Presiden Republik Islam Iran menilai nada bicara petinggi negara-negara Eropa dan Amerika Serikat sebagai sebuah langkah positif dalam menyelesaikan masalah-masalah bilateral.
Fars News (27/9) melaporkan, Dr. Hassan Rohani, Presiden Iran, Jumat (27/9) di hari terakhir kunjungannya di New York kepada wartawan mengatakan, "Nada bicara sebagian petinggi Eropa, begitu juga pidato Barack Obama, Presiden Amerika yang bernada beda, harus dianggap sebagai sebuah langkah positif bagi penyelesaian masalah-masalah antara Iran dan Dunia Barat."
Menjawab pertanyaan apa faktor yang menyebabkan tidak terlaksananya pertemuan antara dirinya dengan Presiden Amerika, Rohani menuturkan, "Persiapan awal untuk pertemuan ini sudah dilakukan, namun tidak cukup waktu dan kesempatan untuk menyusun agenda tentang mekanisme pertemuan terutama hasil pertemuan awal, pasalnya bagi kedua pihak hasil pertemuan semacam ini penting karena keduanya ingin melakukan pertemuan yang sukses dan efektif."
Menurut Rohani, Tehran harus mengambil langkah yang sangat terukur dan tepat. Ia menambahkan, "Tujuan Tehran adalah kepentingan bersama kedua bangsa, penyelesaian masalah dan upaya selangkah demi selangkah membangun kepercayaan di antara dua bangsa dan dua pemerintahan."
Terkait pertemuan sehari sebelumnya antara delegasi Iran dengan Menteri-menteri kelompok 5+1, Rohani menjelaskan, "Dalam pertemuan dengan kelompok 5+1 dibahas masalah bagaimana bangsa Iran dapat menggunakan hak-haknya dan disamping itu dapat menarik kepercayaan yang cukup. Pendapat para petinggi Eropa adalah, peluang baru yang tercipta dalam pemerintahan kali ini berbeda dengan yang sebelumnya."
Rohani menilai kondisi yang ada saat ini memudahkan untuk membangun kepercayaan. "Kedua pihak harus memiliki kemauan yang cukup dan Iran memilikinya, sehingga ia dapat menyelesaikan masalah nuklir dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, terbuka peluang peningkatan hubungan ekonomi dan budaya terutama antara dan Barat," paparnya.
Presiden Iran juga kembali menegaskan bahwa pemerintahannya memiliki wewenang penuh untuk melakukan dialog dengan Barat. "Dalam perundingan nuklir, pemerintah memiliki wewenang penuh, namun dalam negosiasi penting semacam ini pemerintah tidak dapat bergerak tanpa kesepakatan internal dan dukungan," katanya.
Berkenaan dengan kemungkinan Italia berperan dalam penyelesaian masalah nuklir dan perluasan hubungan dengan Iran, Rohani mengatakan, "Tehran menyambut baik bantuan dari negara manapun dalam menyelesaikan dengan cepat masalah nuklir."
Sementara itu terkait peran Gerakan Non-Blok dan upaya untuk menciptakan Timur Tengah bebas dari senjata nuklir yang disampaikannya di PBB, Rohani menjelaskan, "Timur Tengah adalah wilayah yang sangat sensitif dan keberadaan senjata pembunuh massal di wilayah ini sangat berbahaya, oleh karenanya wilayah ini harus bersih dari senjata nuklir."
Ia menambahkan, "Di wilayah ini beberapa kali telah senjata pembunuh massal telah digunakan di antaranya serangan senjata kimia Irak ke Iran yang menelan banyak korban luka dan korban jiwa, sejumlah korban luka sampai saat ini masih terus merasakan penderitaannya."
Berkenaan dengan krisis Suriah, Rohani mengatakan, "Politik luar negeri Iran berlandaskan pada sejumlah prinsip dan berdasarkan kepada kepentingan nasional, kepentingan bangsa-bangsa kawasan dan kepentingan bersama negara-negara dunia terutama negara-negara Barat yang menginginkan perdamaian dan stabilitas, juga menolak intervensi asing dan percaya bahwa hubungan bertetangga di kawasan harus semakin dekat serta penuh dengan persahabatan."
Menurut Rohani, terkait masalah Suriah, Iran sedang melakukan negosiasi dengan Turki, Lebanon dan Irak. "Jika diundang untuk menghadiri konferensi Jenewa 2 atau aktifitas internasional lainnya, Iran akan berpartisipasi aktif, karena Tehran menilai solusi krisis Suriah adalah politik," tandasnya. (IRIB Indonesia/HS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar