peperangan ini dan kita menjadi pecundangnya, dan saya sangat khawatir
dengan apa yang akan terjadi di Iran"(US Senator Lindsey Graham)
----------------------------
Koran terkemuka AmerikaThe New York Times cukup tepat menggambarkan
Israel sebagai "kekuatan gila perang" yang kini sendirian, setelah
sekutunya, Amerika, mulai membuka dialog damai dengan Iran.
Kesalahannya hanya sedikit, yaitu bahwa Israel masih memiliki
teman-teman setia, yaitu orang-orang takfiri, al qaida, salafi,
wahabi, arab badui, ekstremis sunni, mujahilin Syria penggorok leher
dan pemakan bangkai, para pelaku jihad seks, Ali Imron dan Imam
Samudra Cs, arrahmah.com, tanyasyiah.com, muslim suffer, dan
manusia-manusia sejenisnya.
Dalam pidatonya di depan Sidang Umum PBB di New York, Selasa lalu
(24/9) Presiden Amerika Barack Obama menyatakan bahwa Amerika kini
membuka pintu diplomasi bagi Iran, yang disusul kemudian dengan
laporan-laporan mengenai terjadinya pembicaraan langsung antara Obama
dengan Presiden Iran Hassan Rouhani di sela-sela sidang umum PBB. Ini
merupakan langkah sangat maju mengingat telah lebih dari 30 tahun
tidak pernah terjadi momen seperti itu seiring dengan putusnya
hubungan diplomatik kedua negara paska terjadinya Revolusi Islam Iran
tahun 1979.
"Saya percaya bahwa jika kita bisa menyelesaikan isu program nuklir
Iran, yang bisa menjadi langkah maju bagi jalan panjang hubungan yang
berbeda, yang didasarkan pada saling menguntungkan dan saling
menghargai," kata Obama di depan PBB.
Beberapa saat kemudian, Presiden Iran Hassan Rouhani menggunakan
kesempatan pidato pertamanya di depan Sidang Umum PBB untuk
menyampaikan kepada dunia, termasuk Amerika, bahwa Iran siap untuk
melanjutkan perundingan tentang program nuklirnya secara transparan
dan menyeluruh.
Rouhani mendesak Obama untuk menolak tekanan-tekanan dari "kekuatan
gila perang" jika ingin menjalankan hubungan "perbedaaan" dengan Iran.
Rouhani juga meyakinkan dunia bahwa Iran sama sekali tidak
menginginkan senjata nuklir karena dianggap bertentangan dengan
nilai-nilai etika dan agama.
"Senjata nuklir dan senjata-senjata pemusnah massal lainnya tidak
memiliki tempat dalam doktrin pertahanan dan keamanan Iran, serta
bertentangan dengan keyakinan agama dan etika kami," kata Rouhani.
Pada saat pidato Rouhani, delegasi Israel meninggalkan ruang sidang
atas perintah PM Benjamin Netanyahu yang sekali lagi menuduh Iran
berniat untuk memiliki senjata nuklir.
"Kami tidak akan dibodohi oleh penilaian setengah-setengah yang hanya
memberikan perlindungan bagi ambisi senjata nuklir Iran," kata
Netanyahu di Tel Aviv beberapa saat sebelum pidato Rouhani. "Dan dunia
seharusnya juga tidak bisa dibodohi," tambahnya.
Para analis politik internasional menganggap sikap keras Israel
tersebut membuat Israel justru semakin ditinggalkan sekutu-sekutunya
yang ingin melakukan penyelesaian diplomatik dengan Iran.
"Sangat membayahakan bagi Israel untuk dipandang sebagai satu-satunya
"penggila perang", kata Dan Gillerman, mantan dubes Israel untuk PBB,
kepada New York Times.
Sementara Dan Meridor, seorang mantan menteri Israel mengatakan bahwa
Israel harus "berbicara dengan nada positif" tentang presiden baru
Iran Hassan Rouhani.
Selama ini Amerika, Israel dan negara-negara barat terus menuduh Iran
tengah berupaya untuk membuat senjata nuklir di balik program energi
nuklir yang dikembangkannya. Iran menolak tuduhan-tuduhan itu semua
dan meyakinkan bahwa Iran adalah anggota badan atom internasional
(IAEA) yang memiliki hak untuk mengembangkan nuklir untuk memenuhi
kebutuhan energi dan hal-hal bersifat damai lainnya.
PEMBICARAAN LANGSUNG OBAMA-ROUHANI
Sementara itu Sidang Umum PBB yang baru saja berlangsung di New York
mencatat sejarah baru dengan adanya pembicaraan langsung via telephon
antara Obama dengan Rouhani yang berlangsung hari Jumat (27/9).
Usai pembicaraan itu Obama langsung menyatakan antusiasmenya untuk
menyelesaikan permasalah diplomatik antara kedua negara.
"Saya baru saja mengadakan pembicaraan via telepon dengan Presiden
Republik Islam Iran Rouhani. Kami berdua membicarakan upaya-upaya kami
yang tengah berlangsung untuk meraih kesepakatan tentang program
nuklir Iran," kata Obama kepada pers, Jumat (27/9).
Menyebut pembicaraan langsung tersebut sebagai "kesempatan penting
bagi kebijakan luar negari Amerika", Obama mengatakan keyakinannya
bahwa kedua negara bisa meraih solusi yang komprehensif. Namun
pernyataan terpenting Obama adalah pengakuannya bahwa Iran memiliki
hak untuk mengembangkan energi nuklir untuk keperluan damai.
"Saya telah meyakinkan (Presiden Iran) bahwa kami menghormati hak
rakyat Iran untuk mendapatkan energi nuklir untuk keperluan damai
dalam hal Iran memenuhi kewajiban-kewajibannya. Jadi
penelitian-penelitian yang dilakukan harus berjalan transpran dan bisa
diverifikasi," kata Obama sembari menyatakan keyakinannya bahwa
perkembangan yang terjadi akan bisa mengakhiri sanksi ekonomi yang
kini tengah berlaku terhadap Iran.
Presiden Iran Hassan Rouhani sendiri telah mengkonfirmasi adanya
pembicaraan langsung tersebut melalui pesan-pesan yang disampaikannya
melalui situs jejaring sosialTwitter.
Pernyataan Obama itu terjadi sehari setelah diadakannya pertemuan
antara 5 anggota tetap DK PBB (Inggris, Perancis, China, Russia,
Amerika) ditambah Jerman dengan Iran, di markas besar PBB di New York,
membicarakan program nuklir Iran.
Sebelumnya menlu Amerika John Kerry juga telah mengadakan pertemuan
langsung dengan menlu Iran Mohammad Javad Zarif, yang oleh Kerry
disebut sebagai sesuatu yang "konstruktif" dimana Iran telah
memberikan semua pilihan tentang program nuklirnya.
"Kami sepakat untuk mencoba melanjutkan proses yang akan mencoba
membuat sesuatu yang kongkrit dan menemukan jalan untuk menjawab semua
pertanyaan tentang program nuklir Iran," kata John Kerry.
Pertemuan berikutnya antara Iran dengan anggota-anggota tetap DK PBB
plus Jerman (P5+1) dijadwalkan akan dilangsungkan di Jenewa tgl 15 dan
16 Oktober mendatang.
KEMENANGAN IRAN
"Rakyat di seluruh dunia telah muak dengan peperangan, kekerasan dan
ekstrimisme.
Mereka menginginkan perubahan daristatus quo. Dalam beberapa tahun
suara-suara dominan berulangkali terdengar, "solusi militer ada di
atas meja". Terhadap hal ini saya mengatakan dengan jelas dan keras
bahwa "perdamaian kini ada dalam jangkauan"."
Demikian sebagian bunyi pidato Presiden Iran Hassan Rouhani di depan
Sidang Umum PBB, Jumat (27/9). Pidato itu, oleh analis politik
internasional Finian Cunningham, dianggap sebagai penanda yang sangat
jelas bahwa Iran dengan konsisten telah menjalankan diplomasi damai di
tengah-tengah berbagai ancaman dan hujatan Amerika dan
sekutu-sekutunya.
Dan kini Iran muncul sebagai pemenang, setelah Amerika akhirnya
mengulurkan tangannya kepada Iran.
Militer Amerika masih menjadi ancaman dunia, khususnya di
tengah-tengah ancaman krisis kolapsnya ekonomi dunia. Namun rakyat
Iran kini mendapatkan sekutu baru, yaitu masyarakat dunia yang kini
bisa dengan jelas melihat siapa musuh dunia, yaitu sistem elit global
yang korup dan destruktif.
"Militerisme dan sumber-sumber kekerasan lain untuk menundukkan
negara-negara lain merupakan contoh-contoh kegagalan pendekatan lama
di dalam situasi dunia yang baru."
Itu juga pidato Rouhani yang oleh Cunningham dianggap menunjukkan
bahwa Iran telah berhasil menampilkan diri sebagai negara damai yang
tidak mengancam negara manapun, yang memiliki keinginan untuk
bergabung dengan negara-negara dunia lainnya mewujudkan perdamaian
dunia, termasuk dengan menghancurkan semua senjata pemusnah massal.
(cahyono-adi.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar