (Jabar) terbilang cukup tinggi. Tercatat terjadi 239 kali kecelakaan dengan korban jiwa sejumlah 52 orang.

"Data kecelakaan sejak tanggal 10 Agustus hingga 20 Agustus 2012, terjadi 239 kecelakaan dengan korban jiwa sejumlah 52 orang. Untuk korban luka berat sebanyak 90 orang, luka ringan 177 orang, dan kerugian materi Rp 485,75 juta," kata Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Martinus Sitompul, dalam pesan singkat yang diterima detikcom, Selasa (21/8/2012).

Wilayah Garut menjadi lokasi terjadinya kecelakaan paling banyak dengan 37 kecelakaan, diikuti oleh Patokbeusi 27, Subang 23, Cirebon kota 22, Ciamis 19 dan beberapa wilayah lain seperti Majalengka dan Tasik.

Martinus menjelaskan ada beberapa penyebab tingginya angka kecelakaan selama mudik kali ini. Utamanya faktor penyebab adalah karena kelalaian pengguna jalan.

"Faktor penyebab laka lantas diantaranya faktor kendaraan (antara lain: kelebihan beban sehingga menimbulkan ketidakseimbangan), faktor manusia (kelelahan), faktor sarana prasarana jalan (rambu terbatas) dan faktor cuaca / iklim (hujan, angin kencang)," paparnya.

Oleh karenanya, untuk meminimalisir angka kecelakaan, pengguna jalan diharapkan dapat lebih berhati-hati selama perjalanan. Selain itu, diharapkan pengguna jalan mematuhi peraturan dan rambu lalu lintas yang ada di jalan.

"Pemudik diimbau untuk mematuhi peraturan lalu lintas, juga harus sabar dan tidak ngebut," imbuhnya.

(IRIB Indonesia/detik/micom/tempo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar