Hari Pahlawan 10 November, sebenarnya untuk apa kita peringati? Pertanyaan ini penting sekali untuk saat sekarang. Akan tetapi sebelum menjawab pertanyaan kesatu, persoalan berikutnya adalah masihkah Hari Pahlawan kita peringati sebagai bentuk refleksi atas perjuangan rakyat Indonesia dari cengkeraman penjajahan?
Yang terakhir ini erat sekali hubungannya dengan pertanyaan pertama. Kalender pemerintah selalu mewarnai angka 10 di bulan sebelas dengan warna merah, simbol "libur" memperingati Hari Pahlawan. Bagaimana bentuk peringatannya, paling banter dilakukan upacara penaikan bendera di beberapa instansi. Selebihnya?
Cinta Sejarah
Satu hal pasti dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita dalam tiga dekade terakhir adalah ketidakcintaan pada sejarah. Sejak 1965, identitas bangsa
Bayangkanlah pelajaran sejarah sejak SD hingga Perguruan Tinggi dimodifikasi seteratur mungkin sehingga bersifat subjektif dan bertujuan agar cinta belajar sejarah dapat diredam. Kuasa pesan Soekarno dalam jasmerah sebenarnya adalah inti pemahaman pada pahlawan bagi generasi penerus bangsa. Pesan yang sangat mulia sebenarnya sehingga diharapkan dari situ negara ini berdiri gagah lebih dari yang sudah dirintisnya. Semakin cinta sejarah, bara api dalam pikiran untuk belajar akan semakin dinyalakan karena pengetahuan bagi generasi berikutnya tak lain adalah mempertaruhkan martabat bangsa. Kelanjutan kebangsaan dengan catatan tetap berada di bawah kuasa rakyat adalah impian pendiri bangsa yang sayang sampai hari ini berhasil digagalkan oleh penguasa nirdidikan sejarah.
Jadi arti penting akan cinta sejarah bagi warga bangsa sampai detik ini tidak urgen. Sejarah dianggap bukanlah bidang ilmu yang mampu membangkitkan selera ekonomi. Alasan materi seperti inilah yang malah terbangun dalam benak warga bangsa. Terbangun sejak 1965 tentu bukan hanya ingat, namun juga terpaku dalam pada alam bawah sadar. Hal ini membawa kita pada ajal sejarah dan terbukti negara ini belum pernah lagi memiliki pemimpin yang menderita karena mempertahankan sejarah perjuangan. Indonesia saat ini tengah dilalap ‘api’ kekuasaan semata yang di dalamnya penuh penghisapan dan atau ‘ruh’ kematian yang dihembuskan bagi rakyat penunggu ‘hujan turun dari langit di musim kemarau’.
Itu sebabnya hari bersejarah seperti Hari Pahlawan tak ada bedanya dengan hari libur biasa umpamanya Ahad atau Minggu. Sebaliknya seolah diuntungkan dengan hari merah agar libur banyak. Bangsa ini sekarang sangat mencintai kemalasan, misalnya banyak libur tak bekerja, bisa jalan-jalan, shoping, tamasya dan selanjutnya. Prinsip berpikir seperti inilah yang banyak menjiwai matinya kreatifitas generasi penerus sehingga sulit membayangkan masa depan negara ini berada dalam jajaran negara maju. Bagaimana tidak, disiplin yang berkurang, namun di saat bersamaan semakin pekat niat korupsi seolah juga menjadi tren baru.
Hidup berbangsa dan bernegara dianggap sebagai angin lalu, santai, tak perlu berpikir banyak, capek, dan sebagainya. Karakter demikian tentulah yang menghiasi pola pikir kita sehingga kedewasaan berbangsa tadi tak pernah terbangun lagi.
Peninaboboan
Amnesia sejarah sangat merugikan bagi sebuah bangsa yang dipenuhi dengan catatan perjalanan yang tak sembarangan. Artinya, Republik
Semua perjuangan itu adalah bukti bahwa
Karena itu di peringatan Hari Pahlawan kali ini, mari sadarkan diri dengan belajar sejarah untuk membangun bangsa. Polemik sana-sini tercipta bahkan menjadi karut-marut tak lepas dari penyakit yang kita idap: amnesia sejarah. Sesungguhnya para pahlawan terdahulu telah menunggu kabar terbaru di
Oleh sebab itu, Hari Pahlawan kita jadikan sebagai awal penggerak kreatifitas perjuangan dalam membawa republik ini pada kemakmuran bersama. Pertama kita harus berjuang seperti para pahlawan terdahulu untuk mengusir para penguasa yang tidak berpihak pada rakyat. Nasib bangsa ini harus dipertaruhkan kembali seperti waktu mengusir kolonial. Gerakan yang dibangun patutnya bersumber dari pengalaman agar tidak mengulanginya lagi sebab
Sekaranglah waktunya melakukan perubahan.
Untuk itulah, sekaligus memperingati Hari Pahlawan mari kita siapkan alam sadar berisi kesadaran sejarah yang memaklumatkan masa depan cemerlang. Melatih mental dan akal bahwa kita siap melanjutkan perjuangan para pahlawan hingga titik darah penghabisan karena ia adalah sebuah keharusan bagi kedaulatan bangsa sendiri. Jadi, hari bersejarah sejatinya memampukan kita berpikir lebih logis bahwa negara dan kita sebagai warganya siap memotori perubahan agar RI nyata telah merdeka.Tanpa itu, sia-sia sajalah Hari Pahlawan diperingati.
*Jakob Siringoringo
(analisadaily)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar