Amerika Serikat dan Uni Eropa melancarkan sanksi sepihak dan tidak adil terhadap Republik Islam untuk mengucilkan Iran di arena internasional. Gelombang sanksi yang semakin deras itu bertujuan untuk menjegal kemajuan Iran di berbagai bidang.
Namun Iran berhasil menangkal berbagai konspirasi itu dengan
menerapkan ekonomi muqawama.Terkait hal ini, Pemimpin Revolusi Islam Iran,
Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei menegaskan "Jihad Ekonomi" menjadi
slogan Iran beberapa tahun lalu.
Rahbar mengatakan, "Jihad Ekonomi
merupakan salah satu strategi utama mewujudkan tujuan ekonomi muqawama dalam
menghadapi sanksi. Kini, bidang ekonomi merupakan arena perang total, meski
tidak seimbang. Sebab keberhasilan di bidang ini membutuhkan spirit jihad dan
aksi heroik."
Sanksi merupakan bentuk riil dari ancaman terhadap
Republik Islam. Memang tidak mudah mengubahnya menjadi peluang, tapi bisa
dilakukan oleh Iran
dan sudah berjalan hingga kini. Produksi dan peningkatan kualitas maupun
kuantitas produk strategis merupakan bagian penting dari ekonomi muqawama. Kini
muncul pertanyaan besar, di bidang Ekonomi Muqawama sektor apa yang bisa
menjadikan Iran
berhasil mematahkan tekanan sanksi itu. Salah satunya adalah sektor pertanian.
Dalam pandangan ekonomi pembangunan, sektor
pertanian memainkan peran penting bagi perkembangan dan kemajuan sebuah negara.
Sektor pertanian menentukan keamanan pangan dan roda ekonomi sebuah negara.
Selain menjaga keamanan pangan bagi masyarakat yang sedang tumbuh dan
berkembang, sektor pertanian juga memiliki sejumlah tujuan utama yaitu
menyediakan kebutuhan bahan baku bagi industri, mendukung pengembangan
aktivitas produksi terkait, pembukaan lapangan kerja, dan peningkatan ekspor
non-minyak sesuai dengan proyeksi pembangunan 20 tahun mendatang.
Sektor pertanian Iran memiliki berbagai potensi
besar dan beragam. Empat musim, keragaman iklim, akses terhadap perairan
internasional, potensi tanah dan air yang besar di sejumlah wilayah merupakan
deretan potensi besar pertanian Iran.
Selain itu, adanya cadangan genetika hayati yang beragam dan langka di dunia
yang juga menjadi modal besar bagi pertanian Iran.
Iran memiliki keragaman iklim. Setidaknya negeri ini memiliki
11 iklim dari 14 yang terdapat di dunia. Keragaman ini membuat hasil produk
pertanian bervariasi dari gandum, berbagai jenis kacang-kacangan, aneka ragam
buah, beras, jagung dan lain-lain.
Berdasarkan laporan Organisasi Pangan dan
Agrikultur PBB (FAO), struktur utama pertanian dunia bertumpu pada 66 jenis
produk agrikultur meliputi 41 produk pertanian dan 25 produk peternakan.
Menurut laporan FAO, Iran
nemempati posisi pertama hingga sepuluh dari sepertiga produk utama pertanian
dunia. FAO juga menyebut Iran
sebagai salah satu model negara yang sukses bagi pertumbuhan produksi pertanian
dan olahannya, meski negara ini mengalami pertumbuhan populasi penduduk yang
cepat dalam tiga dekade terakhir.
Selain mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam
negeri, Iran
juga berhasil mengekspor produk pangan dan olahannya ke 50 negara dunia. Tidak
hanya itu, Iran
juga menyatakan kesiapannya menjalin kerjasama dengan negara lain di bidang
pengembangan industri pertanian dan olahannya.
Pada pertemuan tingkat tinggi negara-negara Islam
sedang berkembang D-8 pada tahun 2010 di Abuja, ibukota Nigeria, Iran
mengusulkan investasi independen di sektor pertanian bagi negara-negara Islam
sedang berkembang. Saat ini, negara-negara anggota D-8 memiliki populasi
penduduk dua kali lipat dari Uni Eropa. Selain itu, melimpahnya sumber daya
alam dengan dukungan politis dan kesamaan budaya dan agama, serta peningkatan
kemampuan sumber daya manusia bisa meningkatkan produksi hasil pertanian dan
olahannya lebih besar dari Uni Eropa.
Republik Islam Iran menilai negara-negara Islam
memiliki potensi yang besar di bidang peningkatan kemajuan industri pertanian
dan olahannya. Dengan demikian, persatuan negara-negara Islam akan
menghilangkan ketergantungan mereka terhadap negara-negara Barat.
Pada Mei 2011, Tehran menjadi tuan rumah pertemuan menteri
pertanian negara-negara anggota D-8. Dalam pertemuan itu, Iran
mengusulkan sejumlah solusi meningkatkan kerjasama antarnegara anggota D-8 demi
meningkatkan hasil produksi pertanian masing-masing. Tidak hanya itu, Iran juga
menyatakan kesiapannya untuk melakukan transfer teknologi pertanian kepada
negara anggota lain, tentu saja dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi
negara masing-masing berdasarkan standar internasional. Selain itu, pertemuan
tersebut juga menegaskan urgensi peningkatan kerjasama di bidang produksi
pangan halal.
Dalam pertemuan tingkat menlu pertanian di Tehran, Iran
bersama anggota lainnya bertekad untuk meningkatkan keamanan pangan dengan
menggenjot produksi pangan. Iran
juga menyatakan kesiapannya untuk membantu negara lain meningkatkan sains dan
teknologi pertanian.
Di bidang pengendalian hama,
Iran telah menjalin
kerjasama dengan FAO di sektor pengendalian hama gandum pada tahun 2008. Saat ini, Iran tengah menjalin kerjasama transfer
teknologi pertanian ke sejumlah negara muslim seperti Sudan, Irak dan Afghanistan.
Meski berada dalam kondisi geografis dan iklim semi
kering, Republik Islam Iran
selama tiga dekade mencapai swasembada pangan. Iran berhasil meningkatkan produksi
pertanian dari 25 juta ton menjadi 107 juta ton. Lebih dari itu, Iran juga
berhasil meningkatkan keamanan pangan dari 47 menjadi 92 persen.
(IRIB Indonesia/PH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar