"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Minggu, 10 November 2013

Rahbar: Jangan Pernah Tertipu Dengan Senyum Manis Lawan

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid
Ali Khamenei Ahad (3/11) pagi dalam pertemuan dengan ribuan mahasiswa
dan pelajar menjelaskan akar permusuhan arogansi dunia terhadap bangsa
Iran dan menyatakan dukungannya yang penuh kepada para pejabat negara
yang saat ini bertugas melakukan perundingan. Dalam pertemuan yang
diselenggarakan menyambut Hari Nasional Anti Arogansi (13 Aban/ 4
November) beliau menegaskan, "Sepak terjang Amerika Serikat (AS)
selama ini menunjukkan bahwa isu nuklir hanya alasan yang digunakan
untuk melanjutkan permusuhan dengan Iran."

Mengingatkan akan tiga peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah
Iran pada tanggal 13 Aban, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan,
"Pada tanggal ini di tahun 1343 (1964), Imam Khomeini (ra) diasingkan
ke luar negeri karena pidatonya yang menentang undang-undang
kapitulasi yang memberikan kekebalan hukum bagi agen-agen dan tentara
AS di Iran. Tahun 1357 (1978) para pelajar Iran menjadi korban
pembantaian sadis yang dilakukan tentara rezim diktator Pahlevi yang
didukung AS. Pada tahun 1358 (1979), dalam sebuah tindakan balasan
yang penuh keberanian, para mahasiswa menduduki Kedutaan Besar AS.

Ketiga peristiwa ini berhubungan dengan pemerintah AS, dan karena
itulah, hari ini diberi nama Hari Nasional Anti Arogansi."

Beliau menandaskan, "Tahun 1979 dengan menduduki Kedutaan Besar AS,
para mahasiswa kita membuktikan kepada dunia akan hakikat dan
identitas sebenarnya dari Kedutaan Besar ini. Hari itu mereka menyebut
Kedutaan Besar AS dengan nama 'sarang spionase', dan hari ini, setelah
lebih dari 30 tahun berlalu, orang-orang di negara-negara Eropa baru
menyebut Kedutaan Besar AS sebagai sarang spionase. Ini menunjukkan
bahwa mahasiswa kita tiga puluh tahun lebih maju dari sejarah dunia."

Lebih lanjut Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan makna arogansi
atau istikbar seraya mengatakan, "Istikbar adalah sebutan untuk orang
atau pemerintahan yang merasa berhak mencampuri urusan bangsa lain dan
memaksakan kehendak atasnya tanpa merasa harus bertanggung jawab.
Lawan dari istikbar adalah bangsa atau orang-orang yang pantang tunduk
kepada arogansi, intervensi dan pemaksaan kehendak yang dilakukan oleh
kekuatan arogansi. Bangsa Iran termasuk di antara bangsa-bangsa
seperti ini."

Menyebut AS sebagai negara arogan yang berasa berhak mencampuri urusan
bangsa-bangsa lain, beliau menambahkan, "Dengan revolusinya, bangsa
Iran praktis bangkit melawan arogansi dan hegemoni AS. Setelah
kemenangan revolusi Islam bangsa Iran mencabut akar-akar hegemoni kubu
arogansi di negara ini, dan berbeda dengan sejumlah negara lain,
bangsa Iran tidak membiarkan pekerjaan ini tak terselesaikan dengan
sempurna."

Seraya mengingatkan bahwa mengikuti kemauan kubu arogansi sama sekali
tidak menguntungkan negara dan bangsa manapun, Rahbar menegaskan,
"Sepak terjang AS yang arogan bukan hanya melahirkan ketidakpercayaan
dan kebencian, pengalaman yang ada bahkan membuktikan bahwa bangsa dan
pemerintahan manapun yang percaya kepada AS akan dirugikan, walaupun
mereka bersahabat dengan AS."

Terkait hal ini beliau membawakan beberapa contoh diantaranya
kebijakan Dr Mosaddeq yang kepercayaannya kepada AS dibalas dengan
kudeta atas pemerintahannya pada peristiwa kudeta 28 Mordad yang
terkenal itu. Demikian juga pengkhianatan pemerintah AS terhadap Syah
Mohammad Reza Pahlevi ketika raja terguling itu melarikan diri dari
Iran. "Hari ini, di mata bangsa-bangsa dunia kekuatan yang paling
dibenci adalah AS," kata beliau.

Menurut Rahbar, jika sekarang dilakukan jajak pendapat yang adil dan
jujur di dunia maka tak ada negara yang dibenci oleh opini umum dunia
lebih dari AS.

Dalam menyimpulkan apa yang sudah disampaikan, Pemimpin Besar Revolusi
Islam mengungkapkan bahwa masalah perlawanan terhadap istikbar dan
Hari Nasional Anti Arogansi adalah masalah yang mendasar dan dilandasi
oleh analisa yang benar.

Untuk itu beliau mengimbau para pemuda agar menganalisa masalah
perlawanan terhadap arogansi dengan benar.

"Para pemuda di zaman awal revolusi tidak memerlukan analisa terkait
isu melawan AS, sebab mereka menyaksikan sendiri kezaliman AS dan
dukungan AS kepada rezim Thaghut yang despotik dan yang tak mengenal
perikemanusiaan. Sementara, pemuda zaman ini memerlukan analisa yang
benar terkait pertanyaan, mengapa bangsa Iran menentang arogansi dan
sepak terjang AS dan apa penyebab kebencian bangsa Iran terhadap AS?",
imbuh beliau.

Lebih lanjut, Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan beberapa masalah
yang berhubungan dengan AS saat ini. Seraya menyatakan dukungannya
kepada para pejabat negara dan tim perunding dalam perundingan dengan
kelompok negara 5+1, beliau mengatakan, "Mereka adalah putra-putra
revolusi dan delegasi Republik Islam yang sedang menjalankan tugas
yang berat. Tak ada yang boleh melemahkan mereka dan menghina dengan
menuduh mereka mudah ditundukkan untuk berkhianat."

Seraya menyatakan bahwa pertemuan dengan enam negara termasuk AS itu
hanya untuk merundingkan masalah nuklir, beliau menegaskan, "Dengan
izin Allah, perundingan ini tak akan merugikan kita. Perundingan ini
bahkan memberi kita pengalaman yang lebih besar seperti pengalaman
kita ketika menghentikan sementara program pengayaan uranium tahun
1382-1383 HS (2003-2004) yang semakin meningkatkan kemampuan rakyat
Iran dalam berpikir dan menganalisa."

Lebih lanjut beliau menjelaskan, "Sekitar satu dekade yang lalu, kita
terkesan melunak dan bersikap mundur dengan menerima penangguhan
program nuklir yang sebenarnya memang dipaksakan atas kita. Tapi dua
tahun setelah penangguhan dan penghentian banyak pekerjaan, kita semua
menyadari bahwa dengan bersikap seperti itupun kita sama sekali tidak
bisa mengharapkan kerjasama dari pihak Barat."

Rahbar menambahkan, "Jika itu tidak kita lakukan, mungkin ada yang
mempersoalkan dan mengklaim bahwa kesulitan kita akan teratasi dan
masalah nuklir akan selesai bila kita mau sekali saja melunak dan
mundur dari sikap kita. Tapi dengan menangguhkan program nuklir untuk
sementara waktu, semua menyadari bahwa lawan-lawan kita punya tujuan
lain. Karena itu kita memutuskan untuk kembali menggarap pekerjaan dan
program kemajuan kita."

Menyebut perbedaan kondisi nuklir Iran sepuluh tahun yang lalu dengan
kondisi sekarang sebagai sejauh perbedaan langit dan bumi, beliau
menyatakan dukungan kepada para pejabat negara dan tim perunding
seraya menandaskan, "Saya tidak optimis dengan hasil perundingan saat
ini. Sebab, tak ada jaminan bahwa hasilnya akan memuaskan rakyat.

Meski demikian, kami meyakini tak ada masalah untuk menganggapnya
sebagai pengalaman dengan syarat rakyat harus tanggap dan menyadari
apa yang sedang terjadi."

Pemimpin Besar Revolusi Islam mengkritik keras pernyataan sebagian
kalangan yang menjadi corong propaganda asing baik mereka yang dibayar
maupun yang tertipu karena kepolosan mereka. Beliau mengatakan,
"Sebagian orang menjadi corong media asing dan berusaha menyesatkan
opini umum dengan mengesankan bahwa semua kesulitan ekonomi dan
non-ekonomi yang ada akan terselesaikan jika kita bersedia menyerah
kepada Barat dalam masalah nuklir."

Untuk membuktikan ketidakbenaran klaim itu, Ayatollah al-Udzma
Khamenei menyebutkan berbagai konspirasi AS untuk memukul Iran ketika
belum ada isu nuklir, seraya mengimbau semua orang terutama para
pemuda, mahasiswa dan pelajar untuk merenungkan dengan baik masalah
ini.

Beliau mempertanyakan, "Apakah di awal revolusi Islam ada isu nuklir
ketika AS menjatuhkan berbagai macam sanksi terhadap Iran? Ketika
menembak jatuh pesawat terbang komersial Iran yang menewaskan 290
penumpang dan awaknya, apakah isu nuklir yang mereka jadikan sebagai
alasannya? Ketika melakukan kudeta di pangkalan militer Syahid Noujeh,
apakah ada isu nuklir? Apakah ketika AS memberikan bantuan
persenjataan dan dukungan politik kepada kelompok-kelompok kontra
revolusi setelah kemenangan revolusi Islam, ada isu nuklir?"

Seraya menegaskan bahwa jawaban dari semua pertanyaan itu adalah
'tidak', beliau menyimpulkan bahwa isu nuklir tak lebih dari sekedar
alasan yang dibuat-buat. Jika, misalnya, isu ini terselesaikan dengan
sikap lunak Iran, AS akan mengangkat puluhan isu lainnya untuk
melanjutkan permusuhan terhadap bangsa Iran seperti kemajuan teknologi
peluru kendali atau kebijakan Republik Islam Iran yang anti Rezim
Zionis Israel dan membela pejuangan moqawamah.

Rahbar menjelaskan bahwa akar permusuhan AS dengan Iran adalah sikap
AS yang menentang eksistensi Republik Islam dan menolak pengaruh,
kredebilitas dan wibawa pemerintahan Iran yang dipilih oleh rakyat.
Tak heran jika belum lama ini sejumlah pemikir AS menyatakan bahwa
bagi AS, Iran adalah negara yang berbahaya baik negara ini memiliki
nuklir atau tidak, karena negara ini punya wibawa dan pengaruh yang
mereka sebut hegemoni di kawasan.

Kepada para pejabat negara, beliau berpesan supaya memanfaatkan
potensi dan kapasitas sumber daya manusia, alam dan geografi Iran
untuk menyelesaikan semua kesulitan yang dihadapi. Namun demikian, ini
tidak menafikan gerakan diplomasi.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menegaskan bahwa dalam konfrontasi
dengan musuh-musuhnya, sejak awal revolusi bangsa Iran tak pernah
kalah dan akan pernah kalah. Sebagai buktinya, pada dekade pertama
awal revolusi ketika banyak fasilitas materi seperti uang, senjata,
pengalaman, koordinasi dan pasukan militer yang mumpuni, musuh Timur
dan Barat tidak mampu menundukkan bangsa Iran walaupun telah
mengerahkan segenap kemampuannya lewat tangan rezim Baath Irak.
Sementara, saat ini, kondisi bangsa Iran dan lawan-lawannya sudah jauh
berbeda.

Sekarang Iran sudah meraih banyak kemajuan di berbagai bidang sains,
teknologi, persenjataan dan wibawa internasional ditambah dengan
keberadaan jutaan tenaga muda yang handal di negara ini. Sedangkan di
kubu musuh, AS dan sekutu-sekutunya dilanda berbagai kesulitan politik
dan ekonomi serta friksi di antara mereka sendiri.

Ayatollah al-Udzma Khamenei mengingatkan, "Sekali lagi saya ingatkan,
jangan pernah tertipu oleh senyum manis dari musuh. Jangan sampai
senyuman mereka menyeret kalian ke dalam kesalahan."

Terkait pernyataan seorang politikus AS yang mengusulkan supaya Iran
dijatuhi bom nuklir, Rahbar menegaskan, "Jika jujur dengan klaimnya
bahwa perundingan ini serius, maka sudah seharusnya pemerintah AS
menampar mulut orang yang berbicara seperti itu."

Beliau menambahkan, "Sekarang pemerintah dan kongres AS dikuasai oleh
para konglomerat besar dan kartel-kartel Zionis sehingga terpaksa
menjaga perasaan rezim Zionis. Berbeda dengan kita yang tidak memiliki
keterpaksaan seperti itu. Sejak awal kita tegaskan dan sekarang atau
kedepan pun kita tegaskan bahwa kita meyakini rezim Zionis Israel
sebagai rezim ilegal dan anak haram."

Di akhir pembicaraannya, seraya menegaskan kembali dukungan kepada
para pejabat negara dan mengimbau pejabat dan rakyat untuk selalu
tanggap dan cermat dalam bersikap, Ayatollah al-Udzma Khamenei
mengatakan, "Kita semua berharap, dengan inayah dan kemurahan Ilahi,
para pemuda akan mengambil alih kendali negara ini dengan penuh
semangat untuk membawanya ke puncak kejayaan dengan kreativitas yang
mereka miliki".

(khamenei.ir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar