"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Sabtu, 01 Juni 2013

Public sharing “Warisan Kebudayaan Islam Iran”: Lawan Serangan Hegemoni Budaya dengan Kebudayaan Islam

Lantunan musik khas timur tengah seketika terdengar sesaat setelah masuk aula UIN SGD Bandung, Selasa (04/12). Slide foto-foto sejarah Islam di Persia (sekarang Iran/red.) juga ditampilkan sebagai pembuka acara. Acara Public sharing “Warisan Kebudayaan Islam Iran” adalah hasil kerjasama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung dengan Kedutaan Besar Iran yang rutin yang dilaksanakan setiap tahun.


Alasan krusial disampaikan Atase Kebudayaan kedutaan besar Iran Mohammad Ali Nurba’in bahwa untuk melawan hegemoni budaya Amerika, harus juga dilawan dengan kebudayaan. “Berdasarkan pengalaman sejarah, hal-hal yg bersifat pemikiran dapat dilawan dengan pemikiran juga,” kata Ali dalam bahasa Iran yang diterjemahkan oleh penerjemah. “Dan saya melihat, tempat yang paling tepat untuk membahas, berdialog, mengembangkan pikiran, serta membangun suasana keilmuwan tersebut adalah area universitas,” tambahnya. Kegiatan ini menjadi sangat penting dalam membangun kebudayaan Islam.


“Iran merupakan fakta sejarah kebudayaan Islam yang murni, yahudi murni, maupun yang lainnya,” kata salah satu pemateri, Mahdiyah Tirmidzi (19), mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mendapat kesempatan belajar di Iran selama 40 hari ini. Pada segmen “Persian Culture and sharing course,” Mahdiyah mengatakan bahwa begitu penting kita mengenal lebih jauh kebudayaan Islam Iran, karena Iran adalah simbol kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Selain itu, tokoh-tokoh besar Islam juga berasal dari Persia, atau sekarang Iran. Seperti Ibnu Siena, Al Ghazali, dan Bukhari. Islam memiliki kebudayaan dan peradaban yang besar, itulah yang membuat segan musuh-musuh Islam. “Sebetulnya, apabila kita mengamati misalnya filsafat, logika, teologi, kedokteran, dan bidang lainnya, itu diakibatkan oleh relasi kebudayaan Islam,” lanjut Ali.

Ali juga menambahkan, saat ni kita hidup di era komunikasi global. Maka, mudah saja bagi kita mendapat informasi. Namun, sekelompok umat ingin membuat pembatas-pembatas agama."Untuk menjaga itu, berikanlah selalu pengaruh-pengaruh kebudayaan Islam. Jaga, serta pegang teguh ajaran agama,” pesan Ali.


Islam telah memberikan perintah untuk menghadapi segala sesuatunya dengan hal yang sama. Kebudayaan, lawan kembali dengan kebudayaan. Ilmu lawan dengan ilmu lagi, bukan dengan kekerasan, tindak semena-mena atau main hakim sendiri.
(suakaonline.com)




Melihat Iran dari Dekat


Kami informasikan bahwa di fakultas Ushuludin ada Iran Corner atau Pojok Iran, di sana terdapat buku-buku khusus tentang Iran dan Kebudayaannya. Kenapa Harus mengenalkan Iran? Kita harus mengenal Iran karena tokoh intelektual besar dunia ada di Iran; Ibnu Sina, Al-Ghazali, Al-Farabi. Mereka semua memiliki latar belakang Persia. Iran Juga merupakan pewaris Kebudayaan Islam yang luar biasa.

Rosihon Anwar meyakinkan kepada hadirin yang hadir saat memberikan sambutan pada acara Public Sharing & Ekhibition tentang Iran di Aula Utama UIN pada Selasa (04/12).


Turut hadir dalam acara tersebut Pembantu Rektor II Prof. Dr. Muhtar Solihin, M.Ag yang juga mantan dekan Ushuluddin, Pembantu Rektor IV Prof. Dr. Moh. Najib, M.Ag.

Ia berterima kasih kepada kedutaan besar Republik Islam Iran yang diwakili oleh M. Ali Nurbain. Ali Nurbain yang juga menyampaikan sambutan meminta izin untuk menggunakan bahasa Persia.

“Karena tadi sudah bicara dalam bahasa Inggris, Arab, dan Indonesia. Saya minta izin untuk menggunakan bahasa Persia”, kelakarnya.

“Saya akan menyampaikannya dalam beberapa point saja, karena sudah mendekati adzan dhuhur,” lanjut Ali.

Ada hubungan yang langsung antara masyarakat satu dengan yang lain yaitu hubungan kebudayaan dan keilmuan. Apabila ingin mengenalnya, maka sarananya adalah dengan dialog atau pertukaran pemikiran antara dua masyarakat yang bisa menjalin hubungan tersebut. Oleh karena itu Islam tidak begitu saja menolak kebudayaan dari tempat tertentu, tapi menggabungkan sehingga menjadi potensi yang sangat besar. Kita lihat di Persia, India, Eropa, dan Indonesia. Sehingga Islam pada beberapa abad kemudian menjadi peradaban besar yang diperhitungkan oleh masyarakat Islam dan dunia”, jelas Ali.

Ia mengamati tentang keilmuan yang ada di Islam tidak terlepas dari kaitannya dengan keilmuan lain.”Apabila kita mengamati keilmuan Islam baik itu teologi, kedokteran, ushl fiqh, atau lainnya, keilmuan tersebut berasa juga dari kebudayaan-kebudayaan lainnya. Kita memiliki logika seperti apa yang disampaikan oleh Imam Ali, ‘lihatlah apa yang disampaikan, bukan siapa yang menyampaikannya. Apabila kebudayaan bagus, bolehlah kita mengambilnya”, ujar Ali.

Ia heran, melihat kehidupan global saat ini masih ada orang yang membangun tembok pembatas antara agama dan budaya. Karena bagi dirinya, hal yang bersifat pemikiran dan ide tidak dapat dibendung, tetapi harus dilawan dengan pemikiran dan keilmuan. “Kebudayaan harus dilawan dengan kebudayaan, bukan dengan kekerasan”,tegasnya.

Muhtar Solihin, yang mewakili Rektor sangat mengapresiasi kegiatan tersebut. “mudah-mudahan ini tidak hanya sekedar testimony belaka, namun ada kegiatan yang lebih besar lagi. Misalnya kita mengirim mahasiswa S2 dan S3 ke Iran,”harapnya.

Pembantu Rektor Bidang Keuangan tersebut bersyukur karena apa yang dirintis dan dibangunnya berjalan lancar. Apalagi yang menyelenggarakan kerjasama langsung dengan luar negeri hanya fakultas Ushuluddin.

“Jika dilihat hanya Ushuluddin yang real bekerjasama dengan luar negeri. Oleh karena itu Pak Rektor sangat berterima kasih,”ujarnya.

Selesai sambutan, Prof. Muhtar Solihin membuka acara secara resmi dengan menggunting pita pameran kegiatan Public Sharing tersebut dengan menampilkan foto-foto tentang Iran.

Dua pembicara selanjutnya, Tia--alumni mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Mahdiyah, mahasiswa UIN Jakarta bercerita bagaima dirinya bisa berkeliling Iran dan mengenal kebudayaan Iran dari dekat selama 40 hari.

http://www.uinsgd.ac.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar