Majelis umum PBB menjelaskan politik Amerika Serikat terkait sejumlah
masalah penting internasional. Dia memfokuskan pidatonya pada tiga
pokok, upaya internasional untuk mengontrol senjata kimia Suriah,
perwujudan "perdamaian Timur Tengah antara Palestina dan Israel", dan
upaya mencegah Iran menggapai senjata nuklir.
Salah satu topik penting pidato Obama adalah masalah Suriah dan
persenjataan kimianya.
Obama meminta Dewan Keamanan PBB untuk memastikan bahwa jika Suriah
tidak memenuhi komitmennya terkait kesepakatan terbaru senjata
kimianya, maka Damaskus akan menghadapi dampak buruknya. Tampak sekali
Obama sedang berusaha dengan segala cara untuk mengantongi resolusi
anti-Suriah dari Dewan Keamanan atau Majelis Umum PBB, yang menetapkan
langkah-langkah praktis jika Suriah tidak berkomitmen pada kesepakatan
AS-Rusia.
Dalam hal ini Obama mengatakan, "Jika Dewan Keamanan tidak bisa
sepakat untuk meratifikasi sebuah resolusi (anti-Suriah), maka jelas
bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak mampu memberlakukan ketentuan
internasional."
Obama menepis segala bentuk keraguan atas penggunaan senjata kimia
oleh pemerintah Suriah. Meski demikian, Obama terpaksa mengakui peran
Barat khususnya Amerika Serikat dalam memperkuat oposisi Suriah. Dalam
hal ini Obama juga mengakui bahwa meski Amerika Serikat memperkuat
kelompok oposisi moderat, namun aktivitas kelompok ekstrim juga
meningkat di Suriah.
Walaupun Obama menekankan peran rakyat Suriah dalam mewujudkan
perdamaian di negara itu, akan tetapi jelas sekali haluan yang
ditempuh Amerika Serikat dalam perang Suriah, adalah mendukung
kelompok oposisi dengan tujuan penggulingan pemerintahan sah di negara
itu.
Obama menjelaskan, kesepakatan tentang persenjataan kimia harus
meningkatkan upaya-upaya diplomatik untuk mencapai rekonsiliasi
politik dengan Suriah.
"Saya tidak berpikir bahwa aksi militer baik dari dalam Suriah atau
oleh pasukan asing dapat mewujudkan perdamaian konstan," katanya.
Pernyataan itu mengemuka di saat Obama pada kesempatan lain secara
tegas menekankan kesiapannya untuk mengerahkan pasukan demi menjaga
kepentingan AS. Pidato Obama di Majelis Umum PBB bertentangan dengan
fakta politik Barat dan sekutunya di Suriah yang mempersenjatai
kelompok-kelompok Takfiri sadis dan tidak manusiawi yang menebar
pembantaian di Suriah. Ketika Obama berbicara tentang hak kaum Alawi
Suriah untuk hidup secara aman, kelompok-kelompok Takfiri giat
membantai warga Alawi.
Fokus lain dalam pidato Obama adalah masalah "perdamaian antara
Palestina dan Israel". Obama mengklaim mendukung pembentukan
pemerintahan independen Palestina dan penyelesaian friksi antara
Israel dan Palestina, serta menuntut negara-negara regional untuk
membantu para pemimpin rezim Zionis dan Palestina dalam menempuh jalan
terjal menuju perdamaian.
Dalam hal ini pun, pernyataan Obama tidak sesuai fakta. Israel yang
mendapat dukungan penuh Amerika Serikat, ketika berunding dengan
Palestina, melanjutkan pembangunan permukiman Zionisnya di atas
wilayah pendudukan. Padahal masalah ini merupakan yang ditentang oleh
pihak Palestina. Amerika Serikat yang mengklaim netral dalam hal ini,
bahkan tidak menekan Israel untuk menghentikan kezalimannya terhadap
bangsa Palestina.
Pada bagian lain, Obama menyinggung sejumlah masalah termasuk
aktivitas Al-Qaeda.
Menurut Obama, Al-Qaeda telah berubah menjadi jaringan regional dan
merupakan ancaman sangat berbahaya bagi seluruh dunia.
Adapun terkait program nuklir Iran, tidak ada hal baru dalam pidato
Obama. Lagi-lagi Obama mengklaim khawatir atas kemampuan Iran di
bidang nuklir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar