"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Sabtu, 02 Februari 2013

Keunggulan Revolusi Islam Iran


Imam Khamenei, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengatakan, "Revolusi Islam sebuah fenomena istimewa, Revolusi Islam adalah sebuah gerakan dengan tujuan dan metode tertentu. Tujuan, menegakkan Islam, memerangi kubu arogan, mempertahankan independensi negara, memulihkan kehormatan manusia, membela kaum tertindas, kemajuan dan meraih sains, pengetahuan dan ekonomi negara. Ini termasuk tujuan mulia dari Revolusi Islam. Tujuan suci ini akan terus berlanjut serta tidak akan menyeleweng."


Di tahun-tahun pertama pasca kemenangan Revolusi Islam di Iran, para pengamat dan sosiolog membandingkan revolusi ini dengan Revolusi Rusia serta Perancis.
Realitanya adalah di antara fenomena besar sosial dan politik negara-negara dunia di abad terakhir, Revolusi Perancis, Rusia dan Iran termasuk fenomena paling menonjol. Revolusi Perancis dan Rusia telah mendapat tempatnya di sejarah dan nilai dari kedua revolusi ini tidak ada yang meragukan.

Rakyat Perancis tahun 1789 dan Rusia tahun 1917 menyaksikan pergantian kekuasaan di negaranya. Namun kedua revolusi ini tidak dapat dibandingkan dengan Revolusi Islam di Iran dari sisi cakupan medan perjuangan dan partisipasi rakyat. Revolusi Islam Iran meski memiliki sejumlah kesamaan dengan revolusi lain di dunia, namun masih tetap menunjukkan perbedaan dengan revolusi lain dari sisi kondisi, iklim politik dan sosial.

Kini 34 tahun dari kemenangan Revolusi Islam telah berlalu dan kian kentara bahwa anasir mazhab menjadi faktor pembeda revolusi rakyat Iran dengan revolusi lainnya. Asas ideologi di Rusia Marxisme-Leninsme dan para pemimpinnya menyebut agama sebagai faktor keterbelakangan masyarakat. Di Revolusi Perancis, para pemimpinnya berusaha keras memisahkan agama dari politik (sekularisme). Di sisi lain, liberalisme Eropa meski diluarnya tampak meraih kemajuan di sektor ekonomi dan politik, namun tetap gagal dalam menyebarkan nilai-nilai positif moral dan keutamaan manusia. Hal ini telah memicu munculnya kebingungan dan maraknya penyakit mental di tengah masyarakat modern. Hingga saat ini krisis besar tersebut telah memusingkan cendekiawan dan pakar Barat.

Brzezinski, politikus Amerika Serikat terkait dampak sekularisme Barat mengatakan, "Sekularisme pengendali yang gagal di Barat, di zamannya sekularisme menjadi titik awal kehancuran budaya Barat. Oleh karena itu, yang menjadi ancaman kehancuran Amerika adalah sekularisme itu sendiri."

Namun Revolusi Islam Iran menjadikan agama dan ajaran Islam sebagai spirit dasar pergerakannya. Artinya perspektif Islam revolusi dan dukungan rakyat terhadapnya menjadi faktor utama keabadian revolusi di Iran sepanjang tahun. Dengan dipimpin oleh Imam Khomeini serta dengan menjadikan Islam sebagai tiang dan asas utama Revolusi serta Republik Islam Iran terbentanglah kesempatan bagi rakyat Iran untuk mencapai kemajuan, pembangunan dan mengejar ketinggalan mereka. Selain itu, peluang bagi Islam untuk menunjukkan kapasitasnya dalam membangun demokrasi agama di Iran semakin terlihat nyata.

Profesor Hamid Algar, guru besar kajian Islam di Universitas California Amerika terkait hal ini mengatakan, "Perbedaan paling penting yang membuat unggul Revolusi Islam Iran dengan Revolusi Perancis serta Rusia adalah akar mazhab dan agama. Unsur ini tidak ditemukan di dua revolusi Perancis dan Rusia. Di Iran, mazhab menjadi motor penggerak utama revolusi dan api revolusi dinyalakan dari Masjid serta akhirnya berujung pada kemenangan Revolusi Islam."

Di sisi lain, partisipasi politik rakyat di Revolusi Islam sangat tinggi dan lebih besar ketimbang revolusi lainnya. Di Revolusi Perancis, rakyat yang paling aktif hanya di kawasan Paris dan hanya kalangan bangsawan yang menolak bekerjasama dengan pemerintah baru. Adapun di Rusia, kaum revolusioner adalah buruh, tentara dan anggota Partai Bolshevik. Dari segi geografis, revolusi ini hanya berkobar di Saint Petersburg dan Moskow. Sedang di Revolusi Islam, seluruh lapisan masyarakat mulai dari perempuan, buruh, pegawai, mahasiswa dan ulama di seluruh wilayah Iran serentak bangkit dan aktif menyuarakan tuntutan mereka.

Menurut pandangan Profesor Hamid Algar, "Salah satu keistimewaan Revolusi Islam Iran adalah partisipasi luas warga. Di Revolusi Perancis dan Rusia serta Cina, revolusi senantiasa diwarnai dengan perang saudara." Fred Halliday, penulis asal Irlandia juga meyakini bahwa dari segi peserta revolusi, Revolusi Islam Iran merupakan revolusi terbesar di sejarah revolusi dunia. Selain itu, pemimpin Revolusi Islam sejak awal meminta pandangan dan pendapat rakyat terkait bentuk pemerintahan baru.

Adapun pengalaman dari berbagai revolusi dunia lainnya menunjukkan, meski penggerak revolusi menang dengan bantuan rakyat dan berhasil menumbangkan pemerintahan sebelumnya, namun kekhawatiran utama mereka adalah bagaimana caranya mempertahankan kekuasaan dan singgasana mereka. Oleh karena itu, mereka tak segan-segan mengabaikan aspirasi rakyat. Selain Revolusi Islam, sangat jarang ditemukan pemimpin revolusi yang melibatkan rakyat untuk menentukan model pemerintahan selanjutnya.

Di Revolusi Perancis, pemimpin utama revolusi tidak jelas dan mereka yang memiliki status sosial tinggi serta kecenderungan material berada dijajaran pemimpin. Sementara di Revolusi Rusia, hingga pertengahan tahun 1917 belum ada pemimpin yang muncul. Baru ketika bulan Oktober 1917 muncullah nama-nama seperti Lenin, Leon Trotsky, Stalin dan Nikolai Ivanovich Bukharin. Mereka ini sama seperti para pemimpin Revolusi Perancis tidak memiliki basis rakyat dan bahkan sebagian besar warga tidak mengenal Lenin.

Berbeda dengan Revolusi Islam Iran, Imam Khomeini sebagai pemimpin revolusi memiliki basis kuat dan luas baik politik maupun mazhab. Imam baik sebelum maupun setelah kemenangan revolusi dikenal sebagai arsitek, pemimpin, ideolog dan pelaksana revolusi. Salah satu keistimewaan Imam adalah kesabaran, komitmen untuk mencapai tujuan, keberanian dan kebijaksanaannya dalam menghadapi musuh.

Revolusi Islam Iran baik dari sisi esensi maupun tujuan merupakan fenomena terunggul, karena seluruh revolusi termasuk Revolusi Perancis dan Rusia berusaha membentuk masyarakat terbaik dari sisi materi. Tujuan mereka adalah meraih kekayaan sebanyak mungkin dan membagikannya kepada rakyat. Revolusi Perancis anti kerajaan meletus. Selama revolusi yang berlangsung sebelas tahun, muncul tiga gerakan di mana setiap gerakan memusnahkan gerakan yang lain.

Tak lama kemudian yang terjadi di Perancis adalah kerusuhan berkepanjangan yang menimbulkan kerugian besar kepada negara serta rakyat. Akhirnya Raja Luis XVI diturunkan, kemudian dieksekusi bersama permaisurinya. Namun yang terjadi kemudian, pemerintahan Perancis kembali berbentuk kerajaan dan Napoleon Bonaparte naik menjadi raja. Kondisi ini pun berlangsung selama beberapa tahun hingga terbentuknya pemerintahan Republik. Sejatinya Revolusi Perancis pada mulanya tidak memiliki peluang untuk tetap eksis di tengah masyarakat.

Sementara di Uni Soviet, tujuan yang dicanangkan dalam revolusi tidak terealisasi. Diklaim bahwa pemerintahan Uni Soviet adalah sebuah pemerintahan rakyat dan bersandar pada gerakan warga serta komitmen terhadap kebutuhan rakyat. Tujuan ini sejak awal telah dilanggar. Setelah lima-enam tahun, peran rakyat dalam perhitungan pemerintah dihapus. Adapun di Perancis, penyelewengan dari tujuan revolusi berlangsung selama 70 tahun lebih, baru kemudian secara bertahap revolusi kembali menemukan tujuan awalnya.

Berbeda dengan kedua revolusi tersebut, Revolusi Islam Iran muncul untuk mempersiapkan peluang bagi tumbuh dan berkembangnya manusia dengan ide-ide baru yang ditawarkannya. Revolusi Islam juga berusaha membangun masyarakat yang solid berdasarkan ajaran murni Islam. Di Revolusi Islam Iran, perubahan yang terjadi di awal-awal revolusi juga terus terulang di tahun selanjutnya tanpa ada perbedaan.

Menurut pandangan Rahbar, "Revolusi Islam sebuah fenomena istimewa, Revolusi Islam adalah sebuah gerakan dengan tujuan dan metode tertentu. Tujuan, menegakkan Islam, memerangi kubu arogan, mempertahankan independensi negara, memulihkan kehormatan manusia, membela kaum tertindas, kemajuan dan meraih sains, pengetahuan dan ekonomi negara. Ini termasuk tujuan mulia dari Revolusi Islam. Tujuan suci ini akan terus berlanjut serta tidak akan menyeleweng."

(IRIB Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar