Dalam sejarah politik Iran banyak peristiwa cemerlang dan penting yang mencatat ketegaran bangsa Iran dalam menghadapi kekuatan-kekuatan arogan. Setiap peristiwa ini menjadi awal dari perubahan besar dalam transformasi politik Iran.
Dari sekian peristiwa
menentukan ini gerakan Revolusi Islam Iran merupakan yang terbesar.
Peristiwa revolusi ini dimulai oleh gerakan bersejarah Imam Khomeini ra
menentang rezim despotik Shah pada
15 Khordad 1342 Hs (1963). Begitu juga rentetan peristiwa politik-sosial Iran hingga
Revolusi Islam mencapai kemenangan.
Gerakan kebangkitan yang terbentuk dalam sejarah
panjang perjuangan bangsa Iran
melawan kekuatan-kekuatan arogansi, memiliki peran penting dalam transformasi
politik Iran.
Dari sejumlah peristiwa penting itu ada gerakan bangsa Iran menghadapi konspirasi asing untuk
menumbangkan Revolusi Islam Iran.
Dalam sejarah kontemporer Iran,
intervensi Amerika dan Inggris di Iran merupakan yang paling menonjol. Contoh
paling tepat adalah kudeta Amerika-Inggris terhadap pemerintah Iran waktu itu
yang terjadi pada tahun 1332 Hs (1953)
Rentetan peristiwa politik pada tahun 1954 dan
setelahnya menunjukkan intervensi Amerika dan Inggris dengan tujuan memperkuat
cengkeraman Amerika di Iran. Menurut pandangan politik-sosial, kudeta 28 Mordad
1332 Hs(1953) dan transformasi politik Iran pasca kejadian itu menjadi sarana
bagi perluasan pengaruh Amerika di pelbagai bidang di Iran, mulai dari politik,
budaya, ekonomi dan militer. Sedemikian luasnya pengaruh Amerika sehingga
praktis pemerintah Iran
hanya menjadi boneka AS dan berada di bawah kekuasaan Washington. Dari sisi ini, ketegaran dan
kesadaran bangsa Iran
melawan arogansi Amerika merupakan satu parameter penting dalam mencermati
perkembangan politik Iran.
Mengkaji penggalan sejarah politik Iran menunjukkan bahwa pasca kemenangan Revolusi
Islam Iran, Amerika tidak
dapat menyaksikan Iran
mandiri. Untuk itu, lewat kedutaan besar AS di Tehran yang pada dasarnya
merupakan markas spionase AS terhadap Revolusi Islam Iran,
Amerika menyusun dan melakukan aksi-aksi konspirasi anti Iran. Bangsa Iran yang mengetahui itu, terutama dari para
mahasiswa, membuat mereka memutuskan untuk menduduki Kedubes AS.
Dampak dari aksi pendudukan Kedubes
AS ini, Amerika mengambil
langkah-langkah politik dan juga mengeluarkan ancaman militer. AS mengirim
kapal-kapal perangnya ke Teluk Persia
dan siap sewaktu-waktu untuk menyerang Iran.
Sekaitan dengan ancaman serangan militer ini,
pasukan komando AS pada bulan April 1981 mengirim 90 pasukan terlatihnya dengan
sejumlah helikopter dan pesawat militer dengan persenjataan lengkap lalu
memasuki Iran. Mereka diturunkan di gurun pasir Tabas yang terletak di timur Iran. Pasukan
komando ini dengan bantuan kelompok-kelompok anti revolusi yang telah siap
sejak sebelumnya menyerang tiba-tiba tempat penahanan para sandera AS. Setelah
membebaskan mereka, setelah itu militer AS akan mengebom pusat-pusat penting
negara.
Tapi semua itu gagal sejak awal operasi. Ketika
pasukan komando AS ini tiba di gurun Tabas, mereka menghadapi badai pasir yang
mengakibatkan 9 orang tewas mengenaskan akibat terbakar. Bangkai pesawat dan
helikopter yang hancur ditinggalkan begitu saja oleh pasukan komando AS. Agresi AS
ini menjadi noktahhitam dalam sejarah Amerika yang penuh dengan kejahatan
perang.
Myles Kaplan, mantan CIA dan rekan Roosevelt dalam
kudeta 28 Mordad 1332 Hs di Iran mengatakan, "Tujuan agresi lewat Tabas
tidak hanya untuk membebaskan para sandera, bahkan tujuan utamanya adalah
kudeta dan menumbangkan rezim Iran." Sekaitan dengan peristiwa
penyanderaan ini, para pejabat AS memanfaatkan agresi militer Irak ke Iran pada bulan September 1980 sebagai
kesempatan lain untuk menumbangkan pemerintah Iran dan menghapus Revolusi Islam.
Zbigniew Brzezinski, Penasihat Keamanan Nasional
Presiden Jimmy Carter sebelum dimulainya perang Irak-Iran menyatakan,
"Amerika sedang menghadapi Revolusi Iran. Dalam hal ini, AS harus
memperkuat negara-negara yang memiliki kemampuan untuk menyerang rezim Iran. Sekaitan
dengan ini, sebagian dari kebijakan Amerika adalah mendorong negara-negara Arab
di Timur Tengah untuk membantu Irak selama mengagresi Iran. Amerika
harus mendorong Arab Saudi sebagai sekutu dekatnya di kawasan untuk mengurangi
harga minyak mentah agar Iran
tidak dapat membiayai perang lewat sumber devisa utamanya, yaitu minyak."
Ini adalah kebijakan yang masih dilanjutkan oleh Amerika dengan menjatuhkan
sanksi larangan pembelian minyak Iran.
Kemenangan Revolusi Islam Iran dan akhir dari periode kekuasaan rezim
taghut di Iran menjadi babak
baru dari kebencian Amerika terhadap Iran. Dampak dari permusuhan ini
adalah blokade ekonomi Iran
dan setelah itu dukungan terbuka Amerika atas rezim Saddam dalam perang delapan
tahun. Sebaliknya, bangsa Iran
dengan tekadnya yang membaja tegar menghadapi seluruh konspirasi AS ini. Bangsa
Iran
tidak menghadapinya hanya dengan slogan, tapi membuktikan dengan tekad bajanya
kepada dunia, bahwa mereka mampu menghadapi segala kekuatan arogan macam
manapun.
Dari sini, negara-negara Barat, khususnya Amerika
pasca kemenangan Revolusi Islam Iran berusaha keras untuk menyebarkan isu bahwa
Revolusi Islam Iran sangat berbahaya bagi masyarakat internasional. Masalah ini
membuat sebagian negara-negara tetangga Iran
termakan isu negara-negara asing terkait substansi Revolusi Islam Iran.
Selama satu dekade lalu dan pasca pendudukan Afghanistan dan
Irak, Amerika mengirimkan dan menempatkan pasukannya lebih banyak di kawasan.
Amerika dan NATO juga menempatkan pelbagai sistem rudal dengan penggunaan yang
beragam dan menjual miliaran dolar senjata dan mesin-mesin perang ke
negara-negara Arab Teluk Persia,
berusaha menciptakan ketegangan di kawasan. Dengan alasan yang beragam, Amerika
ingin menyebarkan isu Iranphobia, guna mencegah terciptanya stabilitas keamanan
di kawasan.
Tujuan utama dari segala konspirasi AS ini harus
dicari dalam substansi musuh bangsa Iran. Karena sejak awal kemenangan
Revolusi Islam, mereka sudah tidak sabar menumbangkannya. Untuk itu, guna
meraih tujuannya, mereka mengambil langkah-langkah seperti meratifikasi bujet
khusus mendukung oposisi Iran,
memperkuat media massa
untuk mengarahkan dan memberikan asupan bagi terciptanya kerusuhan dalam
negeri. Dalam kondisi yang demikian, partisipasi heroik bangsa Iran di
pelbagai bidang tidak memberikan kesempatan musuh untuk menyukseskan
rencananya.
Ketegaran rakyat Iran sejak awal kemenangan Revolusi
Islam menentang kekuatan-kekuatan arogansi menunjukkan mereka masih mencintai
revolusi yang mereka ciptakan. Ketegaran ini pula yang membuat gagal segala
proyek Barat terhadap Iran.
Kekukuhan sikap rakyat Iran
tidak memberi izin musuh membuat atmosfir politik dan sosial Iran menjadi
terpolusi agar digunakan untuk menumbangkan Revolusi Islam. Ketegaran ini juga
yang membuat rakyat Iran
senantiasa ikut dalam pesta-pesta rakyat untuk menentukan nasib bangsanya.
Menurut keyakinan para analis, Amerika setelah
gagal berkali-kali saat berhadap-hadapan secara langsung dengan bangsa Iran, mereka mulai berinvestasi pada konspirasi
dalam negeri Iran.
Kongres AS
mengalokasikan anggaran sebesar 400 juta dolar untuk melakukan serangan cyber
ke Iran.
Proyek ini bertujuan untuk menciptakan instabilitas dalam bentuk jaringan luas
di dunia maya dan cyber. Sebagai contoh, mereka menyebarkan virus Stuxnet untuk
menyerang instalasi nuklir Iran.
Musuh bangsa Iran
senantiasa berusaha untuk merusak citra Republik Islam Iran di dunia
internasional. Dengan cara ini, mereka berharap dapat mencegah Iran menjadi
teladan bagi bangsa-bangsa lain dunia. Karena Iran saat ini menjadi simbol
perlawanan terhadap arogansi dunia. Iran dianggap dunia dapat
mengalahkan struktur unilaterisme yang menguasai dunia. Kini, setelah melewati
34 tahun dari kemenangan Revolusi Islam Iran, bangsa Iran tetap mampu
menggagalkan segala bentuk konspirasi Amerika dan semua musuh Iran.
(IRIB Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar