Tidak semua Negara menempatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) sebagai pilar pembangunan ekonomi, khususnya di Negara berkembang. Agar konsep Iptek untuk mendukung pembangunan suatu bangsa dapat diterima secara baik oleh semua elemen, khususnya para pengambil kebijakan, diplomat dan politisi, diperlukan proses diplomasi yang baik.
Sehubungan dengan pentingnya memahami isu tersebut, the Centre for Science & Technology of the Non-Aligned and Other
Developing Countries (NAM S&T Centre) bekerjasama dengan the Centre for
Science and Technology Cooperation (CITC) of the Presidency of the Islamic
Republic of Iran, menyelenggarakan workshop Internasional dengan tema ‘Science
and Technology Diplomacy for Developing Countries’ di Teheran, Iran
pada
tanggal 13-16 Mei 2012. Workshop diikuti oleh 25 peserta dari 17 Negara anggota
NAM S&T
Center dan peserta dari
Iran. Peserta
Indonesia
diwakili oleh Kepala Balitbangda Kalimantan Selatan, Suriatinah dan Tri Sundari
dari Kementerian Riset dan Teknologi.
Workshop bertujuan untuk memahami konsep Science
& Technology (S&T) Diplomacy, khususnya di Negara berkembang, melakukan
pertukaran pengalaman yang merupakan best practices tentang S&T Diplomacy
serta mempromosikan kerjasama internasional di antara Negara anggota NAM dan
sekaligus kerjasama Selatan-Selatan dan Utara-Selatan di bidang Iptek.
Workshop di buka oleh Menteri Luar Negeri Iran, H.E. Ali
Akbar Salehi. Dalam pidato sambutannya Salehi menyampaikan bahwa Iptek
merupakan salah satu elemen kekuatan untuk membangun bangsa. Lebih lanjut
Menteri Luar Negeri menyampaikan bahwa Iran di tengah sanksi dan embargo
yang dialami selama lebih dari 30 tahun, telah mampu menjadi Negara yang maju
dalam bidang Iptek. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah publikasi
internasional, paten dan banyaknya hasil riset yang dihasilkan telah diproduksi
secara massal. Beberapa produk yang telah dihasilkan antara lain Obat untuk
ulcer pada penderita diabetes (ANGIPARSTM), obat untuk meningkatkan sistem imun
bagi penderita HIV/AIDS (IMODTM), produk recombinan interferon beta 1-a untuk
pengobatan multiple sklerosis (CinnoVexTM), peralatan sistem navigasi untuk
tindakan operasi (otak, THT, ortopedi, radioterapi), fosfat biofertilizer
(BARVAR-2), teknologi komposit pada produksi resin, glass fibers, dan
lain-lain. Keterbatasan membuat Iran
berusaha lebih kuat untuk menjadi Negara yang maju di bidang Iptek. Hal ini
sebagai bukti bahwa untuk menguasai Iptek tidaklah sulit. Akan tetapi
diperlukan keahlian dalam mengatur dan membawa sumberdaya dan elemen-elemen
kunci yang dimiliki suatu Negara menjadi suatu hasil akhir yang dapat
dikomersialisasikan untuk kesejahteraan rakyat. Melalui pelaksanaan workshop
ini diharapkan masing-masing Negara dapat belajar dan bekerjasama satu sama
lain.
Indonesia sebagai Negara besar, memiliki sumberdaya alam yang
melimpah dan sumberdaya manusia yang berkualitas seharusnya bisa memberikan
hasil yang lebih besar. Pemerintah sudah selayaknya menciptakan iklim yang
mendukung tumbuhnya kegiatan penelitian dan memberikan kepastian dan dukungan
terhadap penggunaan hasil riset yang berpotensi mempunyai nilai ekonomi.
(ristek.go.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar