"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Rabu, 07 Agustus 2013

Pidato Rohani dan Reaksi Amerika Serikat

Acara pengesahan jabatan Hassan Rohani sebagai Presiden Republik Islam
Iran, berlangsung kemarin (Ahad, 4/8) di parlemen. Acara tersebut
dihadiri oleh sejumlah presiden, wapres, menlu, ketua parlemen,
perwakilan dan delegasi dari berbagai negara di lima benua dunia.

Hassan Rohani dalam pidatonya menjelaskan pandangan pemerintahan
periode ke-11 Iran yang menekankan pada prinsip Republik Islam Iran
tentang berbagai isu terpenting regional dan internasional.

Dia juga menjelaskan sejumlah prioritas politik luar negeri Iran. Pada
bagian ini Rohani menyinggung masalah kepercayaan seraya menekankan
bahwa upaya menciptakan kepercayaan adalah jalan dua arah dan
pemerintahannya akan lebih berupaya untuk menciptakan atmosfer
kepercayaan timbal balik antara Iran dan negara-negara regional dan
global, serta meningkatkan keamanan nasional.

Presiden Iran dengan tegas menyatakan, "Bangsa Iran tidak dapat
dipaksa menyerah dengan sanksi atau diancam dengan perang, melainkan
satu-satunya cara untuk berinteraksi dengan Iran adalah dialog secara
sejajar, membangun kepercayaan timbal balik dan penghormatan bilateral
serta reduksi permusuhan."

Pernyataan Rohani ini mendapat reaksi meluas. Termasuk di antara
reaksi pertama adalah pernyataan yang dirilis Gedung Putih. Disebutkan
bahwa Iran jika hendak menunjukkan apa yang disebut Gedung Putih
komitmen terhadap komitmen internasionalnya, maka Tehran harus
berunding dan pemerintah Amerika Serikat sangat antusias untuk
berunding. Dimulainya masa kerja Rohani dinilai sebagai peluang untuk
mengakhiri kekhawatiran yang ada tentang program nuklir Iran.

Pernyataan itu mengemuka di saat Rohani dalam pidatonya di parlemen
mengatakan bahwa landasan hubungan Iran dengan negara lain
bersandarkan pada interaksi konstruktif dan kepentingan kolektif,
serta bahwa pemerintahannya akan menyesuaikan sikap dan kebijakannya
setara dengan sikap dan kebijakan pihak lawan.

"Secara tegas saya menyatakan bahwa jika Anda menginginkan jawaban
yang sesuai, maka berkomunikasilah Anda dengan Iran bukan dengan
bahasa sanksi melainkan dengan bahasa penghormatan," demikian tegas
Rohani.

Rohani juga menyinggung dampak negatif dari sanksi internasional
terhadap kehidupan warga Iran dan mengatakan, "Bangsa yang memiliki
kekompakan nasional dan partisipasi tinggi dalam pemilu yang tenang
dan aman ini, tidak akan dapat dipaksa menyerah dengan menggunakan
sanksi atau ancaman perang."

Di hadapan para tamu asing yang menghadiri acara tersebut, Rohani
menandaskan, "Di dunia yang serba terkait saat ini, tidak ada kekuatan
yang dapat mengamankan dirinya dengan menebar ketakutan dan
instabilitas di pihak lain. Kesejahteraan, keamanan dan pembangunan,
adalah produk global yang tidak mungkin dapat didominasi."

Poin kunci lain dalam pidato Rohani adalah pembukaan peluang untuk
menciptakan atmosfer kepercayaan. Namun Presiden Iran menjelaskan
bahwa kepercayaan tidak dapat diwujudkan hanya sepihak dan tanpa
metode pelaksanaan yang jelas dalam hubungan bilateral.

Interaksi konstruktif, asas penghormatan timbal balik, kepentingan
kolektif dan posisi yang sejajar, menjadi poin-poin utama dalam
politik luar negeri pemerintahan Hassan Rohani.  Pidato Rohani itu
sekaligus menjadi jawaban transparan dan mengakhiri asumsi yang
berkembang mengenai berbagai kemungkinan dalam politik Iran di era
Rohani.

(irib.ir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar