"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Sabtu, 12 Januari 2013

Kegagalan Konspirasi AS dalam Perspektif Rahbar


Tanggal 13 Aban diperingati oleh orang-orang Iran sebagai sebagai ‘Hari Melawan Kekuatan Arogan Global'. Pada tanggal 13 Aban 1358 Hs yang bertepatan dengan 4 November 1979, mahasiswa revolusioner Iran mengambilalih Kedubes AS yang diyakini telah berubah menjadi sarang spionase untuk menggulingkan Republik Islam Iran yang baru lahir. 


Berbagai dokumen yang ditemukan di dalam kedutaan tersebut menunjukkan bahwa Washington menggunakan perwakilannya di Tehran ketika itu untuk merancang kudeta terhadap Republik Islam. Pendiri Republik Islam Imam Khomeini memuji langkah para mahasiswa itu, dan menyebutnya sebagai "Revolusi Kedua" bagi bangsa Iran.


Sebaliknya, Washington memandang aksi tersebut sebagai sinyal perang terhadap AS. Sejak itu, Gedung Putih melancarkan berbagai cara untuk melumpuhkan Republik Islam. Namun tidak ada satupun yang berhasil, semuanya kandas membentur dinding. Pasca pengambilalihan perwakilan pemerintah AS di Tehran, Washington melancarkan operasi Eagle Claw pada 24 April 1980. Namun di luar prediksi Pentagon, serangan tersebut gagal total. Setelah itu, AS semakin gencar menekan Iran dari berbagai sisi. Terkait hal ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan, "Pada peristiwa 13 Aban 1343 HS (4 November 1964) yang terkait dengan pengasingan Imam Khomeini (ra), maupun peristiwa pembunuhan para pelajar oleh kaki tangan rezim Pahlevi tahun 1357 HS (4 November 1978), ataupun peristiwa pengambilalihan sarang spionese (kedutaan Besar Amerika Serikat di Tehran) tahun 1358 HS (4 November 1979) muncul dua kubu, bangsa Iran dan Imam Khomeini ada di satu sisi, sementara di sisi lain adalah rezim AS. Ini menunjukkan adanya pertarungan antara bangsa Iran dan pemerintah AS,"

Rahbar dalam pertemuan dengan ribuan pelajar dan mahasiswa Rabu pagi (31/10) menjelaskan periode perjuangan bangsa Iran selama 60 tahun melawan kekuatan arogan global. Beliau menekankan bahwa dalam pertarungan ini AS mengalami kekalahan beruntun yang membuatnya kehilangan kekuatan politik, ekonomi, militer dan prinsip pemikirannya. Sementara itu, pemerintahan Islam semakin maju secara materi dan spiritual.

Dalam pandangan Ayatullah Khamenei, gelombang permusuhan AS terhadap Iran kian hari bukannya semakin surut, tapi justru kian pasang. Perjuangan itu sudah dimulai sejak AS terlibat langsung dalam kudeta 28 Mordad 1332 HS (19 Agustus 1953) untuk menggulingkan pemerintahan Mosaddeq. Beliau menandaskan, "Dalam peristiwa itu, demi kepentingan arogansinya, dalam sebuah skenario bersama Inggris, AS terlibat kudeta untuk menggulingkan pemerintahan Dr Mosaddeq. Padahal, Mosaddeq tak punya permusuhan apapun dengan AS bahkan mempercayainya. Dengan kudeta itu, AS membuat Mohammad Reza Pahlevi berkuasa penuh di negara ini."

Lebih lanjut Rahbar menyebut kebangkitan rakyat pada 15 Khordad 1342 HS (5 Juni 1963) sebagai akibat dari kekejaman rezim dukungan AS yang berlangsung selama sepuluh tahun setelah kudeta. Beliau menambahkan, "Akhirnya AS terlibat secara langsung dan menuntun rezim untuk mengasingkan Imam Khomeini pada tahun 1343 (1964). Secara lahiriyah, rezim berhasil menguasai keadaan padahal ini bukan kemenangan yang hakiki baginya."

Menyinggung kondisi mencekam di Iran sejak tahun 1964 dan hegemoni mutlak AS sehingga membuatnya mudah melakukan apa saja termasuk menjarah kekayaan negara ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan, "Akhirnya, lahir gerakan agung rakyat Iran di bawah kepemimpinan Imam Khomeini. Dengan resistensi dan pengorbanannya, revolusi Islam bangsa ini berhasil mencapai kemenangan pada tahun 1979 dengan menumbangkan pemerintahan yang hanya bergantung kepada AS."

Beliau menyebut pembentukan pemerintahan Islam setelah perjuangan yang berlangsung selama 25 sebagai kemenangan bangsa Iran atas AS, seraya menambahkan, "Permusuhan dan gangguan AS dimulai sejak awal kemenangan revolusi Islam. Pusat semua konspirasi itu adalah kantor Kedutaan Besar AS di Tehran yang sekarang dikenal dengan nama sarang mata-mata."

Menurut Rahbar, aksi para mahasiswa sebagai lapisan paling istimewa dalam perjuangan bangsa Iran yang menduduki sarang mata-mata AS pada 13 Aban 1358 HS (4 November 1979) adalah kekalahan telak lainnya yang diderita AS. Tak heran jika dalam 34 tahun terakhir ini, AS selalu berkonspirasi dan melakukan tipudaya untuk membalas kekalahan besar yang dideritanya tahun 1979. Sebab, kekalahan saat itu bukan hanya kekalahan AS di Iran, tapi juga di seluruh kawasan. Ayatullah Khemenei menuturkan, "Apa yang kita saksikan di utara Afrika dan Dunia Arab saat ini, juga kian besarnya kebencian bangsa-bangsa dunia terhadap AS adalah hasil dari kekalahan di masa itu."

Mengenai hasil pertarungan antara AS dan Iran, Ayatullah Khamenei mengatakan, "Masalah yang sangat penting adalah siapakah yang memenangi pertarungan enam dekade ini. Sebab, jika satu bangsa yang beriman, bertekad kuat dan bertawakkal kepada Allah Swt berhasil keluar sebagai pemenang, maka bangsa itu akan menjadi panutan bagi bangsa-bangsa lain, dan akan lahir filosofi baru untuk sejarah yang berlandaskan pada prinsip-prinsip ajaran Islam."

Setidaknya terdapat sejumlah alasan mengapa Rahbar menyebut bangsa Iran sebagai pemenang pertarungan melawan AS. Pertama, keberhasilan Iran melahirkan sistem demokrasi religius yang diwarnai dengan partisipasi luas rakyat dalam pemilihan umum yang berlangsung sejak 34 tahun lalu. Ayatullah Khamenei mengatakan, "Inilah revolusi yang dijanjikan oleh AS untuk dihancurkan dalam hitungan beberapa bulan. Tapi sekarang, revolusi ini telah meraih tempatnya yang istimewa di kawasan dan di dunia."

Kedua, pemerintahan Republik Islam kian hari semakin kokoh. Selama 34 tahun ini pemerintahan Islam di Iran bukannya runtuh tetapi justru semakin kuat, besar dan bersinar. Buktinya adalah generasi muda Iran saat ini. Meski tidak menyaksikan rangkaian peristiwa revolusi dan tidak mengalami masa perang pertahanan suci, juga tak pernah melihat Imam Khomeini, tetapi semangat, tekad dan keimanan mereka sama seperti para pemuda yang membidani kelahiran revolusi. Mereka ada di semua lini untuk bekerja, berusaha dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terkait masalah ini, Rahbar menyinggung partisipasi luas generasi muda dalam berbagai acara religius seperti acara pembacaan doa Arafah, i'tikaf, malam Lailatul Qadr, dan acara duka bulan Muharram.

Ketiga, di tengah derasnya kampenya hitam media mainstream dan gelombang tekanan negara-negara arogan dunia, Iran dan Imam Khomeini semakin dikenal di dunia sebagai model alternatif melawan hegemoni global.

Keempat, di tengah gencarnya tekanan Barat, Iran meraih kemajuan Iran di berbagai bidang, dari sains dan teknologi serta pembangunan, kematangan wawasan, pengaruh, dan kontribusi Iran di arena regional dan global. Selain itu, Iran juga mengukir kemajuan di bidang spiritual seiring dengan kemajuan material.

Di sisi lain, posisi dan kedudukan AS kian hari semakin merosot di arena internasional. Pemimpin Besar Revolusi Islam menjelaskan posisi dan kedudukan AS saat ini seraya menandaskan, "Tak ada yang meragukan bahwa dibanding tiga puluh tahun yang lalu, dari sisi kekuatan dan wibawa di dunia, AS saat ini sudah terpuruk hingga tiga puluh level lebih rendah. Orang AS sendiri mengakui kenyataan ini."

Dalam masalah demokrasi, kebohongan AS juga sudah terkuak di mata dunia. Tak ada lagi orang yang ragu bahwa AS yang mengaku memperjuangkan demokrasi justeru membela rezim-rezim yang paling otoriter dan diktator di kawasan dan di dunia. AS pun mengalami kekalahan dalam berbabagi perang yang disulutnya sendiri. Gedung Putih harus menebus kekalahan telak dalam perang di Irak, Afghanistan, dan lainnya. Washington pun mengalami kegagalan dalam mewujudkan Proyek Timur Tengah Baru. Tentang keberhasilan Iran menghadapi konspirasi AS, Rahbar dalam pidatonya mengungkapkan kunci utamanya, "Inilah pelajaran berharga, ketika sebuah bangsa (seperti Iran) memiliki tekad baja dan resisten, bertawakal kepada Allah swt dan berjuang dengan harta dan jiwanya, mereka berhasil menjadi pemenang dalam perjuangan sulit dan pertarungan terbesar, meskipun tidak memiliki dana sebesar musuh, persenjataan dan kemajuan sains yang tidak sebanding dengan musuh, penduduk yang jauh lebih kecil dari musuh, medianya pun tidak satu persenpun dari jumlah yang dimiliki musuh."

(IRIB Indonesia/PH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar