Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan hal ini pada pembukaan Konferensi Tingkat
Tinggi (KTT) ke-12 Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), di Canyon Hall, Hotel
Fairmont, di kawasan Heliopolis, Kairo, Mesir, Rabu (6/2) siang waktu setempat atau petang di Jakarta.
"Pertama, organisasi kita harus menjadi net contributor terhadap
perdamanain dan keamanan dunia," kata Presiden SBY.
Dengan menjadi net contributor, lanjut Presiden SBY, akan dapat membantu mengatur dan menyelesaikan konflik yang terjadi di kalangan umat, seperti konflik Suriah dan Palestina.
"Di Suriah, kita perlu bekerja sama mengakhiri konflik dan kekerasan. Penting bagi OKI mempunyai satu pandangan untuk mendorong gencatan senjata secepatnya dan mengakhiri pertumpahan darah, memungkinkan adanya bantuan kemanusiaan, dan menyeting proses politik yang merefleksikan dan menghormati keinginan rakyat Suriah," SBY menjelaskan.
Cara kedua, OKI harus menjadi kontributor utama terhadap pertumbuhan ekonomi dan ekuitabilitas kesejahteraan dunia. "Negara-negara OKI memiliki dua pertiga migas dunia, kombinasi GDP kita merepresentasikan 8,3 persen dari ekonomi global. Kita bisa berbuat lebih banyak, karena ada fakta sebagian besar umat berada di bawah garis kemiskinan," Presiden SBY mengingatkan.
Ketiga, OKI harus menjadi net-contributor dalam mendorong demokrasi dan mempromosikan dan memproteksi HAM. "Kita harus memperkuat IPHRC (Independent Permanent Human Rights Commission) di OKI," ujar Kepala Negara.
"Pada level global, kita dipanggil untuk lebih mengintensifkan kontribusi kita dalam mempromosikan toleransi dan dialog antarkeyakinan dalam tataran global," SBY menambahkan.
Dengan menjadi net contributor, lanjut Presiden SBY, akan dapat membantu mengatur dan menyelesaikan konflik yang terjadi di kalangan umat, seperti konflik Suriah dan Palestina.
"Di Suriah, kita perlu bekerja sama mengakhiri konflik dan kekerasan. Penting bagi OKI mempunyai satu pandangan untuk mendorong gencatan senjata secepatnya dan mengakhiri pertumpahan darah, memungkinkan adanya bantuan kemanusiaan, dan menyeting proses politik yang merefleksikan dan menghormati keinginan rakyat Suriah," SBY menjelaskan.
Cara kedua, OKI harus menjadi kontributor utama terhadap pertumbuhan ekonomi dan ekuitabilitas kesejahteraan dunia. "Negara-negara OKI memiliki dua pertiga migas dunia, kombinasi GDP kita merepresentasikan 8,3 persen dari ekonomi global. Kita bisa berbuat lebih banyak, karena ada fakta sebagian besar umat berada di bawah garis kemiskinan," Presiden SBY mengingatkan.
Ketiga, OKI harus menjadi net-contributor dalam mendorong demokrasi dan mempromosikan dan memproteksi HAM. "Kita harus memperkuat IPHRC (Independent Permanent Human Rights Commission) di OKI," ujar Kepala Negara.
"Pada level global, kita dipanggil untuk lebih mengintensifkan kontribusi kita dalam mempromosikan toleransi dan dialog antarkeyakinan dalam tataran global," SBY menambahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar