Sekjen PBB Ban Ki-moon dalam pesannya pada Hari Internasional Nowruz, menyatakan harapan bahwa semua orang dapat menggunakan kesempatan itu untuk merefleksikan keindahan alam, janji musim semi, dan kekuatan budaya untuk membangun kedamaian, kata kantor PBB di Tehran dalam rilis pada Selasa (19/3).
"Dengan menatap keindahan alam dan pembaruan musim semi,
Nowruz dapat menginspirasi semua orang untuk sama-sama melatih diri dalam
mengelola lingkungan yang lebih besar," ujar Ban, seperti dikutip IRNA.
Berakar dalam sejarah Persia,
Nowruz dirayakan oleh lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia, yang menandai
hari pertama musim semi dalam kalender Persia.
Seraya memuji inisiatif untuk mencatatkan Nowruz
dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO, Ban mengatakan, upaya bersama oleh
Republik Islam Iran, Azerbaijan, India, Kyrgyzstan, Pakistan, Turki, dan
Uzbekistan, merupakan bukti dari nilai persatuan dalam keragaman.
Sementara itu, dalam upacara perayaan Nowruz di
Markas Besar PBB pada Ahad lalu, Ban mengungkapkan rasa puas dengan
kehadirannya dalam acara tersebut, dan mengatakan Nowruz merupakan tradisi kuno
yang merekatkan orang-orang dari beragam budaya.
Duta Besar Iran untuk PBB Mohammad Khazaei
juga menggambarkan Nowruz sebagai simbol persatuan di antara bangsa-bangsa.
Tahun baru Hijriah Syamsiah tidak hanya dirayakan
oleh bangsa Iran, tapi dirayakan juga oleh bangsa Kurdi di sebagian wilayah
Irak dan Turki, penduduk Afghanistan, Tajikistan, Azerbaijan, Kazakhstan,
Turkmenistan , Kyrgyzstan, dan Pakistan.
Perayaan Nowruz dimulai bersamaan dengan tibanya
musim semi. Dalam ilmu astronomi, musim semi terjadi ketika pancaran sinar
matahari bergerak dari garis tropis menuju bagian utara bumi. Tahun baru
kalender solar Persia
untuk tahun ini ditetapkan pada tanggal 20 Maret.
Musim Semi dan Perayaan Tahun baru
Perayaan Tahun Baru Hijriyah Syamsiah (Nourouz)
pada tahun 2010 dicatat PBB sebagai warisan berharga internasional dan hari
pertama Nouruz (21 Maret 2013) dinamakan sebagai "Hari Nouruz
Sedunia". Perayaan Nouruz yang digelar setiap tahun dengan berbagai tradisi
yang beragam membawa pesan harapan akan perdamaian, persahabatan dan
kebahagiaan bagi jutaan manusia di seluruh penjuru dunia.
Perayaan Nouruz merupakan perayaan yang telah
berlangsung sejak dulu mengenai peradaban besar Iran
dari India
hingga Asia Tengah. Mengingat adanya nilai-nilai budaya dan tradisi spiritual
di perayaan Nouruz maka perayaan spiritual ini kemudian dicatat oleh PBB
sebagai warisan berharga dunia pada tanggal 23 Februari 2010.
Perayaan Nouruz yang digelar di Iran, Kaukasus,
Asia Tengah dan negara-negara di Timur Tengah lainnya dapat menjadi sebuah
kesempatan bagi masyarakat internasional untuk mengenal lebih mendalam tentang
budaya Nouruz. Perayaan Nouruz yang digelar setiap tahun dengan berbagai
tradisi yang beragam membawa pesan harapan akan perdamaian, persahabatan dan
kebahagiaan bagi jutaan manusia di seluruh dunia.
Mengingat Nouruz sebagai tradisi spiritual tertua
di dunia yang menjadi salah satu kebanggaan bangsa Iran maka tak ada salahnya kita
akan menyinggung tentang tradisi Nouruz yang tak lama lagi akan dirayakan.
Sebagian tradisi Nouruz sejak dahulu hingga
sekarang masih terjaga dengan baik dan memberikan aroma musim semi. Salah satu
tradisi itu adalah membersihkan seluruh rumah atau disebut dengan "Khaneh
Tekani" yang secara harfiah bermakna menggoyang rumah.Khaneh tekani adalah
istilah bagi masyarakat Iran
untuk membersihkan dan menata kembali rumahnya dengan rapi. Mulai dari
membersihkan dinding rumah, mencuci seluruh karpet, sofa sampai membongkar dan
merapikan lemari-lemari pakaian dan kabinet-kabinet dapur. Tradisi khaneh
tekani ini dilakukan secara bersamaan oleh anggota keluarga. Dengan kondisi
rumah dan perabot rumah dalam keadaan bersih dan rapi, bangsa Iran memulai
tahun barunya dengan suasana yang baru.
Sebenarnya Khaneh Tekani dan pembersihan kota di akhir tahun
merupakan simbol penghilangan kegelapan dan keusangan rumah dan menyiapkan
ruang yang bersih untuk menyambut datangnya cahaya dan hal-hal yang baru di
tahun baru. Hal itu selaras dengan penegasan Islam tentang kebersihan di mana
Rasulullah Saw menilai kebersihan sebagai salah satu tanda dan bagian dari
iman.
Persiapan untuk belanja di tahun baru seperti
membeli pakaian, kacang-kacangan, buah-buahan, manisan, permen, kue dan bahkan
sebagian peralatan rumah adalah salah satu tradisi lainnya di akhir tahun
menjelang Nouruz. Oleh karena itu, di hari-hari akhir tahun, pasar-pasar di
berbagai kota Iran dipenuhi oleh para pengunjung
dan pembeli bahkan hingga berdesak-desakkan. Mereka memenuhi pasar untuk membeli
segala kebutuhan di tahun baru.
Di tahun baru, semua keluarga menginginkan untuk
memakai pakaian baru dan menyuguhkan makanan terbaik bagi tamu-tamu mereka.
Sehingga mereka berusaha untuk membeli pakaian dan makanan yang terbaik. Hal
ini tentunya akan menguntungkan para pedagang dan pengusaha.
10 hari atau tujuh hari menjelang Nouruz, mayarakat
Iran
mempunyai tradisi menanam benih seperti gandum dan kacang hijau di pot-pot
kecil dan besar atau di guci-guci keramik supaya di hari pergantian tahun nanti
benih-benih tersebut dapat diletakkan di Sufreh Haft Sin(Taplak Tujuh Sin).
Selain itu, berbagai pohon muda dan bunga yang
sesuai dengan musim semi akan ditanam di kebun/taman rumah. Adanya
hijau-hijauan dan bunga segar selain menandakan datangnya musim semi dan
keindahan alam juga membawa keindahan dan kesegaran di sekitar rumah. Sementara
lokasi-lokasi umum kota yang telah diperindah
dengan ditanami berbagai bunga warna-warni dan pepohonan hijau akan membawa
aroma baru suasana kota.
Membantu orang-orang yang tidak mampu merupakan
bagian dari tradisi masyarakat Iran
dalam menyambut tahun baru. Setiap tahun menjelang Nouruz, mereka berusaha
membantu orang-orang yang membutuhkan. Masyarakat Iran meyakini bahwa membantu
menyelesaikan masalah orang lain khususnya di hari-hari akhir tahun adalah
perbuatan yang sangat bernilai, mulia dan tepuji di mana setiap Muslim
melakukannya sesuai dengan kemampuannya.
Masyarakat Iran di akhir tahun berusaha
membantu orang-orang tak mampu dan berbagi kebahagiaan dengan mereka. Untuk
mencapai tujuan tersebut, mereka bekerjasama dengan lembaga-lembaga pemerintah
dan masyarakat. Sebagai contohnya, sepekan sebelum tahun baru, masyarakat Iran merayakan
pesta kasih sayang atau disebut dengan "Jashn Atefe".
Jashn Atefe diselenggarakan dengan cara membuka
berbagai stand-stand di setiap bundaran kota
dan perempatan jalan dengan menyajikan kotak-kotak bantuan bagi para dermawan. Para dermawan menyumbangkan uang dan pakaian untuk
mustadhafin supaya mereka juga dapat merayakan tahun baru dengan bahagia.
Sumbangan ini menjadi tanggung jawab "Komite Emdad Imam Khomeini",
yaitu sebuah lembaga yang didirikan atas instruksi langsung Pendiri Republik
Islam Iran, Imam Khomeini pada tanggal 5 April 1979. Komite Emdad inilah yang
mengumpulkan sumbangan-sumbangan masyarakat Iran dan membagikannya kepada
orang-orang yang membutuhkan.
Di detik-detik dimulainya tahun baru, masyarakat Iran di seluruh
penjuru dunia duduk mengelilingi Sufreh Haft Sindan memulai tahun baru dalam
suasana bahagia dan kasih sayang. Membuka Sufreh Haft Sin adalah salah satu
momen indah Nouruz dan simbol kegembiraan dan sekaligus sebagai alasan untuk
berkumpulnya keluarga di detik-detik menjelang tahun baru.
Barang-barang yang disajikan di atasSufreh Haft Sin
memiliki awal kata dengan huruf Sin yang terdiri dari:Sir (bawang putih), Sib
(apel), Sabzeh (tumbuhan hijau), Senjed (sejenis buah semak),Serkeh (cuka),
Samanu (makanan/bubur terbuat dari kuncupgandum ), Somagh (nama sebuah
tanaman). Sufreh tersebut dihiasi puladengan al-Quran, cermin, lilin, bunga
hidup, ikan emas, telur, kurma, dan uang logam. Masing-masing dari benda-benda
ini memiliki simbol dan makna tertentu.
Cabang-cabang cemara, bunga lavender dan mawar
adalah bagian lain dari Sufreh Haft Sin sebagai pengabar datangnya musim semi.
Manis-manisan dan permen juga termasuk bagian dari sufreh tersebut. Sementara
peletakkan kitab suci al-Quran di atas Sufreh Haft Sin memberikan suasana
spiritual tersendiri.
Menjelang detik-detik pergantian tahun, masyarakat Iran membaca
doa;
"یا مقلب القلوب و الابصاریا مدبر الیل و النهار
یا محول الحول و الاحوال حول حالنا الی احسن الحال".
"Wahai
Yang membolak balikkan hati dan pandangan. Wahai Yang mengatur malam dan
siang.Wahai Yang mengubah tahun dan keadaan. Perbaikilah keadaan kami menjadi
lebih baik."
Setelah membaca doa tersebut, mereka kemudian
membaca ayat-ayat al-Quran. Dan sudah menjadi tradisi dalam keluarga di Iran, setelah
pergantian tahun, para anggota keluarga memberikan hadiah tahun baru dan semua
anggota keluarga menyantap kue dan manisan seraya saling mengucapkan selamat
tahun baru.
Sebagian masyarakat Iran memperingati pergantian tahun
dengan berziarah ke tempat-tempat suci dan memanfaatkan keberkahan dari ziarah
ini. Mereka berdoa dan bermunajat di sana
supaya hati mereka dapat tersinari dengan cahaya spiritual. Di masa pergantian
tahun, tempat-tempat suci seperti makam Sayidah Fatimah Maksumah sa di kota Qom
dan Imam Ali al-Ridha as di Mashad dipenuhi oleh para peziarah.
Musim semi adalah masa-masa bahagia yang sangat
diperlukan jiwa manusia. Berdasarkan tradisi di Iran, selain penampilan lahiriyah
yang sangat rapi dan indah, batin manusia di musim semi juga harus indah dan
ceria. Kebahagiaan, adalah hal penting yang memberikan makna dalam hidup. Musim
semi dengan seluruh kesegaran dan keindahannya, kembali menyapa dan menyebarkan
kebahagiaan, keceriaan, kepedulian, dan semangat. Musim semi adalah kebahagiaan
milik semua, dan semua orang bersatu dalam mengawali tahun penuh berkah dan
kebahagiaan.
Mengenal Tradisi
Nouruz di Asia Tengah
Nouruz merupakan tradisi perayaan awal musim semi
masyarakat Persia
kuno yang hingga kini masih bertahan. Tradisi ini diperkirakan telah berumur
lebih dari 3 ribu tahun dan terbilang sebagai unsur kebudayaan lintasbangsa
yang tertua di dunia. Nouruz dirayakan secara luas oleh bangsa-bangsa di
seluruh ranah kebudayaan Persia
mulai dari Barat China
hingga pesisir Mediterania. Tradisi tersebut bahkan telah berbaur dengan
kebudayaan dan kepercayaan lokal di setiap negara yang mendapat pengaruh kuat
kebudayaan Persia.
Meski masing-masing tradisi Nouruz di setiap tempat memiliki keunikan
tersendiri namun semuanya memiliki akar budaya Persia yang sama. Tak heran jika
Nouruz oleh sebagian pakar kebudayaan diyakini sebagai warisan kebudayaan tak
benda umat manusia yang terbesar sehingga dicatat oleh UNESCO sebagai salah
satu warisan kebudayaan dunia.
Dalam sejarah dan kebudayaan Afghanistan,
Nouruz adalah manifestasi penghargaan terhadap kehidupan, alam, dan nilai-nilai
kemanusiaan yang berakar kuat pada tradisi sastra, adat-istiadat, seni, dan
tradisi keluarga dan masyarakat di negara ini. Selama Nouruz berlangsung,
masyarakat Afghanistan
merayakannya dengan berbagai bentuk dan tradisi khas, seperti mengenakan
pakaian baru, menyediakan berbagai masakan dan makanan khas Nouruz, dan
bercengkrama dengan alam sambil berwisata. Pelbagai bentuk permainan seperti
adu gulat, tarian dan nyanyian tradisional juga ramai digelar selama pesta
perayaan tahun baru Nouruz.
Salah satu tradisi penting perayaan Nouruz di Afghanistan
adalah ritus pengibaran bendera Imam Ali as yang terkenal dengan istilah pesta
mawar merah atau Mileh gol-e Sorkh dalam bahasa lokal. Ritus ini terbilang
sebagai tradisi Nouruz yang muncul pasca masuknya Islam ke Afghanistan.
Ritus itu dinamakan pesta mawar merah karena digelar bersamaan dengan
dimulainya musim semi dan tumbuhnya kuncup-kuncup bunga mawar merah.
Saat perayaan digelar, warga menyanyikan
syair-syair bertemakan Nouruz. Acara itu digelar di makam keramat Mazar-e
Sharif yang diyakini oleh penduduk setempat sebagai makam Imam Ali bin Abi
Thalib as. Bersamaan dengan itu sebuah bendera bertuliskan nama Imam Ali as
dikibarkan. Bendera itu nantinya akan terus dikibarkan selama 40 hari.
Masyarakat setempat meyakini bendera tersebut sebagai simbol kebahagiaan,
kesejahteraan, kebaikan, dan kemudahan. Sambil memanjatkan doa dan harapan,
para peziarah biasanya menggerak-gerakkan bendera Imam Ali karena diyakini hal
itu akan mendatangkan berkah dan keberuntungan.
Di kota Herat, di barat laut Afghanistan, menjelang pergantian
tahun baru, masyarakat datang berduyung-duyung ke masjid. Di sana, mullah masjid menyediakan wadah berisi
air berkah. Air tersebut diberkati dengan bacaan ayat-ayat suci Al-Quran dan
doa. Kemudian sang mullah menulis sejumlah ayat di secarik kertas dengan
menggunakan cairan safron berwarna kuning. Setelah pembacaan doa selesai,
kertas bertuliskan ayat al-Quran itu ditaruh ke dalam air hingga tulisan dari
cairan safron tersebut lebur dan bercampur dengan air berkah. Setelah itu, air
tersebut dibagi-bagikan ke seluruh warga yang hadir di masjid untuk diminum
sebagai berkah.
Pada tiga hari pertama tahun baru Nouruz, kaum
perempuan di Herat
tetap bertahan di rumah masing-masing untuk menyambut kedatangan para tamu. Selama
masa itu, kaum lelaki bersilaturrahmi secara bergiliran ke kerabat yang lebih
tua dan sahabat terdekat. Baru setelah hari keempat, giliran kaum hawa yang
datang bersilaturrahmi. Warga Afghanistan
memiliki penghormatan khusus terhadap hari Rabu pertama awal tahun. Mereka
biasanya menghabiskan waktunya di sepanjang hari itu dengan mendatangi
taman-taman di sekitar kota
sambil berkumpul bersama-sama keluarga.
Tradisi perayaan Nouruz di negara-negara Asia
Tengah juga memiliki latar belakang sejarah yang sangat tua. Selain di Iran dan
Afghanistan, Nouruz juga dirayakan secara khusus di negara-negara lain yang
mendapat pengaruh kuat kebudayaan Persia seperti Kazakhstan, Uzbekistan,
Tajikistan, Tukmenistan, dan Kirgystan.
Di Uzbekistan, bersamaan dengan dimulainya awal
musim semi, Tashkent, ibu kota negara ini berhias diri dengan berbagai
pernak-pernak khas Nouruz. Sebagaimana warga di negara-negara Asia Tengah
lainnya, warga Uzbekistan
juga merayakan Nouruz setiap tanggal 21 Maret. Selama perayaan tahun baru
berlangsung, warga mengenakan pakaian serba baru, bersilaturahmi ke sanak
saudara dan banyak juga yang memilih untuk bertamasya ke tempat-tempat
rekreasi.
Sebagaimana tradisi Nouruz masyarakat Iran, warga
Uzbekistan juga memiliki tradisi "Sufreh Haft Seen" atau Taplak Tujuh
S. Berdasarkan tradisi dan kepercayaan Iran kuno, pada detik-detik pergantian
tahun, seluruh anggota keluarga mesti berkumpul di rumah masing-masing. Mereka
duduk melingkari taplak Haft Seen. Di atas taplak itu ditata tujuh jenis makanan
atau kacang-kacangan yang namanya diawali dengan huruf Seen atau S dalam bahasa
Persia seperti, apel (sib), bawah putih (sir), cuka (serkeh) dan tunas gandum
(sabzeh). Makanan-makanan ini merupakan simbol kesuburan dan berlimpahnya hasil
pertanian. Selain itu, taplak Haft Seen juga dihiasi dengan kita suci al-Quran,
cermin, lilin, wadah yang berisi air dan ikan hias, telur ayam yang berbalut
lukisan, bunga yang berwarna ungu dan koin.
Tak berbeda jauh dengan tradisi Nouruz di
negara-negara ranah kebudayaan Persia
lainnya, warga Tajikistan
juga menyambut kedatangan Nouruz semenjak beberapa hari menjelang datangnya
tahun baru dengan menggelar berbagai perayaan dan acara khusus. Hari Raya
Nouruz bagi warga Tajikistan
terutama di daerah Badakhshan, di tenggara negara itu memiliki makna tersendiri
dan terbilang sebagai hari raya nasional. Mereka menyebut Nouruz sebagai simbol
kasih-sayang dan kelahiran ulang seluruh mahluk. Seperti kebiasaan masyarakat Iran, menjelang
Nouruz warga Badakhshan menggelar acara "khaneh tekani" atau
pembersihan rumah. Mereka juga memasak dan membuat hidangan khusus khas Nouruz
dan menyelenggarakan berbagai pesta perayaan dan perlombaan permainan
tradisional.
Warga Tajikistan mengawali tahun baru
Nouruz dengan menyantap sarapan khusus berupa kue-kue bercitarasa legit dan
manis. Dengan itu, mereka berharap kehidupannya di tahun-tahun yang akan datang
senantiasa terasa manis dan dikarunia kebahagiaan. Setelah menyantap sarapan,
mereka membentangkan kain merah di depan pintu masuk rumah sebagai simbol
kebahagiaan dan kesejahteraan.
Dengan penuh keceriaan warga Tajikistan
mengenakan pakaian baru lantas saling bersilaturrahmi ke kerabat tertua. Satu
hal yang unik adalah setiap kerabat yang lebih muda akan memberikan ucapan
selamat tahun baru kepada yang lebih tua sambil memberikan setangkai mawar
merah.
Sementara itu di Kazakhstan, warga meyakini Nouruz
sebagai harmonisme musim semi. Mereka percaya pada hari itu, bintang-gemintang
kembali pada titik awal perederannya, sehingga segala hal menjadi baru dan bumi
dipenuhi keceriaan. Pada malam menjelang pergantian tahun, setiap rumah
menyalakan sepasang lilin yang diletakkan di atas atap rumah.
Saat Nouruz tiba, para pemuda Kazakhstan
menghiasai kuda liar dengan mengalungkan boneka dan rangkaian lonceng di leher
kuda tersebut. Saat tengah malam, mereka membangunkan warga dengan melepas kuda
tersebut melewati lorong-lorong perkampungan.
Nouruz bagi warga Kazakshtan adalah hari sakral.
Jika pada hari itu hujan atau salju turun, maka merekanya meyakininya sebagai
keberuntungan dan tahun yang dijelang pun bakal berjalan dengan lebih baik.
Saat tahun baru tiba, warga mengenakan baju baru berwaran putih sebagai simbol
kebahagiaan. Mereka juga saling bersilaturrahmi mengunjungi kerabat dan sahabat
terdekat. Pada hari itu digelar pula perlombaan tradisional khas Nourus yang
disebut Qal-Tozak yang dimainkan antara kelompok perempuan dan laki-laki. Warga
setempat percaya, jika kelompok perempuan yang menang, maka tahun yang dijelang
akan mendatangkan keberuntungan dan kebahagiaan, namun jika kelompok lelaki
yang menang maka tahun tersebut adalah tahun yang dipenuhi dengan cobaan.
(irib.ir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar