"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Kamis, 13 Juni 2013

Diplomasi Sains dan Teknologi, Elemen Kekuatan Membangun Bangsa

Tidak semua Negara menempatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) sebagai pilar pembangunan ekonomi, khususnya di Negara berkembang. Agar konsep Iptek untuk mendukung pembangunan suatu bangsa dapat diterima secara baik oleh semua elemen, khususnya para pengambil kebijakan, diplomat dan politisi, diperlukan proses diplomasi yang baik.


Sehubungan dengan pentingnya memahami isu tersebut, the Centre for Science & Technology of the Non-Aligned and Other Developing Countries (NAM S&T Centre) bekerjasama dengan the Centre for Science and Technology Cooperation (CITC) of the Presidency of the Islamic Republic of Iran, menyelenggarakan workshop Internasional dengan tema ‘Science and Technology Diplomacy for Developing Countries’ di Teheran, Iran
pada tanggal 13-16 Mei 2012. Workshop diikuti oleh 25 peserta dari 17 Negara anggota NAM S&T Center dan peserta dari Iran. Peserta Indonesia diwakili oleh Kepala Balitbangda Kalimantan Selatan, Suriatinah dan Tri Sundari dari Kementerian Riset dan Teknologi.

Workshop bertujuan untuk memahami konsep Science & Technology (S&T) Diplomacy, khususnya di Negara berkembang, melakukan pertukaran pengalaman yang merupakan best practices tentang S&T Diplomacy serta mempromosikan kerjasama internasional di antara Negara anggota NAM dan sekaligus kerjasama Selatan-Selatan dan Utara-Selatan di bidang Iptek.

Workshop di buka oleh Menteri Luar Negeri Iran, H.E. Ali Akbar Salehi. Dalam pidato sambutannya Salehi menyampaikan bahwa Iptek merupakan salah satu elemen kekuatan untuk membangun bangsa. Lebih lanjut Menteri Luar Negeri menyampaikan bahwa Iran di tengah sanksi dan embargo yang dialami selama lebih dari 30 tahun, telah mampu menjadi Negara yang maju dalam bidang Iptek. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah publikasi internasional, paten dan banyaknya hasil riset yang dihasilkan telah diproduksi secara massal. Beberapa produk yang telah dihasilkan antara lain Obat untuk ulcer pada penderita diabetes (ANGIPARSTM), obat untuk meningkatkan sistem imun bagi penderita HIV/AIDS (IMODTM), produk recombinan interferon beta 1-a untuk pengobatan multiple sklerosis (CinnoVexTM), peralatan sistem navigasi untuk tindakan operasi (otak, THT, ortopedi, radioterapi), fosfat biofertilizer (BARVAR-2), teknologi komposit pada produksi resin, glass fibers, dan lain-lain. Keterbatasan membuat Iran berusaha lebih kuat untuk menjadi Negara yang maju di bidang Iptek. Hal ini sebagai bukti bahwa untuk menguasai Iptek tidaklah sulit. Akan tetapi diperlukan keahlian dalam mengatur dan membawa sumberdaya dan elemen-elemen kunci yang dimiliki suatu Negara menjadi suatu hasil akhir yang dapat dikomersialisasikan untuk kesejahteraan rakyat. Melalui pelaksanaan workshop ini diharapkan masing-masing Negara dapat belajar dan bekerjasama satu sama lain.

Indonesia sebagai Negara besar, memiliki sumberdaya alam yang melimpah dan sumberdaya manusia yang berkualitas seharusnya bisa memberikan hasil yang lebih besar. Pemerintah sudah selayaknya menciptakan iklim yang mendukung tumbuhnya kegiatan penelitian dan memberikan kepastian dan dukungan terhadap penggunaan hasil riset yang berpotensi mempunyai nilai ekonomi.

(ristek.go.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar