Sunday, 23 September 2012 06:51 Stan Indonesia menjadi primadona dalam pameran General Conference (GC) IAEA yang diadakan di kantor PBB Wina , Austria , 17-21 September. Tidak hanya petinggi-petinggi nuklir yang menyempatkan diri menengok stan yang digarap Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), kalangan pelajar dan orang tua juga dibuat penasaran dengan produk yang ditampilkan.
Pada umumnya, pemanfaat teknologi nuklir masih menimbulkan kekhawatiran pada
masyarakat, khususnya di Indonesia .
Hal ini diilhami berbagai kejadian dunia seperti percobaan senjata nuklir,
kecelakaan instalasi nuklir seperti di Chernobyl, Rusia, serta Fukushima,
Jepang, dan kebocoran bahan uranium di Kobe, Jepang. Ketakutan masyarakat lebih
banyak pada gangguan kesehatan yang diakibatkan pengaruh radiasi yang bocor
dari instalasi nuklir yang bisa berakibat pada efek kemandulan, kanker, dan
lebih besar lagi adalah kematian.Di luar risiko radiasi yang dikhawatirkan tersebut, tidak sedikit sisi positif dari radiasi dan zat radio aktif bagi kehidupan di antaranya penggunaan di bidang industri, kesehatan, pangan, dan lingkungan. Untuk mengubah persepsi positif masyarakat terhadap nuklir diperlukan strategi tepat sehingga hasilnya bisa efektif. Salah satunya edukasi kepada seluruh kalangan, khususnya generasi muda. Karena program nuklir merupakan program jangka panjang.
Nah di pameran GC IAEA ini edukasi terhadap pemanfaatan nuklir diberikan. Sebanyak 24 negara anggota IAEA berpartisipasi dalam pameran dengan tema Nuclear Technology for Food Safety and Security. Batan menjadi instansi yang merepresentasikan
Stan Indonesia menampilkan keberhasilan dalam pengembangan kualitas unggul Padi, Kedelai, Sorghum. Terkait food safety, Batan telah menghasilkan pengembangan pengawetan dengan iradiasi terhadap bahan pangan siap saji seperti rendang, semur, pepes ikan, dan pepes teri.
’’Seluruh pencapaian teknologi Batan di bidang pangan ini atas dukungan dari program IAEA melalui TC, RSA, RC, dan lain-lainnya. Produk-produk hasil pemanfaatan teknologi ini yang kami pamerkan ke publik di
Pantauan INDOPOS, di stan Indonesia berukuran 12 meter persegi itu terdapat produk seperti beras sidenuk, benih padi, kedelai mutiara 1, tempe kripik, cistik tempe, tahu bacem, rendang, dan mangga gedong gincu, dan salak.
Tidak sedikit pengunjung yang penasaran dengan mangga dan salak yang dipamerkan. Mayoritas bertanya tentang manfaat hasil radiasi gamma tersebut. ’’Apa manfaatnya? Apakah aman untuk dimakan? Boleh saya coba?’’ tanya Eginwe Koano, delegasi asal Tanzani kepada penjaga stan
Tidak hanya dari kalangan delegasi negara-negara anggota IAEA dan pekerja di kantor PBB yang dibuat penasaran dengan produk-produk yang dipamerkan pihak Batan, pengunjung dari kalangan pelajar
Pada hari kedua dan ketiga pameran, kantor PBB di Wina membuka lebar-lebar kesempatan bagi publik untuk mengunjungi pameran. Hingga hari ketiga, pengunjung yang mendatangi stan
Kantor PBB di Wina sendiri menyediakan tour guide bagi pengunjung yang ingin mengetahui tentang pameran dan produk-produk yang ditampilkan setiap negara peserta.
’’Ini mangga apa? Warnanya bagus sekali? Boleh saya coba tidak?’’ tanya Lisa Hutler, siswi sekolah menengah atas
Pihak stan
’’Banyak yang suka sekali dengan tasnya. Kami sudah bawa banyak sekali, tapi pameran belum berakhir, sudah habis,’’ terang Farida.
Di hari terakhir pameran, saat INDOPOS mengunjungi stan
Sementara itu, Kepala Bidang Promosi Batan, Eko Madi Parmanto mengaku puas dengan hasil akhir pameran. Salah satu yang didapat dari hasil pameran ini adalah terjalinnya edukasi terhadap program nuklir kepada kalangan muda di
’’Hal ini sudah dilakukan di
(batan.go.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar