Polesan tangan-tangan terampil remaja belasan tahun dari SMK Negeri 29 Jakarta ternyata mampu membuat rakitan mereka terbang bebas di Pondok Cabe, Tangerang, hari ini. Walau sebagian besar komponennya masih buatan asing, mereka tetap bangga bisa merakit sendiri pesawat terbang itu.
Seakan tak kenal lelah, para siswa SMK tersebut bergantian dari
siang sampai petang mengupayakan pesawat dapat terbang secara sempurna.
Pesawat eksperimental itu adalah Jabiru PK-SMT.
Ahmad Budiman, Kepala
Program Keahlian Airframe Powerplant SMK 29 Jakarta mengungkapkan, ide awal
pembuatan pesawat ini yakni bermula dari praktek merawat pesawat yang tidak
terbang. Itu, merupakan hal wajar mengingat lulusan SMK nantinya akan bekerja
di perusahaan penerbangan.
Kemudian, dia melanjutkan, saat mengikuti Lomba Keterampilan Siswa (LKS) 2008 di Kemendiknas, para siswa mengirimkan karya pesawat. Saat pameran, Menteri Pendidikan, Bambang Sudibyo diprovokasi oleh pihak SMK, bahwa SMK sebaiknya didukung untuk membuat karya, bukan merawat pesawat orang lain.
Gayung pun bersambut. Bambang pun meminta SMK untuk membuat dua pesawat sejenis. Akhirnya, kementerian menggelontorkan dana Rp1 miliar untuk membuat pesawat. Seminggu setelah pameran itu, pihak SMK diminta menghadap ke Kemendiknas untuk mengambil dana tersebut.
"Biasanya memang siswa di sini bongkar dan rakit pesawat orang lain. Itukan biar feelingmereka kena
saat nanti kerja di penerbangan," ujar Ahmad Budiman di sela-sela stan SMK
29, Monas, Jakarta ,
Sabtu 28 April 2012.
Kemudian, dia melanjutkan, dana tersebut digunakan untuk membeli komponen pesawat, yang 85 persen dipasok dari luar negeri, seperti China dan Australia, sedangkan komponen dalam negeri baru 15 persen. Komponen yang didatangkan dariChina adalah panel, sedangkan bahan dari Australia
adalah fiber. "Untuk komponen lokal yakni beberapa bagian di panel, teris
backleading," tambahnya.
"Biaya untuk buat ini seluruhnya Rp1,5 miliiar. Itu sudah termasuk asuransi pilot, asuransi pesawat, lisensi pesawat. Kami menanggung Rp300 juta," kata Ahmad.
Akhirnya setelah empat tahun, pesawat buatan tangan siswa belasan tahun tersebut dapat terbang untuk pertama kalinya di Bandara Pondok Cabe, Tangerang. "Saat test flight, mampu terbang empat ribu kaki selama 20 menit," kata Ahmad.
Kemudian, dia melanjutkan, saat mengikuti Lomba Keterampilan Siswa (LKS) 2008 di Kemendiknas, para siswa mengirimkan karya pesawat. Saat pameran, Menteri Pendidikan, Bambang Sudibyo diprovokasi oleh pihak SMK, bahwa SMK sebaiknya didukung untuk membuat karya, bukan merawat pesawat orang lain.
Gayung pun bersambut. Bambang pun meminta SMK untuk membuat dua pesawat sejenis. Akhirnya, kementerian menggelontorkan dana Rp1 miliar untuk membuat pesawat. Seminggu setelah pameran itu, pihak SMK diminta menghadap ke Kemendiknas untuk mengambil dana tersebut.
"Biasanya memang siswa di sini bongkar dan rakit pesawat orang lain. Itu
Kemudian, dia melanjutkan, dana tersebut digunakan untuk membeli komponen pesawat, yang 85 persen dipasok dari luar negeri, seperti China dan Australia, sedangkan komponen dalam negeri baru 15 persen. Komponen yang didatangkan dari
"Biaya untuk buat ini seluruhnya Rp1,5 miliiar. Itu sudah termasuk asuransi pilot, asuransi pesawat, lisensi pesawat. Kami menanggung Rp300 juta," kata Ahmad.
Akhirnya setelah empat tahun, pesawat buatan tangan siswa belasan tahun tersebut dapat terbang untuk pertama kalinya di Bandara Pondok Cabe, Tangerang. "Saat test flight, mampu terbang empat ribu kaki selama 20 menit," kata Ahmad.
Pesawat
Lain
Pesawat dengan panjang 6,7 meter dan lebar 9,86 meter serta
tinggi 2,4 meter tersebut mampu terbang dengan ketinggian 14 ribu kaki.
"Pesawat ini berkapasitas empat penumpang dengan baling-baling di depan
serta tiga roda di bawahnya. Pesawat yang berkapasitas 140 liter Pertamax ini
sudah menikmati penerbangan pertama kalinya," ujarnya.
Dengan kemampuannya saat ini, menurutnya, pesawat itu mampu
terbang dari Jakarta ke Kuala Lumpur . Sayangnya, lisensi untuk
pesawat tidak memungkinkan karena pesawat jenis ini hanyalah pesawat
eksperimental.
Saat ini, Ahmad menjelaskan bahwa SMK 29 masih mempunyai sembilan pesawat sejenis yang masih dikerjakan. "Satu sudah 100 persen jadi, yakni yang ini, yang lainnya masih dikerjakan," katanya.
Ia menambahkan bahwa yang dilakukan oleh siswanya lebih dari sebuah perakitan, karena siswa SMK 29 juga membuat beberapa komponen pesawat. "Jadi, tidak hanya pasang-pasang saja," tuturnya.
Saat ini, Ahmad menjelaskan bahwa SMK 29 masih mempunyai sembilan pesawat sejenis yang masih dikerjakan. "Satu sudah 100 persen jadi, yakni yang ini, yang lainnya masih dikerjakan," katanya.
Ia menambahkan bahwa yang dilakukan oleh siswanya lebih dari sebuah perakitan, karena siswa SMK 29 juga membuat beberapa komponen pesawat. "Jadi, tidak hanya pasang-pasang saja," tuturnya.
(viva.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar