Sejarah bangsa Indonesia wabil
khusus sejarah umat muslimnya sangat dekat dengan bangsa Palestina. Fakta
sejarahnya ada sampai sekarang ini, adalah kota Kudus, masjid Al Aqsha, madzhab Imam Asy
Syafi’i, pengakuan kemerdekaan dan penjajahan.
Apa hubungannya semua itu
dengan Palestina?
Fakta pertama, Adalah
Syaikh Ja’far Shadiq juru dakwah sekaligus panglima perang kerajaan Demak,
sebelum akhirnya beliau hijrah ke kota Tajug, kota sebelah utara Demak.
Ja’far Shodiq yang lebih terkenal dengan sebutan Sunan Kudus itu menamakan
masjid yang dibangunnya pada tahun 956 H. atau 1530 M. dengan Masjidil Aqsha.
Dalam prasasti pendirian masjid tertuliskan: “Telah dibangun Masjidil Aqsha fil
Quds” Maksud beliau adalah penamaan ini meniru apa yang ada di Palestina, yaitu
masjidil Aqsha di Kota Quds. Sehingga beliau merubah nama kota
Tajung menjadi kota
Kudus.
Masjidil Aqsha dengan
menaranya yang demikian tegar sampai sekarang yang berlokasi di tengah kota Kudus ini menjadi kebanggaan umat muslim, tidak hanya
di Indonesia
bahkan di manca negara. Menjadi tempat yang dikunjungi. Rahimahullah Syaikh
Ja’far Shodiq.
Fakta kedua, adalah Imam
Asy Syafi’i, salah satu imam mazhab besar yang empat, madzhabnya dijadikan
sebagai acuan sebagian besar umat muslim di Indonesia. Siapa Imam Asy Syafi’i?
Beliau adalah Muhmmad bin Idris Asy Syafi’i, lahir di kota Ghozzah atau Gaza,
Palestina pada tahun 150 H atau 767 M. beliau masih ada nasab dengan nabi
Muhamamd saw., ia termasuk dari Bani Muththalib, saudara dari Bani Hasyim,
Kakek Rasulullah saw.
Fakta ketiga, Bahwa yang
pertama kali menyuarakan kemerdekaan Indonesia adalah bangsa Palestina.
Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia
ini dimulai dari Palestina dan Mesir, seperti dikutip dari buku “Diplomasi
Revolusi Indonesia di Luar Negeri” yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat
Perkumpulan kemerdekaan Indonesia
, M. Zein Hassan Lc. Buku ini diberi kata sambutan oleh Moh. Hatta (Proklamator
& Wakil Presiden pertama RI), M. Natsir (mantan Perdana Menteri
RI), Adam Malik (Menteri
Luar Negeri RI ketika buku ini diterbitkan), dan
Jenderal (Besar) A.H. Nasution.
M. Zein Hassan Lc. sebagai
pelaku sejarah, menyatakan dalam bukunya pada hal. 40, menjelaskan tentang
peran serta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia , di
saat negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap. Dukungan Palestina
ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini -mufti besar Palestina- secara
terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia :
“.., pada 6 September 1944,
Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ mufti Besar Palestina
Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke
dua) kepada Alam Islami, bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan
Indonesia . Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut- turut, kami
sebar-luaskan, bahkan harian “Al-Ahram” yang terkenal telitinya juga
menyiarkan.” Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti
Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi “Panitia Pusat
Kemerdekaan Indonesia
” dan memberi dukungan penuh.”
Peristiwa bersejarah
tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat di
negeri ini.
Bahkan dukungan ini telah
dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar memproklamirkan kemerdekaan
RI. Tersebutlah seorang Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia ,
Muhammad Ali Taher. Beliau adalah seorang saudagar kaya Palestina yang spontan
menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan
berkata: “Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia ..”
Setelah seruan itu, maka
negara daulat yang berani mengakui kedaulatan RI pertama kali adalah Negara
Mesir tahun 1949. Pengakuan resmi Mesir itu (yang disusul oleh negara-negara
Timur Tengah lainnya) menjadi modal besar bagi RI untuk secara sah diakui
sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh. Pengakuan itu membuat RI
berdiri sejajar dengan Belanda (juga dengan negara-negara merdeka lainnya)
dalam segala macam perundingan dan pembahasan tentang Indonesia di
lembaga internasional.
Fakta keempat, Adalah
adanya kesamaan dijajah, bedanya kalau Indonesia
sudah terlepas dari penjajah, sedangkan Palestina sampai sekarang ini masih
dijajah Zionis Israel .
Pemerintah Indonesia
menegaskan bahwa akar masalah dari bangsa Palestina adalah penjajahan Zionis
Israel terhadap bumi Palestina, itulah yang diungkapkan oleh Menlu RI, Hasan
Wirayuda menanggapi agresi Israel ke Palestina akhir tahun 2008 yang lalu.
Sehingga Indonesia
sangat peduli dengan kondisi Palestina, ini sebagai bukti pengejawantahan
amanat konstitusi bangsa ini “…bahwa kemerdekaan adalah hak suatu bangsa, oleh
karena itu segela bentuk penjajahan harus dihapuskan di atas muka bumi.”
Karenanya wajar jika rakyat
Palestina bersama-sama pemerintahannya mengadakan perlawanan, sebagaimana
bangsa ini terdahulu, rakyat dan para pejuangnya melawan penjajah, mereka
bangga dengan pemimpinnya, bahkan kita pun memperingatinya setiap tahun sekali
sebagai hari pahlawan.
Demikian juga rakyat
Palestina, mereka bangga dan mendukung penuh gerakan perlawanan bangsanya
menentang Zionis Israel .
Ini beberapa catatan fakta
sejarah yang menguatkan hubungan Indonesia dan Palestina, sehingga bangsa
Indonesia akan terus peduli dengan Palestina, sampai Palestina merdeka, sampai
masjidil Aqsha yang sekarang masih di bawah cengkeraman Zionis Israel
terbebaskan, sampai boklade atas Gaza dicabut, sampai pintu-pintu perbatasan
dibuka. Sampai Palestina menjadi negara berdaulat, sejajar dengan bangsa lain.
Allahu a’lam
Sumber: Dakwatuna.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar