"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Senin, 31 Desember 2012

Bunga dan Tradisi Tahun Baru di Iran


Oleh media-media Barat, Iran diperkenalkan sebagai negara yang masyarakatnya fundamental dan radikal, bahkan CNN menyebut mereka sebagai orang-orang yang keras kepala. Namun, ada fenomena menarik yang jarang diungkap mereka mengenai masyarakat Iran. Bagi yang pernah mengunjungi Iran, pasti tahu benar fenomena ini.


Masyarakat Iran adalah masyarakat yang begitu gandrung dengan bunga-bungaan. Ukiran pintu dan dinding-dinding tiap bangunan, pagar, halte bis, desain papan-papan reklame selalu dengan motif bunga-bungaan. Bahkan kaligrafi Allah dalam motif bunga menghiasi bendera kebangsaan negeri Persia ini.
Saling memberi bunga pun menjadi budaya yang mengakar di dalam masyarakat yang dipimpin para Mullah ini. Dari ulang tahun, melamar, menyambut kelahiran, anak, menjenguk orang sakit, melayat, menjemput keluarga di bandara atau stasiun kereta api, bertamu, meminta maaf, mengucapkan selamat dan merayakan hari-hari penting sudah menjadi kebiasaan untuk saling memberi minimal setangkai bunga. Murid-murid sekolah di hari guru (bertepatan dengan hari syahidnya Murtadha Muthahari) membawa setangkai bunga untuk diserahkan kepada gurunya. Di hari Ibu dan Perempuan (bertepatan dengan kelahiran Sayyidah Fatimah) para suami berjalan kaki sepulang kerja dengan membawa bunga di tangan. Mereka sengaja tidak berkendara agar bunga di tangan tetap tidak hilang kesegarannya dan tidak rusak ketika diberikan kepada sang istri. Sementara anak-anak sepulang sekolah berdesak-desakan di kios-kios penjual bunga untuk membeli setangkai bunga untuk ibu mereka. Karenanya tak heran, di setiap sudut jalan selalu saja ada kios penjual bunga.

Sejarahpun menyisakan catatan mengenai bunga dan perannya dalam revolusi Islam Iran. Revolusi Islam Iran 1979 juga dikenal dengan sebutan "Revolusi Bunga". Hari itu, rakyat Iran menghadapi kekuatan militer Syah yang memiliki persenjataan paling lengkap dan personel polisi yang paling mengerikan di dunia -saat itu- dengan lontaran bunga. Dengan lontaran bunga itulah mereka bisa memukul mundur militer dan meruntuhkan Dinasti Pahlevi. Sejak dari sinilah, masyarakat Iran semakin mencintai bunga-bunga dan seolah-olah tidak bisa melepaskan kehidupannya dengan bunga. Romantisme masyarakat Iran yang dibahasakan lewat bunga inilah yang jarang diungkap media.

Begitu juga dalam menyambut tahun baru Iran. Kios-kios penjual bunga menjamur di jalan-jalan. Semacam kewajiban bagi mereka, memberi ucapan selamat tahun baru sembari menyerahkan bunga. Selain itu, terdapat beberapa tradisi khusus masyarakat Iran dalam menyambut dan merayakan tahun baru mereka. Dalam penanggalan Iran hari tahun baru adalah hari pertama di musim semi (disebut Fasl-e Bahor) yang tahun ini bertepatan dengan 21 Maret. Sistem penanggalan Iran telah disusun sejak 1725 tahun sebelum Masehi dan terus mengalami penyempurnaan hingga kini. Dimasa kekhalifaan Islam, kalender Iran mengalami penyesuaian dengan kalender Islam dan disebut dengan Kalender Hijriyah Syamsi sebab penentuan tanggal Iran berdasar pada edar bumi terhadap matahari dan disebut Hijriyah karena tahun pertamanya juga dihitung dari hijrahnya Rasulullah saw ke Madinah. Adanya perbedaan jumlah hari dalam setahun dengan kalender Hijriyah Qamari menyebabkan jalannya tahun pada kalender Iran lebih lambat dan tahun baru memasuki 1390 HS sementara kalender Hijriyah telah memasuki tahun ke 1432 H. 

Tradisi menyambut tahun baru (mereka menyebutnya Nouruuz) dimulai sejak dua-tiga minggu sebelum bulan Esfand (bulan terakhir dalam penanggalan Iran) berakhir. Hari-hari itu para ibu disibukkan dengan membersihkan rumah dan berbelanja hiasan baru untuk rumah mereka. Dengan adanya kebiasaan ini tentu saja pengeluaran di akhir tahun juga semakin bertambah, maka umumnya, kantor negara atau perusahaan di akhir tahun memberikan memberikan bonus atau hadiah tahun baru. Banyak sesuatu yang harus tersedia dalam prosesi penyambutan tahun baru. Diantara kebiasaan mereka adalah membeli ikan mas kecil dan bibit gandum yang telah tumbuh sekitar 4-7 cm, konon katanya tradisi ini telah berumur 15.000 tahun.

Dalam menyambut detik-detik masuknya tahun baru di hari terakhir tahun yang akan ditinggalkan, semua anggota keluarga dengan menggunakan pakaian terbaik mereka -biasanya selalu baru- akan duduk mengelilingi meja makan.

Di atas meja makan telah tersedia tujuh buah jenis makanan, yang kesemuanya berawalan huruf sin (abjad Arab). Mereka menyebut makanan tersebut dengan haft-e sin (tujuh huruf sin) yang merupakan pelambang tujuh kreasi ciptaan Allah yang harus disyukuri dan dipelihara. Ketujuh makanan tersebut terdiri dari :
- Serkeh (cuka) yang bisa mengawetkan makanan melambangkan usia yang panjang dan kelestarian
- Sir (bawang putih) yang melambangkan penyembuh
- Samanu (semacam manisan yang terbuat dari gandum) yang melambangkan kemakmuran
- Sib (apel) melambangkan kecantikan dan kesegaran
- Sabzi (sayuran) melambangkan kesuburan dan kehidupan
- Sumac (bumbu yang biasa ditaburkan pada kebab) melambangkan warna matahari terbit,
- Senjed (buah-buahan kering) yang melambangkan cinta dan perlindungan. 

Yang juga biasanya tersaji di meja makanan adalah bibit gandum yang sudah tumbuh 4-7 cm di taruh pada keranjang kecil, cermin, Al Quran, ikan mas hidup dalam toples kaca, lilin, dan telur yang berwarna warni lebih seringnya berwarna bendera kebangsaan Iran. Lilin pelita disimbolkan sebagai lambang penerangan dan cahaya kehidupan. Cermin merefleksikan masa lalu agar bisa menentukan rencana apa yang akan dilakukan di masa depan. Bibit gandum biasanya sesuai dengan jumlah anggota keluarga melambangkan produktivitas. Telur yang didekorasi dengan warna kebangsaannya melambangkan sentuhan patriotisme. Ikan mas dalam toples melambangkan hidup yang penuh aktivitas dan gerakan. Terakhir, Kitab Suci (bagi yang muslim, Al-Qur'an) melambangkan apapun yang mereka lakukan harus ditujukan hanya kepada Tuhan yang Esa dan berpedoman pada Kitab Suci.
Ketika pemerintah melalui televisi secara resmi mengumumkan saat pergantian tahun, maka seluruh anggota keluarga saling berangkulan, mengucapkan selamat dan saling memberi bunga di antara mereka. Kepala keluarga lalu membacakan Al Quran dan doa-doa keselamatan. Kemudian dilanjutkan dengan acara makan bersama, sebagai lambang keharmonisan keluarga mereka. Di Qom, masyarakat Iran tumpah ruah di halaman kompleks pemakaman Sayyidah Maksumah, mereka melakukan do'a bersama dalam menyambut tahun baru 1390 HS yang jatuh pada pukul 15.13.

Hari-hari selanjutnya adalah hari saling mengunjungi sanak famili dan handai tolan serta berekreasi di tempat wisata dan berlangsung selama 12 hari kedepan. Secara resmi hari-hari tersebut adalah hari-hari libur. Diantara berbagai perayaan tahun baru di dunia bisa jadi perayaan tahun baru di Iran inilah yang terpanjang.

Di dekat apartemen saya, Ogoye Hasani yang biasanya hanya menjual buah dan sayur-sayuran, memanfaatkan momentum tahun baru dengan menambah usahanya dengan menjual ikan mas dan pernak-pernik tahun baru. Namun ada yang unik dari jualannya, dia juga menjual anak ular hidup dan ditaruhnya dalam toples bening. Ketika ditanya anak ular itu pelambang apa, dia menjawab, "Ini adalah pelambang kreativitas, masa yang di dalam toples tiap tahun ikan mas melulu". Saya hanya tersenyum, mungkin Ogoye Hasani lupa, filosofi ikan mas melambangkan kelincahan dan aktivitas, sedangkan ular cenderung malas bergerak. Dan terlebih lagi, memandangi ular di meja sajian sangat beresiko, sebab dapat mengganggu selera makan. Tapi itulah tahun baru, bagi masyarakat Iran –setidaknya oleh Ogoye Hasani- harus selalu ada kreativitas yang baru.

Nouruuz Mubarak Bod.


*Ismail Amin (abna.ir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar