Mohammad Javad Aqajari, Direktur Departemen Kebudayaan dan Bimbingan Islam untuk media asing, pada Senin (2/4) kepada IRNA mengatakan, tindakan itu diambil setelah Reuters memanipulasi laporan tentang atlet perempuan Iran dengan mengenalkan mereka sebagai teroris.
Dia menambahkan, beberapa wanita yang ikut seni bela diri tersebut adalah mahasiswa atau ibu rumah tangga. Mereka memilih olahraga ini hanya atas dasar kepentingan pribadinya.
Javad Aqajari menandaskan, laporan Reuters yang menyebut atlet Ninjutsu
"Di Republik Islam
Javad Aqajari mengatakan, laporan Reuters tersebut membuktikan bahwa kantor berita itu berupaya memanipulasi opini publik dunia.
Pada tanggal 18 Februari, Reuters menunjukkan sejumlah perempuan
Laporan tersebut menyebutkan bahwa para atlet adalah pembunuh yang menyamar untuk melayani kepentingan Republik Islam.
"Ini dapat membahayakan peluang kami untuk bepergian ke negara lain guna ambil bagian dalam turnamen global dan kejuaraan internasional, sebab Reuters dianggap oleh banyak orang sebagai sumber yang dapat dipercaya," kata seorang atlet Raheleh Davoudzadeh.
Akbar Faraji, pendiri Ninjutsu di Iran kurang lebih 22 tahun yang lalu, mengutuk tuduhan media Inggris itu dan mengatakan bahwa murid-muridnya akan melakukan tindakan hukum terhadap Reuters hingga akhir.
"Kami telah mengajukan gugatan pencemaran nama baik terhadap Reuters dan kami berniat untuk menindaklanjutinya sejauh yang diperlukan, karena ini adalah masalah reputasi," katanya.
(IRIB Indonesia/RA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar