Berkedok sebagai museum, AS akan hidupkan kembali pangkalan militer di Morotai – Maluku Utara.
Belum tuntas dengan jelas tentang kedaulatan pemerintah RI atas Free Port yang membentengi diri mereka – atas kawasan industri tambang emasnya, yang sedemikian ekslusif. Sehingga rakyat
Luput dari perhatian media
Sail Morotai, konon dirancang sebagai media promosi sekaligus tempat parwisata bahari dan sejarah, di Maluku Utara, untuk meningkatkan kunjungan wisatawan lokal maupun manca negara di
Di Pulau Morotai masih banyak terdapat sisa-sisa alat-alat militer Sekutu peninggalan era Perang Dunia II, baik itu sisa-sisa kendaraan perang darat, meriam, tank, pesawat terbang, hingga kapal laut yang karam, bahkan bomb-bomb dan amunisi bahan peledak di dalam laut.
Masyarakat setempat, banyak menggunakan besi dari sisa-sisa alat perang ini untuk berbagai keperluan, seperti pagar rumah, membuat alat perkakas rumah tangga dan sebagainya. Sehingga pihak pemerintah Amerika Serikat (AS), untuk “menyelamatkan” barang-barang bersejarah tersebut, menyatakan minat untuk membangun museum Perang Dunia II di Morotai.
Pembangunan museum ini, selain memamerkan alat-alat militer dan situasi era Perang Dunia II, juga meliputi perbaikan bandara militer bekas pangkalan udara AS dan pelabuhan militer bekas armada laut AS. Dan di rancang agar dapat digunakan oleh pesawat terbang dan kapal laut yang akan berkunjung ke wilayah tersebut sebagai objek wisata.
Pelita online (22/10/2012) mendapat bocoran dari Seorang diplomat, dari negara sahabat – yang menolak di sebut namanya – bertanya kepada diplomat dari negara lain: “Kenapa negaranya menarik diri berinvestasi di Morotai?” Lalu di jawab oleh koleganya: “Bagaimana kami ingin investasi di sini, sarana tranfortasinya sangat sulit, jauh ke mana-mana, jauh dari ibukota RI,
Yang menjadi pertanyaan tak terungkap adalah, kenapa AS sangat bersemangat untuk membuat museum di
(pelitaonline)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar