Secara resmi dan faktual belum terbukti, dua agen rahasia KGB (Rusia) dan CIA (Amerika Serikat), beroperasi di Indonesia . Akan tetapi entah mengapa, kecelakaan pesawat buatan Rusia, Sukhoi Superjet 100 (SSJ 100), dicurigai sebagai bukan kecelakaan biasa.
Kecelakaan Sukhoi disebut-sebut akibat sabotase tangan-tangan ahli. Para ahli itu adalah agen rahasia (CIA) yang kebetulan sedang beroperasi di
Sebuah buku tentang CIA (Central International Agency) yang terjemahannya diterbitkan oleh Gramedia dua tahun lalu, menyebut sejumlah diplomat AS yang pernah bertugas di
Yang belum diungkap adalah KGB. Hanya saja, di era Perang Dingin, sering disebut bahwa wartawan TASS dan Pravda, dua buah Kantor Berita resmi pemerintah Uni Sovyet (Rusia), yang ditempatkan di luar negeri, berfungsi ganda yakni wartawan dan agen rahasia KGB.
Menurut berbagai literatur, pasca Perang Dingin, operasi KGB dan CIA sudah mengalami banyak perubahan. Pasca-Perang Dingin yang menjadi fokus sasaran adalah ekonomi dan persaingan bisnis. Persaingan militer dan politik, sudah bukan lagi prioritas.
Sehingga masuk akal bila bisnis jual beli pesawat terbang antara Sukhoi (Rusia) dan Boeing serta General Aerodynamics (AS) merupakan lahan persaingan kedua agen rahasia tersebut.
Nah, isu kehadiran agen rahasia AS dan Rusia dalam kaitan dengan kecelakaan SSJ 100, sengaja diangkat menjadi sebuah wacana. Sebab hanya beberapa jam setelah terjadi kecelakaan, muncul berita-berita yang mencurigai penyebab kecelakaan itu. Disebutkan kecelakaan 9 Mei 2012 di Gunung Salak,
Tegasnya, sabotase itu berkaitan dengan persaingan bisnis di industri penerbangan antara kedua negara, dimana kedua pemerintah mendukung dan melindungi bisnis dan industri mereka masing-masing.
Enam bulan lalu tepatnya November 2011, pabrikan pesawat terbang AS, Boeing menanda-tangani jual beli 230 unit kepada Lion Air, perusahaan penerbangan swasta Indonesia. Nilai kontraknya sebesar Rp19,5 triliun. Bagi pabrikan Boeing demikian pula pemerintah AS, kontrak triliunan rupiah, sangat penting dan bersejarah.
Oleh sebab itu seremoninya dilakukan di Bali, saat KTT Asia Timur dilaksanakan, sengaja dihadiri Presiden AS Barack Obama dan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. Artinya bobot bisnis dari kontrak itu diperkuat oleh bobot politik melalui kehadiran dua presiden.
Kontrak Boeing yang bernilai US$200 miliar itu diakui Obama sebagai hal positif dalam konteks kerja sama
Selain Boeing, pemerintahan Obama juga mengamankan bisnis jual beli pesawat tempurnya.
Hibah 24 buah pesawat tempur itu, tidak penuh. Sebab
Hibah dan penambahan beberapa unit pesawat baru F-16 serta kontrak pembelian 230 unit pesawat buatan Boeing ini, nampaknya merupakan satu paket bisnis AS di Indonesia. Seolah ada pesan dari
Tapi nampaknya
Kenyataan ini merupakan sebuah peluang sekaligus saingan bisnis bagi negara (AS dan Rusia) dan fabrikan manapun. Kebetulan total anggaran
Rencana penambahan jet tempur Sukhoi belum lagi mereda, tiba-tiba muncul aktivitas lain, bahwa Sukhoi sudah memproduksi pesawat komersil. Sejumlah perusahaan penerbangan swasta
Mengemukanya kecurigaan bahwa kecelakaan itu diakibatkan oleh sabotase, antara lain akibat adanya reaksi Presiden Rusia Vladimir Putin. Bekas agen KGB itu kelihatan sangat marah atau terpukul. Melalui telepon, Putin minta Presiden SBY melakukan penyelidikan atas kecelakaan di Gunung Salak. Putin kelihatannya tidak percaya begitu saja bahwa kecelakaan itu wajar. Sukhoi bagi Putin merupakan salah satu ikon Rusia.
Tapi selain itu, SSJ 100 dimaksudkan untuk menguasai pasar Eropa, wilayah terdekat Rusia. Untuk itu anatomi pesawat ini, tidak semuanya menggunakan onderdil Rusia. Melainkan kombinasi antara Rusia dan pabrikan Eropa Barat.
Tetapi akibat kecelakaan itu, bukan hanya konsumen Eropa dan
Bagaimana membuktikannya, memang tidak gampang. Sebab Kotak Hitam SSJ 100 itu sendiri yang diharapkan bisa membuka tabir penyebab kecelakaan, justru disebut-sebut sudah hangus terbakar. Sehingga kemungkinan memperoleh data dan fakta penyebabnya, menjadi berkurang.
Kabar lainnya, Kotak Hitam itu tidak akan diserahkan kepada Rusia, melainkan tetap ditahan di
Kesempurnaannya semakin bertambah. Sebab dipilihnya
*Derek Manangka (inilah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar