Tepat 84 tahun lalu, 27-28 Oktober 1928, para pemuda yang dipelopori oleh organisasi Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) menyelenggarakan Kongres Pemuda Kedua di Jakarta (Kongres pertama dilaksanakan pada tahun 1926 di Jakarta). Pesertanya adalah perwakilan dari organisasi-organisasi kepemudaan yang ada di Indonesia tanpa melihat asal daerah atau sukunya. Mereka berkumpul dengan semangat persatuan Indonesia .
Persatuan menjadi senjata paling kuat untuk melawan Belanda yang menjajah
Di akhir kongres para tokoh pemuda itu merumuskan sumpah setia yang disebut
Sumpah Pemuda yang hingga kini menjadi rumusan nilai-nilai kebangkitan dan
persatuan pemuda Indonesia .
Maka sangat ironis, di saat kita memperingati Hari Sumpah Pemuda yang sudah 84
tahun, masih sering kita melihat kejadian-kejadian yang justru bertentangan
dengan semangat itu.
Lihat saja tawuran antarpelajar. Dulu, terbatas antarkelompok siswa SMA atau yang setingkat seperti STM. Itu pun antarsekolah tertentu. Kini siswa SMP hingga mahasiswa pun melakukannya. Yang lebih memiriskan, masalah yang dipertentangkan sebagai faktor penyebab tawuran sangat sepele. Hanya soal tegur sapa yang salah saja bisa memicu tawuran yang memakan korban jiwa. Sering kali korbannya bukan dari kelompok yang bertikai, tetapi anak-anak yang tak bersalah atau anggota masyarakat lain. Tawuran ini juga menjadi gangguan sosial karena terjadi di tempat terbuka. Maka pantas jika pengamat sosial menyebut tawuran sebagai "kanker". Seperti juga kanker, akibat buruk tawuran adalah korban jiwa atau kematian. Kita mungkin bertanya, kenapa para pelajar dan mahasiswa kita bisa terpapar "kanker" tawuran ini?
Mungkin contoh teladan kita yang kurang. Di televisi dan media masa, betapa seringnya kita menyaksikan berita negatif yang memalukan bangsa seperti korupsi, manipulasi, saling caci, saling benci. Pelakunya bukanlah orang biasa, tetapi tokoh-tokoh terpandang yang seharusnya memberi contoh teladan. Lebih dari itu beritanya datang begitu dekat melalui televisi di tengah keluarga, atau media internet yang bisa diakses melalui handphone. Datangnya pun bertubi-tubi sehingga terkesan biasa dan layak dimafhumi.
Sepantasnya, media yang sama bisa menularkan lebih sering lagi contoh-contoh positif yang mampu menginspirasi dan mendorong para pemuda kita untuk lebih berprestasi yang membanggakan. Karena banyak tokoh teladan yang layak tayang atau diangkat ke permukaan yang belum tersentuh pemberitaan media. Memang tak bisa dipungkiri, sejumlah kemajuan telah ditunjukkan oleh para pemuda kita. Perannya pun makin luas. Prestasi mereka juga tak hanya diraih di dalam negeri. Mereka banyak yang sudah mampu menunjukkan pada dunia luas bahwa pemuda-pemudiIndonesia
memiliki kemampuan luar biasa, mampu bersaing di percaturan dunia mulai
kegiatan sosial hingga penguasaan teknologi canggih, mengalahkan negara-negara
besar seperti Amerika, Eropa, dan Jepang.
Maka di saat kita memperingati Hari Sumpah Pemuda pada hari ini, mari teruskan berkarya positif, kembangkan potensi diri, kesampingkan perbedaan, dan tingkatkan persatuan. Jangan mudah terprovokasi bahkan oleh teman sendiri tanpa mencernanya terlebih dulu. Bersikaplah lebih kritis sehingga tak terjebak dalam aksi solidaritas sempit. Lebih baik kita kritisi propaganda yang meluluhkan nilai-nilai persatuan dan menjatuhkan moral demi kemajuan bangsa dibanding mudah tersulut oleh kegiatan yang hanya menghamburkan tenaga yang mencederai persatuan.
Kita ini bangsa besar, kita ini berpotensi besar. Jangan sampai ini tersia-siakan. Mari wujudkanIndonesia
yang lebih maju! Siapa lagi yang akan melakukannya selain kita, para pemuda Indonesia . Kita
pasti bisa!
Salam sukses, Luar Biasa!!
(andriewongso.com)
Lihat saja tawuran antarpelajar. Dulu, terbatas antarkelompok siswa SMA atau yang setingkat seperti STM. Itu pun antarsekolah tertentu. Kini siswa SMP hingga mahasiswa pun melakukannya. Yang lebih memiriskan, masalah yang dipertentangkan sebagai faktor penyebab tawuran sangat sepele. Hanya soal tegur sapa yang salah saja bisa memicu tawuran yang memakan korban jiwa. Sering kali korbannya bukan dari kelompok yang bertikai, tetapi anak-anak yang tak bersalah atau anggota masyarakat lain. Tawuran ini juga menjadi gangguan sosial karena terjadi di tempat terbuka. Maka pantas jika pengamat sosial menyebut tawuran sebagai "kanker". Seperti juga kanker, akibat buruk tawuran adalah korban jiwa atau kematian. Kita mungkin bertanya, kenapa para pelajar dan mahasiswa kita bisa terpapar "kanker" tawuran ini?
Mungkin contoh teladan kita yang kurang. Di televisi dan media masa, betapa seringnya kita menyaksikan berita negatif yang memalukan bangsa seperti korupsi, manipulasi, saling caci, saling benci. Pelakunya bukanlah orang biasa, tetapi tokoh-tokoh terpandang yang seharusnya memberi contoh teladan. Lebih dari itu beritanya datang begitu dekat melalui televisi di tengah keluarga, atau media internet yang bisa diakses melalui handphone. Datangnya pun bertubi-tubi sehingga terkesan biasa dan layak dimafhumi.
Sepantasnya, media yang sama bisa menularkan lebih sering lagi contoh-contoh positif yang mampu menginspirasi dan mendorong para pemuda kita untuk lebih berprestasi yang membanggakan. Karena banyak tokoh teladan yang layak tayang atau diangkat ke permukaan yang belum tersentuh pemberitaan media. Memang tak bisa dipungkiri, sejumlah kemajuan telah ditunjukkan oleh para pemuda kita. Perannya pun makin luas. Prestasi mereka juga tak hanya diraih di dalam negeri. Mereka banyak yang sudah mampu menunjukkan pada dunia luas bahwa pemuda-pemudi
Maka di saat kita memperingati Hari Sumpah Pemuda pada hari ini, mari teruskan berkarya positif, kembangkan potensi diri, kesampingkan perbedaan, dan tingkatkan persatuan. Jangan mudah terprovokasi bahkan oleh teman sendiri tanpa mencernanya terlebih dulu. Bersikaplah lebih kritis sehingga tak terjebak dalam aksi solidaritas sempit. Lebih baik kita kritisi propaganda yang meluluhkan nilai-nilai persatuan dan menjatuhkan moral demi kemajuan bangsa dibanding mudah tersulut oleh kegiatan yang hanya menghamburkan tenaga yang mencederai persatuan.
Kita ini bangsa besar, kita ini berpotensi besar. Jangan sampai ini tersia-siakan. Mari wujudkan
Salam sukses, Luar Biasa!!
(andriewongso.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar