Waspadalah karena musuh tidak pernah tidur. Bersatulah hai putra garuda, jangan sampai merah putih robek oleh ulah musuh!
Korupsi merajalela, penjualan aset negara besar-besaran terjadi, asing diberikan kebebasan menginfiltrasi bangsa ini sampai ke sendi-sendi terdalam negara; sumber daya alam hanya menguntungkan korporat asing dan kantong pejabat berwenang sedangkan rakyat hanya mendapatkan limbah beracun sisa olahan; pejabat kehilangan nurani tidak peduli dengan rakyat yang memilihnya; wakil rakyat bergelimangan harta tapi miskin moral; pemangku negara hanya peduli dengan diri, kelompok, golongan dan partainya saja. Pemimpin tidak amanah dan hilang keberanian sedangkan ulama kehilangan peran dan wibawanya.
Semuanya menjadi ciri akan bangkrutnya negara besar ini. Bangsa yang berlumur darah pengorbanan dan beratnya perjuangan kini dalam kubang kehancuran.
Bangsa yang besar karena terdiri dari beragam suku dan bahasa, diikat erat dalam bingkai Pancasila dan sama-sama bernaung di bawah teduhnya sayap garuda, sekarang diambang perang saudara. Kelompok yang lebih besar merasa lebih berhak berkuasa, suku mayoritas sok berhak menguasai negara, agama kebanyakan menjadi alasan untuk mengusir kepercayaan lain — meski hanya berbeda pandangan dalam penafsiran. Keragaman dipahami keseragaman, berbeda dianggap bukan bagian dari negara.
Rusaklah kesucian Bhineka Tunggal Ika sebagai sendi bernegara. Hilang sudah arti perjuangan para syuhada zaman Kemerdekaan. Kini tinggal puing sejarah, bukan? Dimana lagi arti berbeda tapi tetap satu jua, jika yang ada pertengkaran sesama saudara sebangsa?
Kasus terkini yang menjadi keprihatinan kita semua adalah penyerangan yang terjadi di Sampang Madura. Bagaimana masyarakat yang mayoritas mau diprovokasi dan dipersenjatai untuk merusak, membakar dan membunuh kelompok minoritas, hanya karena berbeda sedikit dari umumnya masyarakat yang ada di
Yang lebih mengerikan lagi, ada upaya-upaya pihak tertentu untuk merelokasi minoritas yang katanya ‘berdeda’ tadi dari tempat kelahirannya dan memisahkan paksa mereka dari tanah, air, pohon, udara, batu, sungai, ternak dan semua yang mereka miliki, padahal selama ini mereka hidup dan besar dari alam tempat mereka berada sekarang, titipan nenek moyangnya.
Ide gila yang sangat tidak masuk akal ini, justru diusulkan oleh pihak pemerintah sendiri, hanya karena ada legitimasi dan dorongan pihak ulama tententu yang sudah terkontaminasi pemikiran Wahabi takfiri, kaum sesat pikir yang gemar melempar cap kafir.
Hal ini pula yang mengundang kritik tajam para tokoh pemersatu bangsa, cendikiawan yang memiliki visi kebangsaan. Sampai-sampai Mahfud MD yang asal Madura angkat bicara, menurutnya ide relokasi bertentangan dengan hak asasi. Memang bisa kita bayangkan jika hanya karena berbeda kepercayaan dan keyakinan dari mayoritas kemudian selalu dan mesti direlokasi? Betapa akan kacau dan carut marutnya negeri yang indah ini!
Kita semua sebagai anak-anak bangsa perlu meningkatkan kewaspadaan, terutama pihak-pihak yang berwenang mengamankan negara, akan adanya konspirasi musuh-musuh bangsa terutama anasir asing yang mengincar sumber daya alam
Sudah banyak contohnya di berbagai negara; Irak, Afganistan,
Pemimpin Revolusi Islam
Waspadalah karena musuh tidak pernah tidur. Bersatulah hai putra garuda, jangan sampai merah putih robek oleh ulah musuh!
(beritaprotes.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar