Iran tak gentar karena masih memiliki cadangan mata uang asing
WASHINGTON - Bangsa Iran tengah dihadapkan pada sanksi-sanksi internasional terkait program nuklirnya. Gedung Putih Ameriksa Serikat (AS) yakin rakyat Iran pasti akan menyalahkan pemerintahannya sendiri atas kondisi tersebut.
Terlebih lagi dalam beberapa hari ini, perekonomian Iran
memburuk dengan penurunan drastis nilai mata uang Iran. Saat ini nilai mata uang Iran telah
terpang
kas lebih dari 80 persen dibandingkan setahun lalu.
Juru bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan, situasi drastis yang telah
memicu kenaikan harga bahan-bahan pokok itu merupakan tanda bahwa pemerintah Iran tengah
dalam tekanan hebat.
“Tak diragukan lagi, seperti yang kita lihat dalam 36 jam terakhir.
Sanksi-sanksi yang diterapkan telah menimbulkan dampak negatif yang signifikan
atas perekonomian
Iran
seperti yang diharapkan,” tutur Carney seperti dilansir AFP, Kamis (4/10).
“Presiden Barack Obama yakin dan mitra-mitra kami yakin bahwa sanksi-sanksi itu
merupakan pendekatan yang tepat,” tandas Carney.
Sementara itu, Presiden
Iran,
Mahmoud Ahmadinejad menegaskan, bahwa
Iran tidak akan menyerah soal
program nuklirnya, meskipun negara itu tengah merasakan dampak sanksi-sanksi
yang dijatuhkan oleh negara barat.
“Kami bukan orang-orang yang akan mundur soal isu nuklir. Jika orang-orang
mengira mereka bisa menekan
Iran,
mereka tentunya keliru dan mereka harus memperbaiki perilaku mereka,” tegas
Ahmadinejad.
Pernyataan Ahmadinejad itu disampaikan di tengah penurunan drastis nilai mata
uang
Iran,
yang saat ini telah kehilangan lebih dari 80 persen nilainya dibandingkan
setahun lalu.
Bahkan pada Senin, 1 Oktober lalu, mata uang rial
Iran terpangkas nilanya sebesar 17
persen. Kemudian pada Selasa, 2 Oktober, rial
Iran kembali turun empat persen.
Dicetuskan Ahmadinejad, penurunan itu merupakan bagian dari perang ekonomi yang
dilancarkan Barat terhadap negara republik Islam itu dan perang psikologis di
pasar uang. Namun Ahmadinejad tidak gentar, karena
Iran masih memiliki cadangan mata
uang asing yang cukup.
Dipihak lain, pemerintah
Israel
menganggap, sanksi-sanksi internasional terhadap
Iran dalam dua tahun terakhir
berdampak pada negara tersebut.”
Ada jam
sanksi-sanksi, dan program nuklir
Iran
semakin dekat dan lebih dekat ke garis merah,” cetus Menteri Urusan Strategis
Israel, Moshe
Yaalon.
Israel, AS dan negara-negara
Uni Eropa menuding
Iran
diam-diam mencoba mengembangkan senjata nuklir lewat program nuklir yang
dijalankannya. Namun Teheran berulang kali membantah hal tersebut. Ditegaskan
Iran, program
nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai, yakni sebagai pembangkit energi bagi
kepentingan sipil.
Belakangan,
Israel
kian gencar melancarkan retorika perangnya terhadap
Iran jika negara Republik Islam itu
tidak menghentikan aktivitas nuklirnya. Namun sejauh ini, AS selaku sekutu kuat
Israel
tidak mendukung rencana aksi militer tersebut.
(surabayapost.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar