"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al-Hujuraat [49] : ayat 13)

Sabtu, 20 Oktober 2012

Pertemuan Pemimpin Majlis Ulama Indonesia (MUI) dengan Pelajar Indonesia di Iran


Di hadapan lebih dari seratus pelajar Indonesia yang belajar di Iran, Prof.Umar Shihab menyatakan, "Sunni dan Syiah bersaudara, sama-sama umat Islam, itulah prinsip yang dipegang oleh MUI. Jika ada yang memperselisihkan dan melagakan keduanya, mereka adalah penghasut dan pemecah belah umat, mereka menentang Allah (s.w.t) yang menghendaki umat ini bersatu." 


Pemimpin Majlis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Prof. DR. Kiyai Haji Umar Shihab beserta beberapa anggota rombongan dalam kunjungan ke Iran atas undangan Majma Taghrib bainal Mazahib sempat menghadiri pertemuan dengan pelajar Indonesia yang sedang menekuni pelajaran di kota suci Qom, Iran.
Pertemuan yang dipengerusikan oleh Sayyid Farid, salah seorang ulama Iran yang sering berkunjung ke Indonesia bertempat di kediaman beliau di Mujtama Maskuni Ayatullah Sistani, Qom. Lebih dari seratus pelajar Indonesia beserta keluarga hadir dalam pertemuan sederhana yang berlangsung kurang lebih dua jam tersebut. 

DR. Khalid Walid, wakil ketua Suruhanjaya Ukhuwah Islamiyah MUI memberikan sambutan pengantarnya dengan menjelaskan kedatangan rombongan MUI ke Iran atas undangan Majma Taghrib bainal Mazahib. Rombongan MUI terdiri dari ketua pusat, beberapa ketua harian dan ketua suruhanjaya, namun beberapa dari rombongan telah bertolak ke tanah air sehingga tidak sempat mengikuti pertemuan dengan para pelajar Indonesia tersebut. "Dalam kunjungan ini kami telah melakukan beberapa hal, di antaranya, atas nama ketua MUI. KH. Prof. DR. Umar Shihab dan atas nama Majma Taghrib bainal Mazahib Ayatullah Ali Tashkiri, telah menurunkan tandatangan MOU kesepakatan bersama. Di antara perkaranya adalah kesepakatan untuk melakukan kerjasama antara MUI dengan Majma Taghrib bainal Mazahib dan pengakuan bahwa Syiah adalah termasuk mazhab yang sah dan benar dalam Islam", Jelas DR. Khalid.

Lebih lanjut beliau menjelaskan,"Di antara bentuk kerjasama yang disepakati adalah pengiriman para peneliti dan ulama Indonesia ke Iran untuk mengikuti pertemuan dan pendidikan khusus mengenai beberapa hal di Iran begitu juga sebaliknya, ulama-ulama dan peneliti Iran akan berkunjung ke Indonesia. Di samping itu juga kita telah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran, Jabatan Pengurusan Haji dan juga berkunjung ke Majlis Industri Komersial Iran untuk bekerjasama dalam produk halal. Insya Allah, jalinan kerjasama ini diharapkan dengan tujuan mengeratkan hubungan antara Republik Islam Iran dengan masyarakat muslim Indonesia." 

"Semoga dengan adanya kesepakatan dan kerjasama tersebut ukhuwah Islamiyah dapat terjalin dengan baik dan kedua belah pihak dapat saling memahami." Harapnya. 

Perpecahan dan Kebodohan, Ujian bagi Umat Islam Saat Ini.

Selanjutnya, KH. Prof. DR. Umar Shihab menyampaikan nasihatnya di hadapan pelajar. Beliau menyatakan bahawa hidup di dunia ini penuh dengan cabaran, ujian dan kesulitan-kesulitan. "Tidak ada seorangpun yang hidup ini di dunia ini tidak lepas dari ujian, di antara ujian tersebut adalah fitnah, kekurangan harta, kelaparan dan kematian. Namun dalam konteks kehidupan kita sekarang kata para ulama, ujian paling besar yang dihadapi kaum muslimin saat ini ada dua. Yang pertama, adalah ujian perpecahan. Betapa sulitnya kita menjalin perpaduan. Perpecahan begitu mudah terjadi, antara keluarga, sesama pengikut agama, antara Negara dan sebagainya. Ujian yang kedua adalah kebodohan. Majoriti umat Islam sulit untuk melepaskan diri dari belenggu kebodohan, karena pura-pura tidak tahu atau memang sama sekali tidak mahu ambil tahu."

Selanjutnya beliau menjelaskan, "Masyarakat Indonesia saat ini diuji dengan perpecahan. Di kalangan umat Islam sendiri terdapat berbagai kelompok yang condong ke arah perpecahan, ada yang menistiharkan diri mereka sebagai kelompok liberal, kelompok anti agama, kelompok anti Syiah dan lain-lain. Kewujudan kelompok-kelompok ini sangat mengancam perpaduan umat Islam. Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan ada dua kelompok pemecah umat Islam. Yang pertama kelompok pemecah dari luar umat Islam, yakni daripada kalangan Yahudi dan Nasrani. Sebagaimana yang dijelaskan Al-Qur'an keduanya tidak akan senang sampai umat Islam mengikuti agama dan kelompok mereka. Mereka melakukan berbagai macam cara dengan giat untuk memecah belah umat, melalui buku-buku, sebaran dan memanfaatkan tekhnologi yang mereka miliki. Mereka menipu dan menghasut umat misalnya melalui pemahaman pluralisme yang menyatakan semua agama sama. Ini adalah pemahaman yang sesat bahkan menuju ke arah kekafiran. Kerana itu MUI telah mengeluarkan fatwa pernyataan dan keyakinan bahawa semua agama adalah sama, ialah pernyataan yang tidak boleh dibenarkan dan MUI telah mengharamkannya."

"Yang kedua, kelompok pemecah daripada kalangan umat Islam sendiri. Tidak sedikit dari kelompok umat Islam yang secara langsung memecah belah umat. Mereka mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang memicu perpecahan umat, mereka misalnya menyebut maulid itu bid'ah, mengucapkan shalawat di setiap kegiatan itu bid'ah sehingga dengan pemahaman yang seperti itu mereka menyesatkan dan memusuhi kelompok Islam yang mengamalkannya. Kita harus berwaspada terhadap kelompok pemecah dari dalam ini, mereka bahkan sampai menggunakan banyak dana demi gigihnya untuk memecah belah umat ini."

"Ujian yang kedua adalah kejahilan. Pelajari dan tuntutlah ilmu agama ini dengan benar dan dari sumbernya yang asli. Al-Qur'an menyebutkan, yang manakah lebih layak kamu ikuti, orang yang memiliki pengetahuan atau orang yang tidak memiliki pengetahuan?. Dan Nabi Muhammad (s.a.w) dalam hadisnya menyebutkan, Aku adalah kota ilmu, dan Ali adalah pintunya. Dari riwayat Nabi ini, jelas disebutkan bahwa Saidina Ali lebih layak diikuti setelah Nabi. Kerana tuntutlah ilmu yang berasal langsung dari sumbernya. Sayangnya kebanyakan kaum muslimin menyingkirkan dan melupakan hadis-hadis yang bersumber daripada Saidina Ali, keluarga, sahabat utama dan terdekat dengan Nabi, dan lebih banyak mengamalkan dan menerima hadis daripada selain beliau." 

Lebih spesifik mengenai ujian kejahilan ini, Prof Umar Shihab menasihati para hadirin, "Selama di Iran belajarlah dengan sungguh-sungguh, timbalah ilmu sebanyak-banyaknya di sini, dan ketika kembali ke tanah air, sampaikanlah argumen-argumen yang benar mengenai Islam. Tanggung jawab menjaga Islam berada di bahu kalian, para penuntut ilmu. Jauhilah kejahilan! Kerana kejahilan adalah musuh kita bersama. Salah seorang ulama terkemuka Sunni berasal dari Kaherah, Syaikh Mutalawid Sayhrawi pernah mengatakan, perpaduan umat Islam tidak akan tercapai jika umat Islam masih terbelenggu dalam kejahilan. Perpaduan umat Islam hanya boleh dicapai jika umat Islam ini pandai. Mereka yang berhak untuk memberikan kritik atas pemahaman orang lain adalah mereka yang pandai dan berilmu, yang memiliki argumen-argumen yang kuat. Namun bukan bererti harus menyalahkan pemahaman yang berbeza. Ketika kalian kembali ke tanah air, silakan ingin bermazhab apa, selama mazhab tersebut mendapat pengakuan dan pengiktirafan dari Islam. Sebagaimana MUI telah menyatakan bahwa Sunni dan Syiah sebagai mazhab yang benar. Maka dibenarkan umat Islam di Indonesia untuk memeluk salah satunya. Dan tidak dibenarkan saling menyalahkan satu sama lain, yang dapat memecah belah perpaduan."

"Satu hal yang mesti ditanamkan dalam benak fikiran saudara-saudara semua adalah, umat Islam hanya akan kuat dengan perpaduan, dan menjadi lemah dengan perpecahan. Dan perintah Al-Qur'an umat Islam harus menjalinkan perpaduan dan melarang kita untuk berpecah. Alhamdulillah, kita bersyukur dengan kedudukan Republik Islam Iran, yang sangat gigih bekerja keras untuk mewujudkan perpaduan umat Islam ini dan di antara negara yang menzahirkan perlawanan terhadap imperialisme. Presiden Susilo pernah berkata langsung kepada saya, Indonesia adalah negara yang penduduknya umat Islam terbesar di dunia, namun mengapa tidak mampu memberi peranan terhadap terwujudnya perpaduan umat Islam, khususnya perpaduan antara Sunni dan Syiah?. Kerananya kami dari MUI menyambut baik pelawaan dan undangan dari Republik Islam Iran untuk bekerjasama mewujudkan perpaduan umat Islam." 

Di penghujung ceramah beliau, Ketua MUI Pusat Prof. DR. Umar Shihab kembali mempertegaskan pesan beliau kepada para pelajar Indonesia yang hadir, "Pesanan Al-Qur'an Innamal mu'minuna ikhwa, orang-orang yang beriman itu bersaudara. Saudara-saudara belajarlah yang bersungguh-sungguh, dan ketika kembali ke tanah air, sampaikanlah ajaran Islam yang benar. Saya tidak menyatakan yang benar itu Syiah atau Sunni, tetapi keduanya. Jadilah rahmat bagi umat sekembali kalian ke tanah air, jangan langsung menjadi pemecah belah umat. Dalam Sunni dan Syiah memang ada sekta-sekta atau kelompok yang menyimpang, itu harus kalian jelaskan kepada umat, singkap kekeliruan-kekeliruan mereka dan sampaikan ajaran yang benar. Sunni dan Syiah bersaudara, sama-sama umat Islam, itulah prinsip yang dipegang oleh MUI. Jika ada yang memperselisihkan dan melagakan keduanya, mereka adalah penghasut dan pemecah belah umat, mereka berhadapan dengan Allah (s.w.t) yang menghendaki umat ini bersatu. Saya sudah tua, dan progresif saya tidak lama lagi akan berakhir. Kerananya kalianlah yang saya harap untuk melanjutkan perjuangan untuk mempersatukan umat. Kembalilah ke tanah air, tunjukkan kemajuan dan peranan kalian. Semoga Allah (s.w.t) mempersatukan umat Islam ini, sehingga dapat menjadi rahmat bagi sekalian alam."

Prinsip MUI: Sunni dan Syiah Bersaudara

Setelah Prof. Umar Shihab menyampaikan nasihatnya, pertemuan dilanjutkan dengan sesi pertanyaan. Beberapa pelajar kemudian mengajukan soalan. Di antara pertanyaan yang diajukan, bolehkah MUI wilayah di daerah mengeluarkan fatwa yang bertentangan dengan fatwa yang dikeluarkan oleh MUI Pusat?. Prof Umar Shihab memberikan jawaban, MUI wilayah jika berkaitan khusus dengan persoalan umat di daerahnya dibenarkan untuk mengeluarkan fatwa sendiri, namun jika berkaitan dengan kepentingan nasional, maka yang berhak mengeluarkan fatwa hanya MUI Pusat yang harus diikuti oleh MUI-MUI di daerah. Dan MUI di daerah tidak memiliki autoriti untuk mengeluarkan fatwa yang telah dikeluarkan MUI Pusat. "Misalnya ada MUI Daerah yang mengeluarkan fatwa Syiah itu sesat -namun Alhamdulillah syukurnya belum ada MUI Daerah yang mengeluarkan fatwa seperti itu- maka fatwa tersebut tidak sah secara perlembagaan, sebab MUI Pusat menyatakan Syiah itu sah sebagai mazhab Islam dan tidak sesat. Jika ada pemimpin MUI yang mengatakan seperti itu, itu adalah pendapat pribadi dan bukan keputusan MUI sebagai sebuah organisasi." Jelas beliau. 

Ketika ditanya mengenai langkah-langkah MUI Pusat yang akan dilakukan untuk mewujudkan perpaduan umat dan menyelesaikan perselisihan Sunni-Syiah, Prof. Umar Shihab menjelaskan bahawa MUI akan menjadi penyelenggara seminar Antarabangsa Persaudaraan umat Islam di bulan Desember akhir tahun ini. "MUI akan mengundang ulama-ulama dari berbagai Negara, dari Mesir, Iran bahkan dari Arab Saudi termasuk Syaikh Yusuf Qardawi untuk hadir sebagai pembicara. Indonesia insya Allah akan menjadi perintis perpaduan umat Islam khususnya antara Sunni dan Syiah, semoga Allah membantu usaha-usaha kita." Jelas beliau. 

Setelah memasuki waktu maghrib, dilakukan shalat maghrib berjama'ah. Yang diimami oleh Sayyid Farid, dan Prof. Umar Shihab menjadi jama'ah di shaf pertama. Acara pertemuan tersebut diakhiri dengan makan malam bersama, dan do'a bersama dipenghujung acara dipimpin oleh KH. Prof. DR. Umar Shihab. 

Pertemuan Ketua MUI Pusat Prof. DR. Umar Shihab dengan pelajar Indonesia di Qom Iran ini adalah pertemuan kali kedua semenjak dua tahun lalu, di tempat yang sama.

(abna.ir)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar