"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Rabu, 05 Desember 2012

Bila Iran Menertawakan Amerika


Siapa yang tertawa senang atas terjadinya tabrakan kapal perang destroyer Amerika USS Porter dengan kapal tanker Jepang di Selat Hormuz? Tentu saja Iran. Dalam bayangan saya para pemimpin Iran menertawakan Amerika sembari berkata: "Lihatlah, belum apa-apa saja kapal Amerika bertabrakan. Apalagi jika kami telah mengerahkan kekuatan kami menutup Selat Hormuz."


Masih beruntung tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan itu. Juga tidak ada kebocoran  minyak yang mencemari laut. Namun dipastikan jutaan dolar harus dikeluarkan Amerika untuk memperbaiki kapalnya yang rusak parah.


Selat Hormuz adalah jalur laut yang sempit namun memiliki arti strategis luar biasa besar. Melalui jalur inilah sekitar 20 hingga 30 persen produksi minyak dunia dipasarkan. Secara administratif jalur laut ini dimiliki oleh Oman dan Iran, meski hukum laut internasional membebaskan semua kapal untuk melintasinya.

Selama beberapa bulan terakhir Iran telah mengeluarkan ancaman untuk menutup jalur laut ini jika diserang Amerika dan atau Israel. Jika ini terjadi maka dipastikan harga minyak dunia akan melambung tinggi, dan ujung-ujungnya hanya memberi keuntungan besar bagi Iran sebagai salah satu produsen minyak utama dunia. Dengan harga yang lebih tinggi, Iran cukup menjual sedikit minyak untuk membiayai anggaran belanjanya.
Sejauh perhitungan Iran, yang Amerika gagal untuk memahaminya, semua sanksi terhadap Iran hanya menguntungkan Iran, bukan menghancurkannya.

Saat ini untuk menjaga kepentingannya di kawasan Teluk Parsi, Amerika telah mengerahkan 4 kapal induk dari 2 armadanya, Armada V dan VI. Mereka adalah USS Lincoln, USS Enterprise, USS Eisenhower dan USS John Stennis. Semuanya, kecuali USS Enterprise yang paling tua, adalah kapal induk kelas Nimitz yang memuat 90 pesawat tempur di geladaknya. Mereka masih dibantu oleh kapal induk Charles de Gaulle milik Perancis. Semua itu masih diperkuat lagi dengan kapal-kapal perang yang lebih kecil baik milik Amerika, Perancis maupun Inggris. Namun semakin banyak Amerika dan sekutunya mengerahkan kekuatannya di Teluk Parsi, semakin tertawa Iran dibuatnya.

Iran telah memiliki kekuatan militer yang diyakini bisa menandingi kekuatan laut Amerika dan sekutunya di Teluk Parsia: dengan artileri pantainya, dengan rudal-rudal anti-kapalnya, dengan kapal selamnya, dengan helikopter dan pesawat torpedonya, dengan pesawat tanpa awaknya, dengan ranjau-ranjau pintarnya, dengan pasukan kataknya, dan yang paling menakutkan Amerika adalah ribuan speedboat berpeluru kendali yang berhasil dikembangkannya. Iran mengklaim tengah memproduksi 20 ribu speedboat berpeluru kendali.

Amerika boleh bangga dengan sistem pertahanan laut Aegisnya, namun serangan sporadis Iran dipastikan akan menimbulkan kehancuran bagi armada laut Amerika dan sekutunya.

Di sisi lain angkatan laut barat kurang familier dengan perairan Selat Hormuz yang merupakan bagian dari kawasan Teluk Parsia. Bagian tersempit selat ini hanya selebar 21 mil laut, dan hanya beberapa mil saja dari jarak selebar itu yang bisa dilalui kapal-kapal besar. Selat ini terbagi dalam 3 zona pelayaran dengan bagian tengahnya selebar 2 mil laut menjadi jalur cadangan jika terjadi kebuntuan di salah satu jalurnya akibat berbagai hal. Masing-masing zona memiliki 2 jalur selebar 1 mil laut untuk dilalui kapal dari 2 arah berlawanan.

Iran menyadari betul, semakin banyak kapal menumpuk di jalur itu, semakin besar kemungkinan terjadinya tabrakan. Apalagi jika kapal-kapal itu adalah kapal perang yang berlayar tanpa tujuan tetap, yang berhenti dan melakukan pengawasan, tabrakan akan semakin sering terjadi. Iran masih ingat betul bagaimana beberapa tahun lalu sebuah kapal selam nuklir Amerika, USS Hartford, menabrak kapal pendarat amfibi seukuran kapal induk, USS New Orleans. Sebuah tabrakan yang serius yang membuat kapten kedua kapal dipecat dari jabatannya dan Amerika harus kehilangan $105 juta untuk memperbaiki kerusakan kapal-kapalnya.

Iran memainkan ketegangan di Teluk Parsia dengan cerdik. Saat ketegangan meningkat setelah ancaman-ancaman Iran dan Amerika tergopoh-gopoh menambah kehadiran kapal-kapal perangnya, harga minyak pun melonjak, dan Iran mendapat keuntungan darinya.

Bahkan jika Iran tidak benar-benar menutup Selat Hormuz, ia masih bisa menangguk keuntungan darinya. Iran cukup menebarkan ranjau laut stok lama, atau membuang bangkai kapalnya, toh di perairan sendiri, sudah cukup untuk membuat jalur laut Selat Hormuz terganggu, harga minyak melambung tinggi dan Iran pun mendapatkan durian runtuhnya.

Amerika harus menyadari bahwa Iran adalah jawaranya permainan strategi, karena permainan catur adalah temuan mereka.

(cahyono-adi.blogspot.com)

1 komentar: