Usai perang dingin Uni Soviet Runtuh, kapitalis dianggap ideologi paling unggul di dunia ini dikatakan oleh Francis Fukuyama, kemudian dibantah oleh Samuel Huntington, tidak ada ideologi yang menjadi permanen konflik yaitu Islam (Militan). Dalam bukunya Samuel Huntington “Who Are We” menganggap usai perang dingin menganggap Islam adalah sebagai musuh utama Amerika. inilah yang dilakukan Amerika dalam penyerangan Irak, hanya dengan berdasarkan asumsi Irak diserang hingga pada kejatuhan Saddam Husein.
Begitu pula tahun 2001 pada penyerangan Afghanistan,
setelah ada stigma Afganistan menyembunyikan Osama Bin Laden. Begitulah sebagai
gambaran bahwa kapitalis selalu menggunakan cara yang intinya adalah ingin
mencari bahan baku
semurah-murahnya dan menguasai pasar seluas-luasnya. Karena inti atau watak
dari kapitalis adalah akumulasi modal dengan berbagai cara dan metode.
Sehingga yang terjadi sekarang adalah perang 10
tahun Irak dan Afghanistan
sudah selesai, rupanya ada perlawanan yang maha dahsyat sehingga ini
mengakibatkan kebangkrutan Amerika. Karena ciri khas dari Amerika adalah
menggunakan politik proteksi yaitu dimana tentara maju kedepan kemudian
didukung oleh pengusaha kemudian mereka sharing saham dengan kroni dan
lingkungan dalam termasuk NATO dan ISAF yang kini sudah jarang muncul, ini
anggota banyak dari Australia dan Asia. Kemudian mereka sharing saham untuk
“kepemilikan” masing-masing kota.
Ketika perang tersebut sudah berlangsung selama 10 tahun ternyata modal tidak
kembali bahkan minyak pun tidak terangkut ke bumi Amerika maka bangkrutlah
Amerika.
Ada perubahan metode dari invasi militer, yang ternyata
memerlukan banyak biaya dan legitimasi internasional, mereka mengubah menjadi
yang namanya Provincial Reconstruction Team (PRT). Dan ini dilakukan di
negeri-negeri Jalur Sutera. Intinya dari jalur Xinxiang
(China), Turkmenistan, mesir, syria kemudian mengurai sampai ke
Eropa dan terakhir ke Afrika Utara, di Maroko. Itulah negeri-negeri jalur
sutera yang merupakan jalur ekonomi dunia, termasuk jalur militer bahkan jalur
ini telah disamarkan oleh sesepuh Amerika yaitu Laksamana Alfred Mahan, yang
mengatakan barang siapa yang menguasai lautan Hindia maka dia akan menjadi
kunci percaturan dunia.
Oleh karena itu pada tahun kemarin Amerika mencaplok
Pulau Socotra. Lokasi pulau itu sekitar 80-an Km dari Tanduk Afrika (Horn of
Africa). Menghubungkan Laut Mediterania menuju Asia Selatan, Tenggara dan
kawasan Timur Jauh melalui Terusan Suez, Laut Merah serta Teluk Aden. Ini
merupakan rute perdagangan dunia, serta tempat transitnya kapal-kapal tanker
minyak dunia.
Lokasinya pada 3000-an Km dari pangkalan militer di
Diego Garcia, di Kepulauan Chagos, Lautan India – merupakan fasilitas militer
AS terbesar di luar negeri. Artinya jika menemui kontinjensi mendesak maka
permintaan bantuan dan perkuatan militer ke Socotra
sangat mudah lagi cepat.
Itulah jalur sutera yang mungkin selalul diincar
oleh seluruh ideologi di seluruh dunia. Termasuk ideologi kapitalis yang
terdiri dari Amerika dan negara-negara barat.
Kebangkrutan Amerika adalah salah satu kesalahan
dari Samuel Huntington yang mengatakan Islam adalah ideologi, padahal Islam
bukanlah ideologi tetapi agama dari langit. Ideologi adalah hasil olah pikir
dari manusia yang secara terbatas yang melahirkan peradaban. Kalau Islam adalah
agama. Maka ketika olah pikir manusia dibandingkan dengan agama dari langit
maka tidaklah tepat.
Amerika sekarang hanya ada di media, karena ada
perubahan metode di negara-negara Timur Tengah. Dimana method tersebut sudah lepas
kendali. Sebenarnya yang digoyang adalah negara-negara boneka Amerika tetapi
mereka sudah mulai durhaka, karena Amerika sudah bangkrut kok diam-diam saja.
Disinilah ada perubahan-perubahan metode menjadi
PRT per kota
dengan mengangkat tema-tema sentral yaitu kemiskinan, ketidakadilan dan
lain-lain, yang pada dasarnya sudah ada. Dengan ideologi kapitalis yang telah
diadopsi membuatnya menjadi miskin, misalnya berhutang kepada IMF. Bisa dilihat
pada bukunya Jhon Perkin, dimana dia membuat laporan palsu kemudian IMF
melakukan campur tangan yang pada akhirnya membuat bangkrut negara yang
bersangkutan. Karena memang 90% pinjaman itu digunakan untuk membangun
infrastruktur perusahaan-perusahaan asing, sementara sisanya baru digunakan
untuk negara yang berhutang. Dan hutangnya tersebut tetap dibayarkan oleh
negara yang berhutang. Keuntungan tersebut hanya dirasakan oleh segelintir
elite karena pembangunan infrastruktur itu proyeknya dikerjakan oleh para
pejabat dan kroninya. Jadi berhutang tetapi justru semakin miskin juga.
Akhir dari penyampaian ini adalah untuk
menghancurkan kapitalisme global, kita harus belajar dari Iran, venezuela, Kuba dan lainnya. Dimana
yang pertama adalah kemandirian, yaitu pemimpin yang independen dan didukung
oleh rakyatnya. Kemudian ketahanan nasional. Kalau ini sudah dimiliki maka kita
baru dapat menggebuk ular kapitalisme yang telah membuat miskin rakyat.
Kedua, baru kita melangkah pada menghancurkan
methodenya. Dimana pertama yang dilakukan adalah karena kita melihat kapitalis
mengedepankan mencari pasar seluas-luasnya dan mengambil bahan baku
semurah-murahnya, maka untuk di Indonesia
adalah kita semarakkan koperasi-koperasi karena bisa menjadi langkah awal.
Sekarang ini koperasi dianggap masa lalu oleh negeri ini dan banyak lembaga-lembaga
perbankan modern. Sebenarnya koperasi merupakan soko guru bangsa.
Untuk yang kedua adalah lumpuhkan man power /
tenaga ahlinya. Yang dimaksud dalam hal ini adalah para operator-operator dalam
konsep ini. Atau di Indonesia disebut komparador, antek-antek, atau para
pelacur-pelacur pembangunan. Dimana sering menggunakan tokoh-tokoh masyarakat,
jawara, dan pejabat. Perubahan inilah yang dilakukan dari invasi militer ke
pola PRT.
Tahap ketiga ialah menghancurkan mesin kapitalis,
yaitu para pencetak-pencetak uang. Mereka adalah para perusahaan asing yang
memiliki saham begitu besar di Indonesia.
Seperti PT. Freeport, PT. Exxon Mobil, dan lain sebagainya, yang telah memiliki
saham lebih dari 90% di Indonesia.
Ini harus dinasionalisasikan. Dari sini mungkin kita baru bisa menjadi bangsa
yang merdeka sejatinya. Oleh karena saat ini Indonesia menjadi perawan yang
tengah tertidur, belum terbangun dan bersolek. Tetapi sudah diserbu oleh
berbagai investor. Sementara kita sendiri tidak menyadari Undang-undang kita
misalnya mengenai Penanaman Modal Asing (PMA) dimana saham-sahamnya boleh
dimiliki sebesar 95% oleh asing. Padahal pada jaman Bung Karno, asing hanya
boleh sebesar 5%. Dan pada tahun 1968 berubah menjadi 45%.
Penulis : M. Arief Pranoto - Pemerhati Masalah
Internasional dari Global Future Institute (GFI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar