Sumpah Pemuda. Sumpah pemuda terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928,
yang merupakan puncak awal perjuangan para pemuda Indonesia bersatu
dalam memperjuangkan harkat, derajat, dan martabat bangsa Indonesia.
Memperjuangan kemerdekaan sebagai bangsa yang mandiri dan tidak
terjajah.
Sumpah pemuda, tidak sekedar sumpah janji biasa, namun sebuah sumpah
janji yang melebihi zaman dan waktu, yang mampu menyulut api
perjuangan pemuda Indonesia melawan imperialisme dan kolonalisme
penjajah dan mampu menghantarkan Indonesia menuju kemerdekaan sebagai
bangsa dan negara.
Sumpah pemuda yang berisikan semangat nasionalisme dengan rincian
berbangsa satu bangsa Indonesia, bertanah air satu tanah air
Indonesia, dan berbahasa satu bahasa Indonesia, mampu menyingkirkan
fanatisme kesukuan dan agama, serta mampu memperkokoh jati diri pemuda
Indonesia dengan sangat kuat sehingga mampu mengeluaran tenaga yang
maha dahsyat dalam revolusi Indonesia.
Namun, apakah semangat sumpah pemuda masih dapat dilihat pada masa
sekarang? Lalu, buat apakah Sumpah Pemuda dijadikan sebagai sebuah
peringatan dan ditetapkan pada suatu tanggal, yaitu 28 Oktober?
Kondisi pemuda Indonesia saat ini, belum dapat dikatakan sangat
membanggakan. Meskipun kita juga harus membuka mata pada hal positif
yang dilakukan oleh banyak pemuda Indonesia, kita juga tidak boleh
melupakan dan menutup mata pada sisi lain, yaitu kondisi pemuda
Indonesia yang semakin hari semakin tidak membanggakan.
Berita kriminal dan anarkisme pada jaman sekarang, dipenuhi oleh
pemuda. Mulai dari tawuran, bentrokan, perzinaan, pencurian,
perkelahian, pembunuhan, dan kasus kriminal lainnya. Fakta ini
hendaknya menjadi fokus utama dalam bangsa ini mengingat pemuda adalah
tulang punggung bangsa ini.
Tahun 2012 lalu, sebanyak 22,2 persen pemuda Indonesia menganggur.
Jumlah itu lebih tinggi dari statistik rata-rata pengangguran berusia
muda kawasan Asia Tenggara dan Pasifik sebesar 13,9 persen. Selain
itu, kaum muda pedesaan Indonesia yang bekerja di sektor formal hanya
20 persen dibanding kaum muda perkotaan. Angka pengangguran yang cukup
tinggi akan menyebabkan peluang tindak kriminal tinggi dan tingkat
kesejahteraan dan kualitas hidup pemuda semakin menurun.
Berdasarkan data dari BKKBN tahun 2013, anak usia 10-14 tahun yang
telah melakukan aktivitas seks bebas atau seks atau seks di luar nikah
mencapai 4,38 persen, sedang pada usia 14-19 tahun sebanyak 41,8
persen telah melakukan aktivitas seks bebas.
Selain itu, banyak mahasiswa dan pemuda terlibat tawuran dan anarkisme
di beberapa daerah hanya dikarenakan permasalahan sepele dan sederhana
yang sebenarnya dapat diselesaikan dengan baik.
Berbagai permasalahan di atas mengindikasikan adanya krisis dalam
pemuda Indonesia saat ini.
Dengan semangat sumpah pemuda, hendaknya mampu menginternalisasikan
nilai-nilai yang positif. Sumpah pemuda, berisikan semangat dan sumpah
dari pemuda Indonesia untuk menyatukan kembali identitas diri yang
mampu mengikat segala latar belakang dan semakin memperkokoh
nasionalisme.
Semangat satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa.
Namun, kondisi sekarang sungguh kontras dengan kondisi saat itu.
Dimana ketika kemerdekaan sudah diraih dan seharusnya semangat sumpah
pemuda tersebut diimplementasikan oleh para pemuda Indonesia saat ini,
justru semakin merosot.
Kita harus belajar dan refleksi pada momen 28 Oktober 1928. Sungguh
mengherankan, ketika identitias kesukuan disinggung oleh suku lain,
maka anarkisme menjadi sebuahproblem solving. Namun, di sisi lain
ketika identias kebangsaan digerus oleh berbagai macam budaya Barat
yang sarat akan nilai-nilai yang amoral, justru tidak dilawan dengan
massif.
Sungguh menyedihkan, ketika para pemuda tempo dulu berusaha memperkuat
bahasa kesatuan—bahasa Indonesia—namun di saat ini justru penggunaan
bahasa Indonesia dengan baik tidak diimplementasikan dengan baik.
Sungguh memprihatinkan, ketika para pemuda zaman dulu berusaha
memperkokoh identitas nasional kebangsaan, namun di saat ini justru
semakin banyak pemuda yang lebih senang melakukan imitasi dari budaya
luar.
Kondisi seperti ini semakin lama akan menyebabkan krisis identitas.
Krisis identitas ini akan menyebabkan menurunnya kepekaan terhadap
permasalahan yang terjadi di belantara Nusantara ini. Jika kepekaan
terhadap permasalahan menurun, maka urgensi pemuda juga akan semain
merosot. Finalnya, kualitas bangsa juga tidak akan menunjukkan
perbaikan secara signifikan, bahkan menjadi bangsa yang terjajah
kembali.
Sumpah pemuda, yang berisikan penyatuan dan pengukuhan satu bangsa,
satu tanah air, dan satu bahasa, harus diinternalisasikan dengan baik
pada zaman sekarang sebagai salah satu pemecah masalah atas krisis dan
permasalahan pada pemuda Indonesia saat ini. Bagaimana kita menghayati
perjuangan pemuda zaman pra-kemerdekaan yang berusaha bersatu demi
meraih kemerdekaan yang hakiki.
Bagaimana kita bercermin pada semangat juang para pemuda
pra-kemerdekaan demi menunjukkan bangsa yang bermartabat.
Bagaimana kita mencontoh pada ketahanan dan kekuatan fisik dan mental
para pemuda pra-kemerdekaan demi merebut hak-hak yang telah dirampas.
Bagaimana kita meniru kepekaan dan kekritisan para pemuda
pra-kemerdekaan yang diimbangi dengan aksi yang riil dan kreatif demi
menjadi bangsa yang terhormat. Dimana kesemuanya itu masih berlangsung
pada era mempertahankan kemerdekaan, dan semakin surut sampai era
sekarang ini.
Peringatan Sumpah Pemuda setiap tanggal 28 Oktober hendaknya bukan
dilaksanakan sebagai rutinitas belaka. Namun lebih jauh dari itu,
peringatan sumpah pemuda hendaknya sebagai sarana refleksi diri serta
penghayatan sejarah sehingga mampu menginternalisasikan nilai-nilai
Sumpah Pemuda ke dalam diri terdalam. Pada akhirnya, nilai tersebut
mengkristal di dalam diri dan mampu menjadi kepribadian (personality)
yang holistik dan utuh serta memiliki mentalitas yang baik dan
kepribadian yang sehat.
Pemuda masa kini, pemimpin masa depan.
AHMAD SAIFUDDIN
*Penulis adalah Ketua PC IPNU Kabupaten Klaten dan Mahasiswa S2
Program Magister Profesi Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
(nu.or.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar