"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Minggu, 10 November 2013

Makna Strategis Nota Protes Menlu Natalegawa kepada Kedutaan Besar AS di Jakarta

Ketika bocoran dokumen Edward Snowden yang diberitakan harian Inggris
The Guardian semakin menyebar ke sana ke mari terkait aksi spionase AS
ke beberapa negara baik yang masuk kategori sekutu AS seperti Jerman
dan Perancis, maupun negara-negara berkembang seperti Brazil dan
Meksiko, maka manuver diplomatik Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa
yang cukup keras terhadap kedutaan besar Amerika Serikat di Jakarta,
patut kita apresiasi setinggi-tingginya.

Serangan diplomatik Menlu Natalegawa tersebut menanggapi pemberitaan
harian Australia Sidney Morning Herald terbitan 29 Oktober 2013, ihwal
adanya fasilitas penyadapan di Kedutaan Besar AS di Jakarta.

"Jika berita itu terkonfirmasi, maka tindakan tersebut bukan saja
merupakan pelanggaran keamanan, melainkan juga pelanggaran serius
norma serta etika diplomatik dan tentunya tidak selaras dengan
semangat hubungan persahabatan antar negara," begitu tukas Natalegawa.

Implikasi pernyataan tertulis Menlu Natalegawa tersebut bisa membawa
implikasi yang cukup serius bagi hubungan bilateral kedua negara.
Ironisnya ketika saat ini masyarakat kerap menuding Presiden SBY
sebagaithe good boy of America. Sehingga selalu tunduk dan patuh pada
arahan dari Washington dalam penyusunan beberapa kebijakan strategis
bidang ekonomi, hukum dan bahkan juga hankam serta politik.

Kemungkinan Amerika telah melakukan penyadapan terhadap kantor
kepresidenan maupun kantor-kantor kementerian strategis di Jakarta,
kiranya cukup beralasan. Apalagi di tengah gencar-gencarnya
pemberitaan bocoran Edward Snowden yang mengungkap aksi spionase
besar-besaran yang dilancarkan oleh AS melalui National Security
Agency (NSA) untuk sasaran penyadapan ke luar negeri, maupun FBI untuk
sasaran terhadap warga Amerika di dalam negeri.

The Guardian, harian Inggris terkemuka dan dikenal kritis dan melawan
arus utama pemberitaan media-media mapan, dalam pemberitaan seputar
bocoran Snowden beberapa waktu lalu, mengabarkan bahwa Jerman pun tak
luput dari sasaran penyadapan pemerintah Amerika.

Dengan tak ayal, Juru bicara (jubir) kementerian luar negeri Jerman
pada Kamis minggu lalu telah memanggil duta besar Amerika Serikat
untuk Berlin terkait kecurigaan bahwa Washington memata-matai
pembicaraan telepon selular Kanselir Jerman Angela Merkel.

Bahkan sehari sebelumnya, Merkel telah menelepon Presiden AS Barack
Obama untuk menuntut penjelasan setelah mendengar bahwa para mata-mata
AS telah mengawasi komunikasinya melalui telepon. Dan memandang aksi
spionase AS tersebut merupakan pelanggaran kepercayaan atas kemitraan
kedua negara yang selama ini sudah terjalin dengan sangat baik.

Jerman bukan satu-satunya mitra AS yang jadi sasaran aksi spionase.
Perancis pun mengalami hal serupa. Bahkan tak sebatas penyadapan
terhadap para pejabat tinggi pemerintahan saja.

Bahkan masyarakat sipil Perancis pun telah jadi sasaran penyadapan
entah untuk alasan apa.

Harian Prancis Le Monde baru-baru ini menerbitkan sebuah laporan yang
menunjukkan bahwa agen mata-mata NSA diam-diam merekam lebih dari 70
juta percakapan telepon warga Perancis selama 30 hari tahun terakhir.
Termasuk para politisi dan pebisnis Perancis.

Lagi-lagi fakta ini terungkap berkat dokumen-dokumen bocoran dari
Edward Snowden yang mantan agen CIA tersebut.

Dari kalangan negara-negara berkembang, termasuk Brazil dan Meksiko.
Media Jerman Der Spiegel pada hari Minggu melaporkan bahwa agen AS
telah menyusup ke akun email dari mantan Presiden Meksiko Felipe
Calderon dan memperoleh informasi "menguntungkan".

Meksiko menuntut jawaban dari Washington mengenai aksi mata-mata yang
memicu kecaman luas di seluruh Eropa dan Amerika Latin itu.

Adapun reaksi pihak Brazil, bocornya akses AS terhadap penyadapan
komunikasi di Brazil membuat Presiden Dilma Rousseff membatalkan
kunjungannya ke Washington bulan lalu.

Karena itu, nota protes yang disampaikan Menteri Natalegawa Rabu
(30/10), merupakan manuver diplomatik yang cukup jitu dan tepat waktu,
mengingat semakin gencarnya serangan-serangan serupa dari
negara-negara mitra AS di Uni Eropa seperti Jerman dan Perancis.
Maupun dari Brazil dan Meksiko. Bahkan Korea Selatan pun mulai
bertanya-tanya jangan-jangan juga jadi sasaran aksi spionase AS.

Jika negara-negara mitra AS dari Uni Eropa sekaliber Jerman dan
Perancis saja dengan begitu mudah ditembus oleh fasilitas penyadapan
yang dikendalikan oleh NSA, apalagi Indonesia yang saat ini mekanisme
pertahanan dirinya (Self Defense Mechanism-nya) begitu rapuh dan
dipertanyakan kemampuannya menangkal aksi-aksi spionase Amerika yang
pastinya didukung teknologi-teknologi canggih (High Tech).


Penulis : Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar