Kontrak blok sumur gas Mahakam di Kalimantan Timur akan berakhir 2017. Pihak asing yang takut pada ketidakpastian politik, di mana pemimpin baru RI 2014 mungkin akan tidak memperpanjang kontrak (dan bahkan mengalihkan pada Pertamina), kini "bergerilya" dengan memanfaatkan antek-anteknya di pemerintahan rezim SBY, supaya kontrak itu diperpanjang sekarang saja.
Tidak perlu menunggu sampai mendekati 2017, ketika
Jadi mumpung rezim neoliberal SBY sekarang masih tunduk dan bisa dikendalikan, bagi mereka kini harus ada kepastian kelanjutan kontrak untuk pihak asing. Kawan-kawan, jangan biarkan pihak asing menguras kekayaan alam
Penulis : Satrio Arismundar, Wartawan Senior
(theglobal-review.com)
Nasionalisasi Blok Migas
Masa jaya itu telah berlalu. Kini, ibarat manusia, ladang-ladang minyak yang ada hanyalah tinggal sumur-sumur tua yang cuma tinggal sisa-sisa. Masa keemasan itu telah terjadi pada 36 tahun yang lalu. Yakni ketika puncak produksi minyak
Karena sumber daya utamanya hanya tinggal sumur-sumur tua, cara-cara seperti pengeboran, eksplorasi dan injeksi untuk menaikkan produksi takkan banyak membantu. Tak heran, tren penurunan produksi tak bisa dihindari lantaran jarang ada penemuan blok minyak baru. Di lain sisi, pemerintah sengaja tidak menyalurkan semua minyak untuk dalam negeri karena kualitas minyak sangat bagus sehingga lebih menguntungkan kalau diekspor. Produksi minyak
Kini, sejumlah pihak harap-harap cemas soal nasib ladang minyak. Di Riau yakni Blok Siak yang dikelola PT Chevron dan South and Central Sumatera Block di Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) yang dikelola PT Medco E&P
Daerah berminat mengelolanya lewat sejumlah BUMD yang bergerak di bidang Migas. Sementara, pemegang kontrak yang lama juga masih mau melanjutkan. Bagaimanapun, keinginan daerah tentu patut didukung. Tak bisa dimungkiri, minyak dari Riau-lah yang selama lebih dari 60 tahun telah menjadi penopang terbesar untuk membiayai pembangunan
Sebab itu, nasionalisasi blok-blok Migas harus didukung dan perlu direbut dengan kerja yang sungguh-sungguh. Belajar lah dari apa yang sedang terjadi di Mahakam dan yang pernah terjadi di Bojonegoro, Langgak serta Blok CPP.
Tapi, daerah juga jangan menutup mata. Minyak adalah bisnis modal besar baik untuk investasi teknologi maupun untuk membiayai sumber daya manusianya. Karena itu, jika dipercaya menjadi pengelola, harus satu paket dengan tanggung jawabnya. Baik itu dari sisi profesionalisme maupun tanggung jawab moral kepada masyarakat. Jadi, jangan hanya mau uangnya tapi setelah itu tidak sungguh-sungguh. Cuma dengan cara tersebut, berkah sumber daya alam itu bisa bermanfaat untuk kemaslahatan rakyat, meskipun sudah sangat terlambat.
(riaupos.co)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar