"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Kamis, 20 Desember 2012

Obat Mujarab Iran Dibalas Sanksi Oleh AS


Obat-obatan Iran telah menyelamatkan nyawa warga Amerika, sementara sanksi ilegal negara adidaya itu terhadap Republik Islam mempengaruhi kehidupan banyak pasien Iran.


Sebuah laporan hari Ahad (2/12) di situs Wall Street Journal mengatakan, Departemen Pertahanan AS membutuhkan obat-obatan yang diteliti dan diproduksi oleh Iran untuk mengobati pasukan asing di Afghanistan, yang digigit oleh Oxus cobra, ular beludak dan jenis ular lainnya khas Barat Daya Asia.


"Petunjuk medis yang dikeluarkan oleh Komando Sentral AS mengatakan obat yang diproduksi oleh Razi Vaccine & Serum Research Institute harus menjadi pilihan pertama terapi antivenin," kata laporan itu mengutip keterangan seorang perwira Amerika.

"Antivenin Iran adalah yang terbaik," kata Kolonel Rob Russell, direktur medis di apotek Camp Bastion Inggris di Afghanistan, yang berdekatan dengan pangkalan marinir AS, Camp Leatherneck.

Laporan tersebut menyoroti fakta bahwa antivenin yang diproduksi di Amerika dan disetujui oleh US Food and Drug Administration (FDA) tidak akan bekerja pada gigitan ular Afghanistan.

Sementara itu, sanksi-sanksi ilegal Amerika telah mengancam kehidupan pasien Iran. Meskipun Washington tidak secara khusus memberlakukan larangan pada perusahaan-perusahaan Amerika untuk menjual obat-obatan dan perlengkapan medis ke Iran, namun para eksportir diminta untuk mengajukan permohonan izin khusus.

Kemustahilan mentransfer uang melalui bank akibat sanksi AS telah mempersulit pasokan obat-obatan tertentu ke Iran, sehingga membahayakan kehidupan jutaan pasien yang menderita penyakit khusus seperti, talasemia, hemofilia, hepatitis, multiple sclerosis, diabetes dan banyak lainnya.

Pada November lalu, seorang remaja penderita hemofilia Iran meninggal di rumah sakit karena kekurangan obat-obatan yang dibutuhkan disebabkan oleh sanksi yang dipimpin AS. 
(IRIB Indonesia/RM)
***********************************************

Sanksi Obat untuk Iran Dijatuhkan, Sekjen PBB Diam



Kepala Dewan Kedokteran Iran mengecam Sekjen PBB Ban Ki-moon karena diam saja ketika AS menjatuhkan sanksi yang melarang penjualan obat dan peralatan medis ke Iran.

Dalam sebuah surat yang ditulis pada hari Selasa (6/11/12) untuk Ban Ki-moon, Shahaboddin Sadr menggambarkan larangan AS dan sekutunya itu sebagai sebuah tindakan yang tak manusiawi.

"Larangan ini menunjukkan wajah asli para tiran. Juga menegaskan poin bahwa program nuklir Iran hanya dalih semata untuk menyerang rakyat Iran dan Revolusi Islam," tambahnya.

"Pak Ban Ki-moon! Berikut adalah pertanyaan saya: Berdasarkan hukum dan moral mana, kreteria agama dan manusia mana hingga PBB yang Anda pimpin hanya diam ketika kekuatan jahat dan negara-negara arogan memaksakan embargo obat-obatan dan kebutuhan kesehatan primer bagi anak-anak, perempuan dan laki-laki suatu negara?" begitu pertanyaan Sadr dalam suratnya pada Sekjen PBB.

"Saya punya pertanyaan lain: Apakah PBB dengan Dewan Keamanannya, yang menurut Pemimpin Revolusi Islam (Ayatullah Sayyid Ali Khamenei) mempunyai struktur non-logis, non-demokratis dan diktator, dapat menjamin keamanan bagi negara-negara di dunia? "

Pejabat Iran itu mengatakan sanksi sepihak ilegal yang baru-baru ini dijatuhkan Amerika Serikat dan Uni Eropa akan membuat Iran mustahil mendapatkan obat yang dibutuhkan bagi pasien yang menderita beberapa penyakit berbahaya. Jutaan pasien yang menderita penyakit diabetes, gagal ginjal, hemofilia, multiple sclerosis, talasemia, dan leukemia akan sangat menderita akibat sanksi tersebut. 

Sanksi terbaru AS itu dijatuhkan hanya berdasar tuduhan tak berdasar bahwa Iran sedang mengejar tujuan militer dalam program energi nuklirnya. Iran tentu saja menolak tuduhan itu. Karena sebagai penandatangan Perjanjian Non-Proliferasi dan anggota Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Iran berhak menggunakan teknologi nuklir untuk tujuan damai.[IT/r]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar