Ini kedua kalinya Indonesia menjadi tuan rumah dari pertemuan APEC.
Pertama kali Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan APEC adalah pada
1994. Tema besar yang diusung Indonesia dalam pertemuan APEC 2013
adalah "Resilient Asia Pacific, Engine of Global Growth". Dengan tema
itu Indonesia harus bisa membuat gravitas dunia "bergerak" ke Bali.
Bobot Strategis APEC
Hasil observasi komposisi anggota APEC ditemukan bobot strategis APEC.
Yang dimaksud dengan bobot strategis di sini secara sederhana adalah
resources yang dimiliki anggota APEC dan dapat dimanfaatkan secara
sendiri maupun bersama- sama untuk kepentingan jangka panjang mereka.
Dari 21 anggota APEC, empat di antaranya negara yang dianggap sebagai
ekonomi terbesar di dunia yaitu Amerika Serikat, China, Jepang, dan
Rusia. Mereka ini sumber investasi, finansial, dan teknologi.
Delapan di antaranya anggota G-20 yaitu Amerika Serikat,Kanada,
Jepang, Korea Selatan, China, Australia, Rusia, dan Indonesia. Tujuh
di antaranya anggota ASEAN yaitu Indonesia, Singapura, Thailand,
Malaysia, Filipina, Brunei Darusallam, dan Vietnam. Mereka pasar
menggiurkan. Delapan di antaranya negara tujuan investasi para
investor global yaitu China, Korea Selatan, Thailand, Peru, Malaysia,
Chile, Rusia, dan Indonesia.
Tujuh di antara mitra strategis Indonesia yaitu Amerika Serikat,
China, Rusia, Australia, Korea Selatan, Jepang, dan Vietnam.
Melalui APEC, Indonesia dapat memperkuat jaringan bilateralnya. Empat
di antaranya negara besar di Asia-Pasifik yaitu Amerika Serikat,
China, Jepang, dan Rusia.
Mereka ini dianggap memiliki kapabilitas menjaga perdamaian dan
keamanan kawasan, suatu kapabilitas yang tidak dimiliki anggota APEC
lainnya.
Bobot strategis APEC lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah
keberadaan empat negara yang memiliki sumber energi terbesar dunia
(minyak, batu bara, dan gas alam) yaitu Amerika Serikat, Rusia,
Kanada, dan China. Mereka berperan sebagai pemasok sumber pembangunan
industri.
Dalam APEC juga ditemukan lima kawasan yang masingmasing memiliki
nilai strategis untuk mereka secara sendirisendiri maupun kolektif
yaitu Asia Tenggara, Amerika Utara, Amerika Latin, Asia Timur, Pasifik
Barat Daya, dan Eropa Timur. Dengan memahami bobot strategis APEC,
dapat diketahui ke arah mana APEC akan bergerak.
Perspektif Geoekonomi
Jika dilihat dari perspektif ekonomi, tampak bahwa anggota inti APEC
berasal dari tiga kawasan yaitu Asia Timur, Asia Tenggara, dan Amerika
Utara. Tiga kawasan ini masing-masing memiliki ekonomi kunci (key
economies) yang dalam praktikknya saling bergantung dan saling
bersaing. Dalam konteks APEC, para ekonomi itu memang berperan sebagai
mesin pertumbuhan global dalam pencapaian tujuantujuan APEC.
Namun, "resilient" itu menjadi tidak memiliki efek terhadap kawasan
Asia-Pasifik jika misalnya ekonomi kunci itu justru malah saling
bersaing dan mengabaikan kepentingan bersama APEC. Dalam geoekonomi
berlaku "trade follows the flag". Jika misalnya anggota APEC ternyata
lebih mengedepankan keunggulan atau kelebihannya dari bobot strategis
di atas, Asia- Pasifik bukan hanya akan menjadi rawan terhadap
konflikkonflik bilateral, dan karena itu tidak lagi memiliki
"resilient", tetapi juga Asia-Pasifik dipastikan akan kehilangan
perannya sebagai "engine of global growth".
Samuel Huntington (1993) pernah mengajukan hipotesis bahwa konflik
utama yang melibatkan Amerika Serikat dan negara-negara besar lain
akan lebih banyak terjadi dalam bidang ekonomi daripada bidangbidang
lain. Hipotesis Huntington itu bisa menjadi kenyataan jika anggota
APEC gagal mencegah forum itu menjadi ajang konflik antara negara dan
ekonomi terbesar di dunia. Konsekuensinya,Asia-Pasifik akan
terfragmentasi dan tidak lagi "resilient".
Perspektif Geopolitik
Tema yang diusung oleh Indonesia dalam pertemuan APEC 2013 yaitu
"Resilient Asia- Pacific: The Engine of Global Growth" memang
kelihatan seksi karena dua alasan.
Pertama, tema itu sebuah pengakuan bahwa kawasan Asia- Pasifik
merupakan 60% dari kegiatan perdagangan dunia dan penggerak
pertumbuhan dunia.
Kedua, kawasan Asia- Pasifik memiliki sesuatu yang dibutuhkan oleh
hampir semua bagian di dunia yaitu termasuk, tetapi tidak terbatas
pada investasi, finansial, teknologi, dan teknologi. Namun, jika saja
ada negara besar yang karena tuntutan geopolitiknya
mengharuskannyamengambil kebijakan politik unilateral yang malah
bertentangan dengan kepentingan anggota APEC,
niat Indonesia untuk membuat kawasan Asia- Pasifik memiliki
ketangguhan dan menjadi mesin pertumbuhan global sulit menjadi
kenyataan. Dengan kata lain, bukan tidak mungkin APEC akan berubah
menjadi forum yang didominasi negara-negara besar tersebut dan APEC
akan digiring ke arah pemenuhan kepentingan-kepentingan geopolitik
mereka.
Perspektif Geostrategi
Dalam konteks ini, geostrategi dipandang sebagai kebijakan luar negeri
negaranegara anggota APEC tertentu untuk memproyeksikan kekuatan
ekonomi maupun diplomatik pada salah satu dari kawasan-kawasandari
mana anggota APEC berasal. Akibatnya mereka harus fokus hanya pada
bidang politik atau ekonomi atau militer di kawasankawasan tertentu.
Jika saja anggota APEC memperlihatkan indikasi ke arah itu,
kemungkinan APEC menjadi forum kompetisi sumber daya (resources) lebih
besar daripada menjadi forum untuk membangun kerja sama dalam
eksplorasi sumber daya. Akibatnya, kohesivitas APEC akan terongrong
dan berada di bawah kendali geostrategi negaranegara dari kawasan
tertentu. Makna geostrategi dari tema yang diusung oleh Indonesia
yaitu "Resilient Asia-Pacific: The Engine of Global Growth" adalah
bahwa gagasan Resilient Asia- Pacificmengandungpesanupaya bersama
anggota APEC untuk membuat Asia-Pasifik memiliki
ketangguhanterhadapguncangan- guncangan ekonomi.
Tetapi, misi APEC semacam itu tidak akan memiliki efek praktis jika
kawasan dari mana anggota APEC berasal tidak mampu menjaga daya tahan
mereka sendiri dan ini bisa menggerogoti ketangguhan kawasan Asia-
Pasifik. Misi "Engine of Global Growth" memberi kesan ada harapan
bahwa kawasan Asia- Pasifik akan menjadi mesin pertumbuhan global.
Dari perspektif geostrategi, pencapaian misi semacam itu akan
ditentukan oleh kemampuan anggota APEC menjaga stabilitas kawasan dari
kemungkinan guncangan- guncangan ekonomi dan politik. Bobot strategis
APEC seperti dijelaskan di atas membawa konsekuensi positif maupun
negatif terhadap profil APEC. Karena itu, realisasi programprogram
APEC 2103 di bawah tema di atas mungkin saja bisa tidak jalan jika
Indonesia sebagai "promotor" tidak maksimal dalam menggerakkan
"capital" yang dimiliki APEC untuk mencapai tiga sasaran di atas.
Meskipun kini Indonesia menjadi ketua APEC dan tema APEC 2013 itu
cukup bagus, Indonesia tidak bisa menghindari dari kemungkinan
kegagalan pelaksanaan hasil-hasil pertemuan APEC itu akibat
persinggungan kepentingan- kepentingan geoekonomi, geopolitik, dan
geostrategi dari anggota APEC , khususnya negara- negara besar.
Ini test case terbesar yang akan dihadapi Indonesia dalam posisinya
sebagai ketua APEC 2013.
BANTARTO BANDORO
Pengajar pada Fakultas Strategi Pertahanan,
Universitas Pertahanan Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar