Ketika rajutan kebhinekaan terkoyak akibat ulah segelintir kalangan yang memaksakan tafsir tunggal atas ajaran agama, muncul seruan persatuan yang mengalir dari jantung Indonesia Timur. Senin, 5 November 2012 menjadi saksi perhelatan penting dunia Islam yang digelar di Universitas Islam terkemuka di Makassar.
Sebuah seminar Internasional "Persatuan Umat Islam" diselenggarakan atas kerjasama Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar dengan Kedutaan Republik Islam
Momentum yang ditunggu-tunggu umat Islam
Dua tokoh ormas Islam terbesar di Tanah Air, NU dan Muhammadiyah bersama-sama meneguhkan komitmen
Keseriusan mengusung persatuan umat Islam dalam seminar ini ditampilkan dengan menghadirkan para pembicara dari luar negeri. Partisipasi aktif Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia, Dr. Mahmoud Farazandeh, Grand Ayatollah Muhammad Ali Taskhiri selaku Ketua Lembaga Pendekatan antar Madzhab Islam, Republik Islam Iran, Sheikh Molawi Ishaq Madani sebagai penasehat presiden Iran untuk urusan Ahlussunnah, dan Dr. Mazaheri, Wakil rektor Universitas Terbuka Iran, menunjukkan komitmen kolektif menjaga persatuan Islam dunia. Namun, amat disayangkan Arab Saudi tidak mengirimkan wakilnya, meski sudah dijadwalkan hadir dalam seminar persatuan umat Islam dunia itu.
Dalam sambutannya, Wakil Menteri Agama mengapresiasi upaya konstruktif Duta Besar Republik Islam
Bagi Nasaruddin, konsep keumatan dalam Islam merupakan refleksi dari konsep cinta kasih antar sesama. Mengutip Rasulullah Saw, profesor studi Islam UIN ini menilai konsep Ummah (umat) sebagai komunitas yang paling komplit dan mulia dalam Islam, karena tidak lagi mengagungkan adanya diskriminasi dan pengkotak-kotakan dalam masyarakat.
"Sebagaimana konsep al-Quran ‘Walaqad Karramnaa Banii Adam' yang bermakna bahwa yang harus dimuliakan dalam Islam itu adalah semua anak cucu Adam, tanpa memandang Suku, jenis kelamin, golongan strata sosial bahkan agama, semuanya harus dimuliakan sebagai manusia ciptaan Allah swt," ungkap penulis sekitar 12 buku keislaman ini.
Nasruddin dalam pidatonya optimis
"Tanpa persatuan, umat Islam
Optimisme itu bergema kembali disuarakan Ketua Umum Muhammadiyah, Prof. Din Syamsuddin. Cendekiawan muslim ini menjelaskan besarnya potensi kaum muslimin, terutama di
"Sumber daya itu harus digunakan untuk menguatkan konsep ‘Kalimatun Sawa' dalam menghadapi ‘Aduwun Sawa'," tegas pria kelahiran
Tokoh NU, KH. Hasyim Muzadi menegaskan pentingnya persatuan Islam dalam mewujudkan kamajuan dan kejayaan umat. Kiai berusia 68 tahun ini memandang politik adu domba yang dilancarkan dunia Barat untuk menjegal kemajuan dan kejayaan kaum muslimin. "Semua itu, hanya bisa dilawan dengan persatuan umat sebagai landasan gerakan Islam yang rahmatan lil alamin," tambahnya.
Mengamini pentingnya persatuan umat bagi bangsa Indonesia dan dunia, Rektor UMI Prof. Masrurah Mokhtar, MA pada pidato sambutannya menggarisbawahi urgensi perumusan etika dalam berbeda pendapat, supaya umat Islam dapat meningkatkan tali persaudaraan, toleransi dan tidak mudah diadudomba. Sedangkan, Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia, Dr. Mahmoud Faranzadeh dalam statemennya menekankan pentingnya persatuan umat Islam sebagai benteng menjaga keamanan, kesejahteraan dan kemajuan umat Islam dunia.
Sementara itu, Sheikh Molawi Ishaq Madani menyebutkan persatuan sebagai kunci kemenangan umat Islam. "Persatuan sangat penting. Tanpa persatuan, umat Islam mudah diadudomba. Perselisihan dan pertengkaran di antara kaum muslimin tidak akan menghasilkan kemenangan bagi madzhab yang bertikai, dan sebaliknya justru kekalahan bagi agama Islam," kata penasehat Presiden
Terkait peran dunia Barat dalam menyulut friksi di tubuh umat Islam, Ayatollah Muhammad Ali Taskhiri menyatakan bahwa dunia Barat berupaya mengoyak-oyak persatuan umat Islam dunia hingga akhirnya menjadi negara-negara kecil, terbelakang dan memisahkan agama dari kehidupan kaum muslimin. "Barat mengimplementasikannya dalam bentuk Kolonialisme,"ungkap Ketua Lembaga Pendekatan Antarmazhab Islam itu.
Namun, tutur ulama senior
Pada tahun 1979, Revolusi Islam
"Ketika Barat menginginkan umat Islam tercabik-cabik, Revolusi Islam tampil menyerukan persatuan umat. Ketika Barat membiarkan umat Islam terbelakang, Revolusi Islam menyerukan dukungan umat terhadap kemajuan dunia Islam dalam segala bidang kehidupan. Dan ketika Barat memisahkan Islam dari kehidupan kaum muslimin, Revolusi Islam justru menawarkan mengisi kehidupan masyarakat muslim dengan nilai-nilai Islam," ujar ulama
Acara ini diakhiri dengan pembacaan rekomendasi yang berisi tujuh poin penting persatuan umat Islam dunia. Pertama, meningkatkan kesadaran umat Islam untuk terus membangun dan menjaga persaudaraan sebagai sesama umat Islam dengan menampilkan Islam yang damai dan penuh kasih sayang. Kedua, tidak menjadikan perbedaan mazhab sebagai kendala dalam menjalin ukhuwah islamiah dan kerjasama dalam berbagai kegiatan keduniaan dan keagamaan. Ketiga, mendukung sosialisasi Deklarasi Amman (9/11/2004) yang dideklarasikan bersama oleh 200 ulama dari lebih 50 negara, yang menegaskan bahwa mazhab Syiah (Ja'fari dan Zaidi) sebagai bagian dari Islam.
Keempat, umat Islam
Seminar berjalan lancar, meskipun di luar gedung ada segelintir pihak yang memaksakan sikapnya menolak persatuan Islam. Akan tetapi kesiapan panitia dan tim keamanan dari TNI-Polri dalam komando Wakil Rektor III UMI berhasil menghalau gerombolan anti kebhinekaan itu.
(IRIB Indonesia/Khusnul Yaqin/Purkon Hidayat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar