"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Rabu, 11 September 2013

Mereka Membidik Iran, dan Bukan Suriah

Ada kebingungan yang hinggap ketika menyimak berita bahwa Israel telah
ikut campur dalam perang yang berkecamuk di Suriah. Pada Minggu,
5/5/2013, militer Israel menyerang tiga fasilitas militer Suriah di
Damaskus.

Atas kepentingan apa Israel turut serta menggempur Suriah bersama para
pasukan pemberontak yang mengaku sebagai"mujahidin"?

Sebab, Suriah jelas bukan suatu ancaman yang serius, baik bagi Israel
maupun negara-negara tetangga lainnya. Anggaran pertahanan Suriah
kurang dari satu perlima dari anggaran pertahanan yang dipunyai oleh
Israel.

Angkatan darat serta angkatan udaranya pun sama sekali tidak istimewa.
Sehingga Israel Defense Force (IDF) akan dengan mudah menggulungnya
andai perang konvensional yang serius sungguh terjadi. Hal ini membuat
Suriah akan berpikir dua sampai tiga kali untuk memancing kemarahan
Israel.

Dari sini patut diduga bahwa bukan Suriah yang menjadi bidikan Israel
dan juga Amerika yang berada di balik layar para
pemberontak"mujahilin", melainkan Iran yang merupakan karib terdekat
dari Suriah. Dengan jatuhnya Suriah ke tangan "pemimpin boneka" akan
membuat rencana mereka untuk menghabisi Iran, sebagai negara
satu-satunya yang belum"takluk", akan lebih mudah.

Strategi"Memancing Ular Keluar dari Sarangnya"juga patut diduga
diterapkan oleh Israel pada serangan ke Suriah kali ini. Mereka
berharap Iran akan turut serta dalam perang konvensional yang terjadi
di Suriah. Dan bila ini terjadi, maka akan bertambah satu alasan untuk
menyerang negeri para"Mullah"tersebut.

Mengapa Iran dan bukan Suriah?
Mengutip John J. Mearsheimer, Iran adalah negara berazaskan Islam yang
paling kuat di Teluk Persia dan memiliki peluang untuk mendominasi
kawasan kaya minyak itu, dan makin bertambah kuat.

Iran yang makin kuat jelas tidak baik bagi Amerika, yang sudah lama
berusaha mencegah negara manapun mendirikan hegemoni di Teluk Persia.
Prinsip dasar ini menjelaskan mengapa pemerintahan Reagan pernah
mendukung Saddam di tahun 1980-an, ketika Iran tampaknya akan
mengalahkan Irak.

Israel pun sama resahnya ketika menyaksikan Iran mendominasi Teluk,
sebab sebuah"regional powerhouse"semacam itu dapat menjadi sebuah
ancaman strategis jangka panjang.

Keresahan Israel belum lagi ditambah dengan sikap pemimpin Iran yang
kerap melontarkan pernyataan-pernyataan tajam perihal negara tersebut.
Akan tetapi bukan hanya AS dan Israel saja yang merasa "galau" oleh
Iran, melainkan juga negara-negara Arab muslim tetangga Iran. Mereka
agak curiga kepada Iran, karena negara itu negara Persia, bukan Arab.
Juga karena sentimen Sunni-Syiah yang telah lama menjadi beban
sejarah.

Dalam hal ini AS, Israel, dan negara-negara Arab sekutu keduanya,
memiliki minat tersendiri untuk membuat Iran bertambah kuat dan
mencegahnya menjadi negara paling berkuasa di kawasan itu.

Dari sini kita dapat memahami mengapa para pemberontak suatu negara
(di Suriah-pen) justru mendapatkan sokongan dari AS. Karena bukan
negara itu yang menjadi target bidikan, melainkan Iran.

Di sini juga kita dapat memahami mengapa negara-negara Wahabi
mendukung pemberontak di Suriah, baik melalui fatwa-fatwa maupun
tenaga para "mujahilin" untuk membantu pemberontak menumbangkan
pemerintahan yang sah di Suriah.

Walhasil dengan tumbangnya Suriah, maka"kaki"Iran otomatis akan
lumpuh. Tinggal kaki satunya yang berpijak di Lebanon (Hizbullah-pen).
Sementara Hammas, yang selama ini mendapat dukungan penuh dari Iran
dan Suriah, justru telah melupakan"kebaikkan"kedua negara tersebut.

Percaya atau tidak, sebenarnya Iran-lah yang berada dalam titik
sasaran dan bukan Suriah. Setelah Iran runtuh, maka otomotis seluruh
negara-negara Teluk dan Arab telah jatuh ke dalam genggaman AS dan
sekutunya. Dan kita hanya akan melihat"para boneka"di sana.


Dewa Gilang (kompasiana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar