Sebuah pesawat intai tanpa awak ditemukan jatuh terapung di perairan Tanjung Berakit, Bintan oleh nelayan sekitar, Senin (12/11) pagi. Pesawat berukuran panjang 3 meter dan lebar 2,5 meter ditemukan Mukri, nelayan setempat sekitar 1,5 mil dari pantai.
Pesawat berbadan warna jingga dan sayap kuning ini punya baling-baling di belakang, dilengkapi parasut dan antena kecil di badan pesawat. Di kedua sayap pesawat tertulis Bunshee Target.
Sekitar pukul 10.00 WIB pesawat ini dibawa ke Polsek Gunung Kijang. Pihak TNI AU kemudian membawa pesawat ini untuk diidentifikasi. Kapolsek Gunung Kijang AKP Hotlan Butar-butar mengatakan belum dapat menyimpulkan jenis dan asal pesawat tanpa tersebut. “Kami serahkan ke TNI AU untuk mengidentifikasinya,” kata Hotlan kepada Tribun Batam.
Warga Tanjungberakit menduga-duga termuan tersebut sebagai pesawat intai asing. Sebab, wilayah ini sangat dekat dengan negara tetangga, Singapura dan
Penelusuran di www.meggitdefence.com, pesawat mini tanpa awak dengan nama sayap Banshee Target ini diyakini sebagai ojek latihan menembak di udara oleh pesawat tempur. Di Asia Tenggara, drone (pesawat tanpa awak) buatan Inggris ini disebutkan cuma dimiliki
Pesawat kendali jarak jauh ini tengah diteliti pihak Landasan Udara Tanjungpinang, setelah ditemukan nelayan, kemarin.
Bunshee Target merupakan sebuah pesawat tanpa awak (diduga sebagai pesawat pengintai) yang dibangun dan dibuat (dirancang) oleh Meggitt Defence Systems. Pesawat ini pertama kali diproduksi tahun 1983, dan diperkenalkan beberapa negara melalui peragaan dan demonstrasi terlebih dahulu, setahun kemudian.
Saat ini jumlahnya diperkirakan mencapai 500 unit. Peredaran bunshee tersebar di beberapa negara, antara lain
Pesawat tanpa awak ini digunakan sebagai bentuk sistem latihan pertahanan udara. Banshee ini dikembangkan dengan menggunakan mesin ringan berbaling-baling pada bagian belakangnya.
Banshee dibangun dengan menggunaan bahan yang sebagian besar terdiri dari komposit, Kevlar dan kaca yang diperkuat plastik, dengan planform sayap tailess delta. Model pertama menggunakan 26 tenaga kuda (hp), 342 cc Normalair-Garrett dua silinder dua-stroke mengemudi baling-baling pendorong, kinerja kecepatan 35-185 kt (indikasi kecepatan udara) dengan daya tahan terbang dari jam 1-3. Untuk mengontrol penerbangan, pesawat ini digerakkan mengunakan remote jarak jauh. Selain di udara, Banshee pun dirancang dapat mengapung di atas permukaan air.
Selain itu, pesawat ini juga bisa dilengkapi dengan perangkat tambahan seperti Radar, flare atau sekam, dan arm target, serta bisa juga berfungsia sebagai unmanned aerial vehicle (UAV), pengintai dengan kamera.
Bunshee pertama kali digunakan tentara inggris pada pertengahan tahun 1980 dalam sebuah operasi rahasia.
Pengamat militer dan intelijen Mardigu menduga pesawat tanpa awak yang jatuh di wilayah perairan Tanjung Berakit, Bintan, Batam, digunakan negara-negara yang letaknya bertetangga dengan
Saat berbincang bincang dengan Tribun, Senin malam, Mardigu menyebutkan negara tetangga seperti Singapura membutuhkan data intelijen terkait kepentingan ekonomi mereka di perairan sekitar jatuhnya pesawat itu.
Singapura, memiliki kepentingan untuk mencari sumber air bersih yang bisa digunakan untuk kepentingan maritim.
“Air Singapura disuplai dari
Untuk itu Pemerintah Singapura, berupaya mencari sumber air bersih lainnya yang dapat memenuhi kebutuhan para ribuan kapal yang setiap hari merapat ke dermaganya. “Ya untuk cuci dan keperluan lainnya. Harga air bersih yang dijual di Singapura satu liternya, saat adalah sekitar 50 ribu Rupiah,” tuturnya.
Selain itu, Singapura membutuhkan pengawasan dari udara, untuk memantau jalur perdagangan serta jalur distribusi minyak mentah yang ada di daerah tersebut. “Jika terjadi penyelundupan minyak, mereka merugi,” ujar Mardigu.
Ketika ditanya apakah kehadiran pesawat tanpa awak di perairan Bintan ada sangkut pautnya juga dengan persoalan keamanan di perbatasan, Mardigu menampiknya. Menurutnya hubungan
Selain fungsi intelijen, pesawat tanpa awak, biasanya dapat digunakan untuk kepentingan lainnya, seperti untuk meramal cuaca, juga untuk sasaran tembak, ataupun pointer laser pesawat tempur.
“Bisa aja pesawat itu menunjukkan poin sasaran, lalu pesawat tempur menindaklanjutinya dengan menembakan rudal,” katanya.
(tribunnews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar